Fimela.com, Jakarta Menyambut liburan Lebaran 2017, ada empat film Indonesia yang dirilis di bioskop. Salah satunya adalah Insya Allah Sah yang dibintangi Titi Kamal dan Pandji Pragiwaksono. Film yang disutradarai Benni Setiawan ini sudah tayang di bioskop sejak 25 Juni lalu. Film ini juga dibintangi Richard Kyle dan sejumlah bintang ternama lainnya termasuk beberapa cameo dari artis-artis ternama.
***
Berperan sebagai Silvi, Titi Kamal mengatakan perannya di film produksi MD Pictures cukup berbeda dari film-film sebelumnya. Yang tak kalah menarik adalah peran Pandji Pragiwaksono sebagai Raka. Ia dituntut tampil beda dan terkesan culun alias cupu dari segi fisik maupun penampilan.
Advertisement
Tapi karakter Raka inilah yang membuat film Insya Allah Sah jadi semakin menarik. “Karakter Raka ini penampilannya memang sengaja dibuat terkesan remeh dan direndahkan saat pertama kali kita melihatnya. Tapi dia punya kelebihan yang nggak diketahui banyak orang,” ucap Pandji Pragiwaksono yang bertandang ke redaksi Bintang.com bersama Titi Kamal, beberapa waktu lalu.
BACA JUGA
Peran sebagai Raka bisa dibilang jadi terobosan dan sesuatu yang baru bagi Pandji. Komika sekaligus presenter ini berani tampil beda termasuk gaya bicaranya yang berlogat Sunda serta cenderung kocak dan ceplas-ceplos.
Bahkan sepanjang prosses wawancara, Pandji konsisten dengan gaya bicara dan penampilan seperti Raka. Film Insya Allah Sah menceritakan tentang seorang pemuda bernama Dion (Richard Kyle) dan tunangannya Silvi (Titi Kamal). Selain cantik, Silvi juga baik hati tapi sayangnya kurang religius.
Namun saat terjebak di lift bersama Raka (Pandji), Silvi pun bernazar akan menjadi seorang wanita muslimah jika selamat. Ternyata tak lama setelah ia bernazar, pintu lift tiba-tiba terbuka. Silvi ternyata seperti lupa pada nazarnya. Sejak kejadian itu, Silvi selalu dibayangi Raka, pemuda lugu dan religius tapi agak aneh yang selalu mengingatkan janji Silvi di lift.
Diadaptasi dari novel karya Achi CM, Insya Allah Sah memang menampilkan sesuatu yang beda dan menarik, terutama di jalur komedi. Hal itu diungkapkan langsung oleh Titi Kamal dan Pandji Pragiwaksono. Apa penilaian mereka terhadap karakter yang mereka bawakan maupun lawan main mereka di film Insya Allah Sah?
Apa saja persiapan mereka sebelum syuting, terutama Pandji untuk penampilan uniknya sebagai Raka? Lalu apa yang membuat Titi Kamal kagum sekaligus benci pada Pandji Pragiwaksono? Apa saja yang membuat film Insya Allah Sah menarik untuk ditonton? Simak hasil wawancaranya berikut ini.
Advertisement
Antara Jutek dan Religius
Bermain di film komedi tentu bukan hal baru bagi Titi Kamal, apalagi untuk Pandji Pragiwaksono. Tapi ada hal-hal khusus dari peran maupun persiapan mereka di film Insya Allah Sah, yang baru kali ini mereka jalani.
Apa peran kamu di film Insya Allah Sah?
Pandji Pragiwaksono (Pandji): Saya berperan sebagai Raka, Raka Jakasasmita, dia orang diantara dua tokoh, teh Silvi sama kang Dion. Raka ini anak buahnya Dion, orangnya kalau ngomong apa adanya dan agak religius.
Titi Kamal (Titi): Perannya sebagai Silvi, dia itu seorang desainer baju yang udah mapan, omzetnya udah tinggi banget, tapi dia sibuk bangett sama karir sampai lupa dia itu udah mau nikah.
Bagaimana garis besar ceritanya?
Pandji: Semuanya berawal karena saya terjebak di lift sama teh Silvi. Manusia kan gitu, kalo lagi susah baru inget sama Tuhan. Karena takut mati, mereka bikin nazar. Raka nazar pingin syi’ar agama lebih sering lagi, teh Silvi mau jadi wanita solehah. Tapi pas udah keluar dari lift, Silvi lupa sama nazarnya karena terlalu sibuk siapin pernikahannya. Nah disitulah Raka suka muncul dan mengingatkan Silvi
Titi: Ini soal Raka dengan Silvi. Silvi ini kan ceritanya kurang religius, suka clubbing dan lebih duniawi lah. Tapi karena terjebak di lift dan ketemu Raka yang lebih religius dan tenang, dia berjanji mau jadi wanita yang solehah, yang lebih religius. Tapi kemudian dia melaksanakan janji atau nazarnya. Dari situlah konfliknya dimulai dan berlanjut. Yang satu melupakan janjinya, yang satunya mengingatkan.
