Fimela.com, Jakarta Memetik hasil dari kerja keras tentu tidak terjadi secara instan. Segalanya butuh waktu dan pengorbanan untuk dapat menggali kemampuan diri termasuk dalam bermusik. Musisi Marcell Siahaan pun berpegang teguh dengan keyakinan bahwa perjalanan musiknya selama ini merupakan bagian dari proses.
***
Terhitung 15 tahun sudah pelantun Semusim ini mengarungi jalan penuh liku di industri musik tanah air. Kala itu, nama Marcell seketika melejit setelah berduet dengan Shanty untuk salah satu single di album sang rekan yang diberi tajuk Hanya Memuji. Namun jauh sebelum momen tersebut, Marcell terlebih dahulu bergelut dengan berbagai jenis musik dan sempat tergabung dalam band Puppen yang jadi legenda band underground era 90-an.
Advertisement
BACA JUGA
Petualangan musik Marcell berlanjut dengan ambil bagian di grup akapela dan band The Experimental Jetset. Eksplorasi tiada henti ini akhirnya membawa Marcell mantap berkarya di jalur solo. Pun usai dikenal sebagai solois, ia membuka sisi lain musiknya lewat band grunge, Konspirasi yang terbentuk tahun 2009 lalu.
Rangkuman bermusik itu Marcell maknai dengan satu kata yakni proses. Tahap yang ia lalui dalam berkarya, pencarian jati diri hingga proses menjadi pribadi yang lebih baik.
"15 tahun itu saya mengalaminya sebagai sebuah proses berkarya, proses pencarian jati diri juga, proses pemantapan karier juga. Proses menjadi manusia semakin baik, semakin baru juga. Itu yang saya maknai selama 15 tahun ini, ungkap Marcell Siahaan kepada Bintang.com di kawasan Senen, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
Berkecimpung mengolah musik bertahun-tahun tidak membuat Marcell puas. Ia terus menggali skill dengan mencipta karya solo, seperti menggarap project yang bernapaskan jazz. Marcell juga memiliki project bertajuk Menurut Saya yang ia sebut sebagai project ambisius.
Marcell Siahaan berbagi kisah perjalanannya dalam memaknai 15 tahun di industri, momen-momen mengulik sisi lainnya dalam bermusik, pandangan soal kecintaannya dalam eksplorasi, project album terbaru yang menarik, hingga harapan karier. Simak wawancara eksklusif Bintang.com bersama Marcell lewat rangkuman berikut ini.
Advertisement
15 Tahun Berkarya
Selama 15 tahun di industri musik tanah air, Marcell Siahaan tentu menghadapi pasang surut berkarya. Kendati demikian, ia memiliki kiat tersendiri untuk dapat bertahan dan mengusir kejenuhan.
Mengalami pasang surut selama 15 tahun berkarya?
Pasti ada. Membahagiakannya pasang surut itu menambah hal yang positif. Termasuk bagaimana saya melihat kehidupan saya sendiri, melihat karier saya, bagaimana saya melihat orang-orang di sekitar saya, menjaga karier saya, support karier saya, hidup saya. Menurut saya tidak ada yang lebih indah kecuali mengapresiasi, inilah 15 tahun perjalanan saya di industri ini
Tidak mudah berkarier selama 15 tahun, bagaimana menjaga eksistensi?
Kalau saya lumayan konservatif, lumayan kuno pemikirannya. Terpenting kita selalu produktif, selalu ingin memberikan yang terbaik. Kita harus sadar apapun yang dikatakan orang tentang kebesaran kita, sesuatu yang membuat orang lain terpana melihat kita, itu semua bukan semata-mata datang dari kita. Tapi ini semua support orang-orang di sekitar kita, yang juga mencintai kita apa adanya, yang rela meluangkan waktu dan tenaga serta pikirannya, untuk sama-sama menjaga karier ini.
Karena eksistensi karier saya sangat tergantung sama orang-orang ini. Akhirnya secara rasional dan non rasional, manusia itu sudah sepantasnya membumi. Karena mereka adalah bagian kecil dari sebuah skenario. Kalau dibilang 15 tahun ini hasil kerja keras seorang Marcell, itu salah besar. Saya hanya bagian kecil.
Ada perbedaan menonjol Marcell dulu dan kini?
Saya terus terang berat ditanya begitu, karena paling enak menanyakan orang-orang di sekitar. Paling secuplik saja, lebih merasa semakin kecil. Saya makin merasa bukan apa-apa. Saya merasa hidup ini begitu indahnya, hidup ini juga bisa jadi menakutkan. Hidup ini bisa menjadi positif dan juga negatif, tergantung kita menyikapinya. Dua hal baik buruk ini, harus dipeluk sama-sama. Karena itu sudah jadi satu paket selama 15 tahun itu. Saya merasa bisa menyikapi lebih baik. Dari kehidupan saya, karier saya, dari kehidupan sosialisasi, kehidupan saya secara personal, keluarga, anak-anak saya, istri saya.
