Fimela.com, Jakarta Tak banyak pendatang baru di industri musik yang kariernya melaju sekencang Isyana Sarasvati. Mencuri perhatian dengan rambut kepangnya di video klip Keep Being You, kehebohan tentang Isyana bukan sekedar euforia. Konsistensi bermusik membawanya sampai ke album kedua di tahun ketiga kariernya.
***
Terlahir di keluarga pecinta musik menjadi suatu faktor penting karier Isyana bisa seperti ini. Dukungan dari orangtua serta kakanya, Rara Sekar yang pernah membentuk Banda Neira jadi pelecut semangatnya untuk terus berkarya.
Advertisement
BACA JUGA
Sebagai seorang penyanyi solo, Isyana Sarasvati memang sebuah paket komplet. Tak hanya mampu mengolah vokal dengan baik, ia juga menguasai instrumen musik terutama piano dengan kemampuan di atas rata-rata. Bakatnya itu pun mempermudahnya dalam proses songwriting, yang makin melengkapi sajian musik Isyana Sarasvati.
Album Explore! yang rilis 2014 lalu menjadi salam pembuka dari lulusan Nanyang Academy Singapura tersebut. Materi-materi di album perdananya itu cukup berwarna-warni, karena saat itu ia memang tengah bereksperimen dalam menemukan jati dirinya di ranah pop.
Bicara soal genre, Isyana Sarasvati bak berada di perbatasan garis semu. Dirinya yang telah mempelajari musik klasik secara akademis kini lebih banyak bermain di scene musik tanah air yang didominasi pop. Hal ini pun masih ia rasakan dalam pembuatan album keduanya berjudul Paradox.
Lewat album ini, Isyana ingin lebih terbuka lagi dalam bermusik. Ia pun tak menampik jika Paradox menginklusi cerita-cerita dan perasaan yang ia alami sendiri, baik dari kehidupan, lingkup dunia entertainment, serta kisah cintanya yang jarang terendus publik.
"Di album Paradox ini isinya semua tentang cerita aku, bukan dari teman atau orang lain. Karena itu album ini sangat personal buat aku," terang Isyana Sarasvati mengenai albumnya ini.
Banyak hal menarik yang tersirat maupun tersurat disampaikan Isyana Sarasvati melalui album ini. Dalam wawancara eksklusif dengan Bintang.com Isyana membongkar tentang dilema dan dua sisi dirinya yang terlukis di sana. Simak penuturan Isyana selengkapnya berikut ini.
Advertisement
Makna Album Paradox
Merilis album bagi seorang penyanyi atau musisi memberikan kepuasan tersendiri. Pun begitu dengan Isyana Sarasvati yang sudah menelurkan dua album dalam rentang waktu 3 tahun berkarier.
Hal ini patut diapresiasi, karena dewasa ini jumlah musisi (terutama solois di ranah musik mainstream) yang berani melempar album di periode yang telatif singkat bisa dihitung jari. Dan Isyana berani melakukannya.
Apa yang membuat Isyana memilih rilis full album ketimbang single satu per satu?
Untuk album kedua ini aku ingin memperkenalkan diri secara keseluruhan. Karena di album kedua ini banyak hal yang menarik, kayak 'why Paradox?' karena aku merasa aku sedang berada di titik di mana aku menjalankan dua ekstrim, aku orangnya kan introvert tapi pekerjaan aku extrovert, jadi entertainer yang nge-please a lot of people. Trus aku lahir dari dunia klasik namun mayoritas orang mengenal sebagai musisi pop. Kadang itu menurut aku ya paradoks aja. Aku udah susah-susah kuliah musik, opera segala macem tapi orang tahunya Isyana yang nyanyi Kau Adalah itu ya, lucu aja sih. Dari itulah di album kedua ini banyak inspirasi yang betul-betul dari pengalaman pribadi aku, cerita kehidupan aku selama 2 tahun belakangan ini.
Implementasi Paradox dari sisi musik atau aransemennya seperti apa?
Secara musik kalau didengerin akan sangat variatif ya. Jadi ada yang betul-betul gloomy banget, ada yang tiba-tiba seneng banget. Dan genrenya pun kayanya agak berbeda-beda. Tapi tetep ya di album kedua ini rootnya, atau benang merahnya tetap pop. Cuman ada yang pop lebih ke RnB, atau classical pop kayak lagu Sekali Lagi yang nggak terlalu pop-ish. Misalkan lagu Mad lebih ke country rock pop. Banyak sekali campuran elemen dari genre lain. Tetep Paradox kan? Hehe
Isyana mendalami musik klasik, berapa persen yang diterapkan di album ini?
Sejujurnya kalo misalkan persenan aku bilang masih betul-betul dikit banget. Paling ada klasiknya tapi orang dengarnya tetap pop. Untuk klasik memang aku ada rencana mau bikin sendiri, tapi aku merasa sedang merasa berada di umur-umur yang belum saatnya membuat album yang purely classic. Tapi kalo influence classic (di album Paradox) tetap ada sih.
Terpesona jadi single baru Isyana di album ini, inspirasinya dan awal keterlibatan Gamal bagaimana?