Bagaimana bisa mendapat peran di film ini?
Pandji: Awalnya, saya ditelepon dan disuruh ketemu sama pak Manoj, pokoknya boss of the boss lah, hehehe. Saya langsung ditawarin jadi Raka, dan cuma dikasih waktu dua minggu sebelum syuting, karena mau diputar pas Lebaran. Yah alhirnya dijalanin dengan kemampuan terbaik kita.
Cara menghayati perannya seperti apa?
Pandji: Ada persiapan khusus, tapi percaya atau tidak, prosesnya kang Panji buat jadi Raka seepeti ini cuma dalam seminggu. Makanya tiap hari saya diskusi terus sama Benni Setiawan (sutradara) dan obos (boss) MD, Manoj Punjabi.
Titi: Pastinya baca naskah dan banyak diskusi sama sutradara, mas Benny Setiawan. Buat patokan atau role model, kalau dari segi tegasnya aku terinspirnasi dari seorang tokoh masyarakat, tapi aku nggak bisa bilang siapa orangnya. Kalo buat sombongnya dari filmnya Kate Hudson, Bride Wars.
Apa ada persiapan khusus buat mendalami karakter?
Pandji: Raka itu paduan karakter dari 3 orang, Soleh Solihun, Pidi Baiq sama AA Gym. Tapi karena karakter Silvi itu meletup-letup, jadi gaya bicara Raka lebih pelan dan mendayu kayak AA Gym, tapi kadang ceplas ceplos kayak Soleh dan Pidi. Jadi seminggu full kita bikin karakter Raka dari cara bicara sampe cara jalan, saya kirim terus progresnya ke kang Benni. Setelah seminggu persiapan, kita syuting selama tiga minggu.
Titi: Silvi kan orangnya kan lumayan jutek, sjuka marah-marah dan suka teriak-teriak, jadi siapin energi yang banyak aja, hahaha. Apalagi waktu adegan di dalam lift itu udah nguras energi banget.
Siapa yang membidani penampilan karakter Raka yang unik ini?
Pandji: Buat penampilan Raka, kita sepakati membuatnya terkesan remeh saat orang melihatnya pertama kali, banyak orang yang nggak suka atau menilainya bodoh dan aneh. Karena di film semua orang menilainya begitu kecuali kang Dion karena dia yakin Raka punya kelebihan. Makanya penampilannya dibikin kayak gini, gaya rambutnya aneh, terus pake gigi palsu, terus ada tahi lalatnya juga.
Bagaimana pendapat Titi soal peran Pandji sebagai Raka?
Titi: Kalau buat aku, selama syuting aku selaku ketemu sama Raka dan jarang banget ketemu Panji, paling pas pulang syuting aja. Jadi aku lebih sering ketemu sama Raka, lucu sih apalagi kalau dia ketawa dengan gaya khasnya. Tapi kalo buat Silvi, Raka itu menyebalkan banget.
Aku ngeliat Raka dan Panji seperti dua orang yg berbeda. Aku sebelumnya belum pernah syuting sama Pandji, paling ketemu di acara-acara aja. Tapi selama syuting aku jadi lebih kenal sama Raka. Mereka beda banget dan aku salut sama Pandji.
Komedi Sekaligus Pesan Moral
Dengan persiapan yang cukup menguras fisik maupun kemampuan akting Titi Kamal dan Pandji Pragiwaksono, film Insya Allah tentu bukan film komedi biasa. Apa yang membuatnya menarik dan bukan sekedar menampilkan kelucuan saja?
Seperti apa karakter yang kalian mainkan?
Pandji: Raka itu sebenarnya bukan minderan tapi apa adanya. Dia ngomong apa adanya dan nggak peduli apa orang tersinggung atau nggak karena dia yakin apa yang dia omomgin itu baik. Dia nggak kayak bamyak orang yang pragmatis karena terlalu sibuk sama urusan duniawi. Jadi Raka ini berusaha imbang antara duniawi yang pragmatis sama urusan agama atau religi, yah bisa dibilang agak religius.
Titi: Orangnya agak sombong, bukan somobng sih tapi lebih ke jutek, ngomongnya ceplas ceplos, galak, gak pake mikir kalo ngomongnya cepet nadanya tinggi dan gampang marah juga.
Apa hambatan atau kesulitan sama syuting?