Pernah merasa jenuh bermusik?
Sangat. Jenuhnya karena ada beberapa momen pekerjaan ini seperti rutinitas sehingga membuat pudar passion saya. Dan saya sadar ini bukan sesuatu yang ditakutkan dan dihindari. Karena kalau dihindari akan semakin terasa kebosanannya. Satu-satunya cara kita harus menyadarinya, itu sangat manusiawi dan mengucapkan syukur masih diberi kesempatan mencari nafkah lewat musik. Kejenuhan itu pasti datang, caranya saya harus mencari saluran-saluran, salah satunya dengan, ada Konspirasi.
Saya punya mainan baru di rumah, studio musik. Saya juga ada project album ambisius saya, berjudul Menurut Saya. Saya punya banyak terobosan yang dituangkan di situ. Saya juga memroduseri album Che, vokalis Konspirasi. Semua saya lakukan di rumah. Selain itu berbagi energi dengan keluarga. Itu yang saya amini sebagai cara mengembalikan passion saya yang dulu, kecintaan saya kepada musik meski industri sedang begini.
Merasa jenuh karena rutinitas atau industri yang lesu?
Karena rutinitas sih. Ada capeknya, ada kadang-kadang untuk meninggalkan semua ini. Tapi saya sadar masih banyak hal yang harus dilakukan, ya ini, membuka saluran-saluran. Membuka ide yang belum tersalurkan sebagai solois, saya salurkan sebagai seorang drummer, sebagai produser, sebagai arranger juga. Saya berkelana mencari sound-sound siang malam di studio. Brainstorm bareng musisi lain. Berkolaborasi, dan tentunya membuat album setelah itu. Karena saya sudah berkomitmen sebagai musisi. Itu menjadi sesuatu yang fun lagi, menyenangkan. Membuat saya yang merasa jenuh menjadi passionate.
Saat merasa jenuh, pernah terpikir membidik bidang lain?
Saya tidak mudah untuk kabur. Karena itu tipikal manusia sekali. Kalau kita memilih pergi dari yang kita jalani, menurut saya itu tindakan yang tidak bertanggungjawab. Kalau karena jenuh kita berpindah, saya rasa itu bukan jawaban. Kecuali kita ingin menambah ke hal lain, ya itu bagian dari menyalurkan ide itu tadi. Karena toh masih banyak yang belum maksimal dilakukan. Salah satunya ide-ide kreatif yang tidak bisa saya keluarkan sebagai solois.
Apa mimpi terbesar yang ingin dicapai dalam bermusik?
Mimpi besar saya sebagai musisi, tujuan saya cuma apresiasi. Seiring perkembangan sekarang, sosial media juga sehebat mungkin, saya ingin karya saya didengar lebih luas lagi jangkauannya. Tentu menambah energi kreatif bagi karya-karya saya. Dan ini bisa menjadi energi penggerak, menjadi bensin untuk membakar semangat saya, apinya tidak mati. Kalau impian konkritnya lagi, saya ingin bikin lebih banyak project, ingin eksplorasi musik yang saya suka, ingin bernyanyi lebih luas, dengan genre lebih banyak lagi.
Sekarang saya juga lagi mempersiapkan album saya yang ketujuh, yang akan dirilis dalam waktu dekat ini bisa dibilang album jazz standard saya yang pertama. Saya pun bercita-cita suatu saat menyanyi klasik. Karena saya suka dengan konsep musik klasik. Banyak hal yang ingin saya lakukan, dan membuat saya harus belajar dan belajar lagi. Tidak perlu malu belajar dari nol. Belajar teknik nyanyi yang benar dan baik. Saya ingin tetap bisa nyanyi dengan kualitas yang kurang lebih sama, sampai usia 60, usia 90 tahun.
Project Ambisius Marcell Siahaan
Marcell Siahaan mengeksplorasi musikalitasnya dengan menggarap sebuah project album yang bernapaskan jazz. Ia juga memiliki project album bertajuk Menurut Saya yang ia sebut sebagai project ambisius.
Album Menurut Saya itu album ketujuh Marcell?
