Fimela.com, Jakarta Matahari hampir meninggi ketika saya mengetahui Chester Bennington harus pergi. Bukan karena ia pergi tur dunia, bukan kembali konser ke Indonesia, apalagi pelesir bersama orang-orang tercinta, tetapi ia harus pergi untuk selamanya.
Seperti mimpi, sejenak saya menolak percaya realita yang ada. Menelusuri kebenaran di berbagai situs dunia yang gencar memberitakan meninggalnya vokalis Linkin Park tersebut. Ternyata benar adanya, Chester ditemukan meninggal gantung diri di kediamannya di Palos Verdes Estates, California, Amerika (20/7).
Advertisement
BACA JUGA
Tanpa disadari, pikiran melayang dan terlempar ke masa-masa awal mengetahui band bernama Linkin Park yang beruntung memiliki vokalis dengan karakter vokal yang kuat. Era 2000-an di mana digital belum berkuasa, rilisan fisik begitu digandrungi dan dicari.
Satu hal yang pasti, saya sempat mencicipi momen-momen manis tersebut. Memutar salah satu hits Linkin Park yang begitu melegenda, In The End yang menciptakan euforia tersendiri untuk diri. Berusaha menyanyikan lirik demi lirik yang terdengar 'ngasal' dan tidak tahu makna yang disampaikan di lagu.
Kamar dan sekitarnya jadi saksi bisu saya menikmati In The End bahkan hingga lompat-lompat di kasur seorang diri. Jika kasur bisa bicara, mungkin ia sudah menggerutu dengan tingkah saya itu. Namun siapa yang peduli, saya tetap hanyut terbawa dalam 'daya magis' lagu.
Setelah terlena nostalgia beberapa saat, saya seperti 'ditampar' waktu untuk kembali ke masa kini. Mendengar ulang suara Chester Bennington di beberapa lagu Linkin Park yang masih setia berada di playlist ponsel. Perlahan saya merinding, sakit melanda hidung, dan air mata menetes tanpa bisa saya bendung.
Advertisement
Sepotong Kisah Shadow of the Day
Masih tidak percaya. Ya, kata-kata itu mewakili perasaan usai mendengar kepergian Chester Bennington ke pangkuan Yang Maha Kuasa. Rasanya belum rela menutup hari yang diwarnai oleh kabar duka. Pun ketika menulis berbagai hal tentang Chester, cukup mempengaruhi pikiran layaknya dihantui galau putus cinta.
Satu hari saya dipenuhi oleh lagu-lagu lawas Linkin Park. Mulai dari hits yang banyak digemari penikmat musik hingga lagu yang memiliki kisah tersendiri bagi saya pribadi. Sebutlah Shadow of the Day. Entah dari mana awal saya mendengarkannya namun, salah satu penggalan lirik di lagu ini terasa bermakna begitu dalam.
"Sometimes solutions aren't so simple, Sometimes goodbye's the only way," demikian bunyi potongan lirik Shadow of the Day. Ya, terkadang memang solusi tidak sesederhana itu, dan terkadang selamat tinggal adalah satu-satunya jalan. Kala itu, saya kerap mengaitkanya dengan kisah cinta monyet yang tidak ada berujung.
Tidak berniat untuk menerka-nerka, namun satu yang sulit untuk dipungkiri adalah nada-nada depresi dan batin yang terluka jelas terdengar. Pun ketika Chester yang juga kerap menumpahkan perasaannya lewat lirik-lirik di karya Linkin Park.
Chester Bennington memang diketahui memiliki trauma di masa lalu. Kala itu, ia juga terjerumus dalam lembah hitam obat-obatan terlarang dan alkohol. Pergulatan Chester dengan kerasnya kehidupan memang hanya ia dan kerabat terdekat yang tahu. Itu pula yang membuat penyebab dirinya memilih mengakhiri hidup dengan cara gantung diri tetap menjadi misteri.
Satu hal lagi, Chester meninggal dunia tepat di hari ulang tahun sahabatnya, Chris Cornell yang telah pergi mendahului. Belakangan juga diketahui, Cornell ditemukan meninggal gantung diri di kamar hotelnya di Detroit, Amerika usai manggung bersama Soundgarden pada pertengahan Mei lalu.
Terlepas dari itu, kepada Chester Bennington, terima kasih atas nada-nada yang penuh makna, terima kasih telah membuat masa muda saya penuh warna, terima kasih karya-karya yang takkan terlupa. Beristirahatlah dengan tenang. Selamat jalan, kawan.
Putu Elmira
Editor Kanal Musik Bintang.com