Pandji: Proses syuting sekitar tiga minggu di Bandung semua berjalan lancar. Kendalanya lebih ke non-teknis, karena ada tonggeret, semacam binatang yang suaranya berisik banget dan ada di pohon-pohon besar, jadi kita harus ngusir tonggeret dulu sebelum syuting.
Titi: Selama syuting lancar sih, aku justru sering ketawa pas bareng D’Bokis, susah banget nahan tawa. Mereka ini ceritanya band yang sudah tergerus jaman, itu kocak banget dan pas preview atau special screening banyak yang suka sama D’Bokis, salah satunya ada kang Joehana P Project.
Apa kesan Titi bermain di film komedi dan main bareng komedian seperti Pandji?
Titi: Di film ini, kayaknya peran aku nggak ada bagus-bagusnya, jutek banget, tapi justru disitulah menariknya, karena dia ketemu karakter yang religius lalu ketemu karakter yang unik-unik jadi disitu timbul kelucuan. Karakternya juga merupakan cerminan dari karakter banyak orang sehari-hari.
Membangun komedi itu tergantung dari momennya, harus bisa tahu momen apa yang pas buat bisa jadi komedi termasuk momen buat menengok misalnya. Makanya aku banyak diskusi sama pak Benni dan dia ngasih banyak masukan. Aku juga membangunnya dengan spontan pas syuting, misalnya sama Fitrop, aku bisa ikut membangun kelucuan. Jadi memang ada improve-nya juga dan nggak terlalu direncanakan tapi justru disitulah bisa timbul kelucuan
Apa yang menarik dari film Insya Allah Sah?
Pandji: Yang menarik, film ini bukan Cuma lucu tapi juga enak ditonton karena ada 29 cameo. dari berbagai generasi mulai dari generasi Prilly Latuconsina sampai Deddy Mizwar dan Lydia Kandou.
Titi: Aku suka naskahnya dan sinopsisnya karena lucu dan komedinya intens dari awal sampai akhir. Tapi tetap ada pesan moralnya baik dari segi agama maupun sosial. Seperti sesuatu yang mengajarkan tapi dikemas dengan komedi yang menghibur. Jadi kita setelah keluar dair bioskop bukan hanya ketawa tapi bisa membawa sesuatu. Selain itu, banyak cameo di film ini jadi rasanya lebih seru aja.
Apa pesan dari film Insya Allah Sah?
Pandji: Pesan, kalau janji sama Tuhan janngan lalai, atuh. Mislana saja pas tiap taun baru kita bikin resolusi tapi pas udah tahun baru kita lupa sama resolusi kita. apalagi janji sama Tuhan, jangan sampai lupa. Manusia kan sering gitu kalau lagi susah ingat sama Tuhan tapi kalau sudah senang malah lupa, nah film ini mengajarkan jangan sampai kita seperti itu.
Titi: Ada banyak banget sih. Ada pesan buat orang yang suka melanggar janji, dan film ini juga cocok banget buat kita yang belakangan ini lebih memikirkan duniawi. Atau juga buat orang-orang yang sedang mempersiapkan pernikahan, atau tentang mereka yang pacaran sama brondong. Banyak banget deh yang bisa terhubung dengan film ini. Disini juga ada pesan agamanya, lebih religius, tapi cocok buat semua pemeluk agama, lebih universal.
Apa perbedaan film ini dari novelnya?
Pandji: Beda sama di novel, karakter Raka di novel sama di film juga beda, kan medianya beda. Kalo di novel Raka nya kan ganteng, kalo di film gantengnya spesifik, lebih unik hehehe. Endingnya juga beda, makanya tonton filmnya di bioskop.
Peran seperti apa lagi yang kalian ingin mainkan?
Pandji: Saya nggak punya pilihan peran yang spesifik sih. Tapi kalau bisa pengin peran di film drama, perannya juga yang drama banget. Ya, seperti di film Rudy Habibie tapi yang lebih beda dan menantang.
Titi: Certa menarik dan karakter beda biasanya jadi pertimbangan aku dalam menerima peran. Seperti di film Insya Allah Sah ini, perannya beda dari film komedi lainnya. Dari karakter jutek yang aku mainkan justru tercipta situasi lucu tanpa harus melucu. Yah, mungkin agak mirip kayak peran aku sebagai Patrice di Mendadak Dangdut, tapi disini aku nggak berusaha melucu.
Bermain di film komedi memang tak harus berusaha melucu seperti yang dilakukan Pandji Pragiwaksono. Berakting serius seperti Titi Kamal juga bisa menimbulkan kelucuan, apalagi kalau ‘dibenturkan’ dengan karakter Raka yang diperankan Pandji serta peran dan cameo unik lainnya. Kalau penasaran ingin tahu hasilnya seperti apa, tonton saja film Insya Allah Sah di bioskop.