Lagu Terpesona itu flashback ke tahun 2007 di mana aku pertama kali merasakan suka sama lawan jenis. Pertama kali aku buat lagunya sendiri dan lagunya itu belum kepikiran ada male singer. Tapi setelah lagunya jadi trus aku dengerin bagian bridge-nya, aku ngomong sama A&R aku nih kayanya lucu banget nih kalo ada suara rap tapi tetap melodius. Trus kita saling tatap trus kita berdua langsung 'Gamal', Kenapa kita kepikiran Gamal karena yang pertama timbre suaranya sesuai dengan lagu itu, kita butuh rap yang tetep melodius. dengan adanya style suaranya gamal makin membuatnya lagunya makin terasa RnB nya.
Wujud pendewasaan seperti apa yang dirasakan Isyana Sarasvati dari album Explore! ke Paradox?
Kalau di album pertama itu masih banyak lagu-lagu yang terinspirasi dari imajinasi, dari curhatan orang. Kalau di Paradox ini betul2 dari nomor 1 sampai 10 emang cerita aku. Jadi aku menceritakan kehidupan aku yang nggak banyak orang tahu, kaya orang kan sering banget bilang "Isyana orangnya tertutup banget ya, kehidupan pribadinya tak pernah terusik". Kalau emang pengen tahu kehidupan aku seperti apa, apa yang ada deep down aku ngerasain apa ya dengerin Paradox, karena semua jenis emosi itu ada. Emosi senang, marah galau, sampai ngambang ada semua di Paradox.
Songwriting dan Paradoksikal Isyana Sarasvati
Pada 27 September ini, Isyana Sarasvaati meluncurkan album Paradox secara resmi kepada para penikmat musik. Curahan hati seorang introvert yang tersusun rapi lewat 10 track bermutu tinggi. Isyana juga berbagi cerita seputar lagu favorit serta pengalaman sebagai songwriter.
Seberapa berat tantangan menulis lagu bagi Isyana Sarasvati?
Selama aku menciptakan lagu sih aku tidak pernah menganggapnya susah. Karena dorongan utama aku menciptakan lagu adalah dorongan emosi tersebut. Nggak pernah dipaksa harus buat lagu, nggak ada pressure sama sekali. Dengan aku membuat sebuah lagu malah aku merasa relieved karena itu kan sesuatu yang aku pendam sebagai introvert, dan aku sampaikan melalui musik.
Tantangan apa yang dialami saat proses rekaman di Swedia?
Swedia dingin sekali ya, hehe. Berat kayanya untuk nyanyi, walaupun udah di dalem indoor pun kaya masih beku mulutnya. Takutnya suaranya jadi gampang kering, jadi harus lebih banyak minum air putih, challenge-nya lebih dari sisi teknis kayak suara kering, panas dalam, kayak gitu-gitu sih.
Dari 10 track, mana yang punya keunikan tersendiri menurut kamu?
Mungkin Mad ya, lagu kayak gini belum pernah didenger di Explore!. Ini jadi sesuatu yang baru, karena emosi marah berani aku jadikan dalam sebuah lagu. Marah dijadiin lagu kan jarang ya, karena biasanya orang kan bikin lagu tentang jatuh cinta, galau, sedih. Itu sesuatu yang baru aja menurutku, di mana ku bisa menuangkan amarah seorang Isyana Sarasvati lewat lagu Mad itu.
Tentang lagu Mad, Isyana sebenarnya marah tentang apa?
Marah tentang apa, lucu banget pertanyaannya hehe. Intinya balik lagi I'm a human, nggak mungkin setiap hari aku senang, bahagia. Marah itu sebenernya normal ya sebagai manusia, lucu aja karena mungkin banyak yang aku pendam. Dan secara verbal aku kan buruk ya, nggak bisa marah langsung ke orang, atau cerita ke orang lain semudah itu, jadi paling gampang menyalurkannya melalui musik. Karena aku ngerasa musik nggak akan ngejudge aku, malah dia menyempurnakan apa yang aku rasain. Marahnya sebenernya tentang banyak hal yang aku pendam aja di dalam pikiran, kayak banyak kesan-kesan orang yang menurutku salah padahal belum kenal. Hal-hal sepele lah, sebagai individu aja sih sebagai manusia.
Lagu apa yang dirasa paling merepresentasikan sisi paradoksikal Isyana?
Winter Song, itu salah satu lagu moodbooster aku sih. Lagu itu diciptakan di titik loneliness aku yang paling tinggi, di mana aku flashback di masa-masa aku sangat bahagia bersama orang terdekat aku. Lagu itu akhirnya aku ciptain di tengah-tengah. Jadi nggak lambat dan nggak upbeat, jadinya medium. Kenapa medium ya karena aku sedang berada di dilema antara senang dan sedih, jadi Winter Song merupakan lagu moodbooster aku.
Lebih mudah menulis lagu saat sedih atau bahagia?
Kalau itu jujur sekali lebih mudah saat sedih, apalagi pas lagi sedihnya itu langsung deh. Pokonya pas into the mood sedih itu lebih gampang. Di album Paradox kebanyakan lagu sedih aku buat saat mengalaminya, sedangkan kalau yang seneng lebih ke flashback kaya Terpesona itu flashback ke 2007, terus Winter Song juga. Kalau lagu sedih aku bikinnya saat itu juga, saat mengalami, kalau bahagia aku banyak flashback.