Oh bukan, album jazz album saya sebagai penyanyi solo, jazz standard. Ini bentuk eksplorasi saya juga pada musik jazz. Semua tim kreatif dan di sekitar mengamini project ini. Nah, kalau album Menurut Saya, ini adalah project ambisius saya pribadi. Ini ide saya mengurasi lagu-lagu dari banyak genre yang saya suka, cross genre. Saya memilih band Sic Minded, lagunya saya ambil, saya produce ulang, saya interpretasi ulang. Semuanya saya lakukan sendiri aransemen itu.
Kalaupun kerjasama dengan musisi, itu pun hanya me-direct mereka supaya seperti itu. Ini album di mana saya bertindak sebagai produser, arranger, player. Saya tidak bertindak sebagai penyanyi, mungkin sebagai backing vocal, sebagai drummer. Atau mungkin cuma bertindak sebagai arranger, menentukan sound-nya, dan dikerjakan sendiri. Makanya saya bilang proses ambisius karena semua dilakukan sendiri.
Apakah termasuk dalam memilih lagu?
Iya, lagu-lagu dari performer yang saya suka. Dan itu benar-benar saya bongkar pasang.
Ada berapa banyak lagu?
Sejauh ini sudah 5 lagu dan rencananya dibuat album. Tapi saya akan keluarkan satu per satu. Ada lagu dari Sic Minded, ada lagu dari Koil, ada lagu dari Cupumanik, ada lagu dari God Bless. Masih banyak lagi sih. Tapi yang lagi saya kerjakan God Bless sudah tahap 80 persen, tinggal take vocal. Tapi saya belum bisa share siapa vokalisnya, dan itu saya yang cari sendiri.
Apakah dikemas dalam bentuk album?
Single tapi akan berujung album. Judulnya Menurut Saya.
Rencana ada berapa lagu di project ini?
Rencananya sih ada 8, tapi saya maunya santai, nggak mau ditarget. Apakah harus 5 lagu. Mau 8 syukur, mau 10 syukur, mau 5 juga syukur. Karena ini saya ingin menikmati pengerjaannya tanpa di-push kondisi album itu harus 8 track atau 10.
Mengapa memilih Sic Minded?
Bisa dibilang lagu pertama yang saya produksi sendiri. Ini jadi kayak semacam tonggak sejarah. Selain menjadi album ambisius saya, ini juga tribute untuk musisi-musisi yang membawakan pertama kali. Ini semua saya kerjakan sendiri, produksi sendiri, biaya sendiri. Saya dengan bangga saat menjual ini, nanti hasilnya akan saya serahkan kepada mereka yang punya hak atas royalti-royalti itu. Ini juga bentuk penghormatan saya kepada mereka yang sudah membuat lagu sebagus ini. Kenapa saya memilih cross-genre karena saya tidak ingin lagu ini yang punya makna bagus, hanya dinikmati segelintir orang yang suka musiknya. Saya ingin lagu ini juga dinikmati mereka yang belum pernah dengar lagu Sic Minded. Saya yakin tidak banyak fans saya mendengarkan Koil.
Apakah itu yang ingin Marcell sampaikan di project ini?
Tugas saya cuma menyampaikan. Mereka yang memilih. Saya cuma memberikan wacana dan opsi kepada mereka, tinggal mereka memilih. Ketika saya bilang lagu ini bagus lagu ini tidak, itu bukan hak saya. Tapi saya punya hak membuatnya lebih baik, lebih bagus, yang sesuai saya rasa. Yang paling gampang, album Menurut Saya adalah, andaikan saat itu saya ada, saya akan aransemen seperti ini.
Harapan buat album Menurut Saya?
Saya tidak muluk-muluk ingin membuat album ini meledak atau apa. Tapi ini adalah kebanggaan saya menjadi seorang produser, menjadi arranger. Ini pencapaian yang tidak mudah, saya dengan sangat rendah hati, saya bukan instrumentalis, saya tidak banyak bisa main alat musik. Saya cuma bisa main drum, main pita suara. Tapi saya dianugerahi kesempatan untuk bisa mengeluarkan ide-ide yang saya dapat selama, mungkin hampir 30 tahun, 15 tahun bermusik di industri, 10 tahun bermusik dengan band hardcore di Bandung, yang katanya pelopor pergerakan indie, DIY (do it yourself). Ditambah 5 tahun sebelumnya, saya dengar banyak musik dari kakak saya, dari orang lain. Akhirnya saya bisa menciptakan satu konsep, dan akhirnya melahirkan lagi yang menurut saya harusnya begini.
Tidak ada kata puas bagi Marcell Siahaan dalam bermusik. Sejak mengenal musik, ia juga tiada henti menggali musikalitas dan ide-ide cemerlang untuk melahirkan karya. Project teranyar yang bernapaskan jazz dan project Menurut Saya adalah jawabnya. Sukses selalu, Marcell.