Fimela.com, Jakarta Menanam, merawat, memanen, lalu menjual hasil panen menjadi rutinitas yang dilakukan oleh para petani di manapun mereka berada. Elma Theana, ternyata pernah merasakan pengalaman seperti itu.
"Kemarin saya punya pepaya california, 8000. Terus saya juga pernah mencoba menanam singkong," kata Elma Theana di acara eTanee-Solusi Pangan Untuk Indonesia, Pasaraya Blok M, Jakarta Selatan, Kamis (22/6).
Advertisement
BACA JUGA
Menjual hasil panen merupakan PR tersendiri bagi para petani. Tak sedikit dari mereka yang menyerah kalah kepada pemborong besar namun dengan harga yang minimal. Itu pula yang pernah terjadi pada Elma.
"Sampai sekarang singkong saya masih ditawar 200 perak per kilo. Bayangin capeknya nanam kayak apa. Saya merasa sebagai petani kok adanya penekanan dari atas dan bawah. Jadi sehingga akhirnya saya enggak bertahan," ucapnya.
Elma sempat ingin berhenti. Ia merasa kapok dengan sistem penjualan online yang ada sekarang ini. Namun, berkembangnya era teknologi membuat penjualan dari petani bisa dilakukan langsung, tak perlu lewat tangan pertama, kedua, dan seterusnya.
Seperti sistem penjualan online bagi hasil pertanian seperti etanee, seorang petani bisa memasukkan barang hasil panen untuk dinikmati pembeli secara langsung. Tentunya hasil tani yang dijual pun tak memiliki harga mahal.
"Jadi banyak belajar. Sebenarnya sih enggak kapok ya. Makanya dengan etanee ini ada semangat baru buat saya untuk menanam lagi. Etanee akan kumpulkan hasil tani dan akan didistribusikan langsung ke konsumen-konsumen," tukas Elma Theana.