Fimela.com, Jakarta Pecinta musik era 1990an tentunya akrab dengan sebuah boyband yang bernama Coboy. Grup yang digawangi oleh Gilbert Patiruhu, Ferry, Ponco Buwono, dan Ali Mustafa ini sempat menelurkan beberapa album dan hits.
Sebagai boyband yang cukup berpengaruh di eranya, para personil Coboy pun juga cukup dikenal oleh muda-mudi saat itu. Salah satu yang memiliki cukup banyak penggemar Ali Mustafa, yang juga akrab dengan sapaan Ali Coboy.
Advertisement
BACA JUGA
Namun belakangan, dia tampak mulai menarik diri dari dunia entertainment. Bukannya hilang dari dunia yang membesarkan namanya, dia lebih menekuni dunia bisnis. Selain itu, Ali Mustafa juga fokus dengan kehidupan rohaninya.
Sebagaimana diketahui, kini Ali Mustafa memang tampak lebih relijius. Diakuinya, dia memang kini memilih untuk mendekatkan diri pada Sang Pencipta.
"Sekarang sibuk bisnis, kadang juga syuting. Kalau sama Coboy juga masih sering jadi bintang tamu. Sekarang Insya Allah istiqomah aja, iman kan juga naik turun ya. Tapi pastinya kita berusaha untuk mendekatkan diri pada Tuhan," ungkapnya saat diwawancarai lewat telepon.
Namun nyatanya, butuh proses panjang bagi Ali Cpboy untuk sampai pada tingkat keimanan yang seperti sekarang. Diakuinya, di era tahun 1990an, dirinya pun sempat berada di titik yang sangat jauh dari Tuhan. Jangankan beribadah, saat itu dia lebih banyak berfoya-foya dan menikmati dunia keartisan.
"Titik baliknya sekitar tahun 1999. Waktu itu kehidupan saya lebih banyak dugem dan foya-foya. Tapi suatu hari saat sedang berada di sebuah klub malam di Jakarta Selatan, saat itu sekitar jam 11, saya mendadak merasa kosong dalam hati," tuturnya.
"Pada saat itulah tiba-tiba saya seolah mendapat bisikan yang mengatakan pertama 'Apa kamu sudah puas?' dan kedua 'Apakah in yang kamu cari?'. Sejak itulah saya langsung mikir, saya jenuh dengan segala macam party, biasanya tiap hari bersosialisasi, tapi saat itu tiba-tiba batin saya merasa kosong. Saya jarang salat, bahkan salat Jumat juga jarang," lanjutnya.
Petunjuk Tuhan seolah berlanjut. Selama beberapa hari berpikir tentang bisikan tersebut, suatu hari dia menemukan sebuah buku yang cukup menarik saat bersih-bersih di gudang. Buku yang diterbitkan tahun 1969 itu menceritakan tentang azab kubur, yang sontak memberikan gambaran tentang kematian dalam benaknya.
Setelahnya, perubahan drastis pun terjadi dalam kehidupan Ali Coboy Mustafa. Setelah hidayah datang, dia bertemu seorang teman yang mengajakanya itikaf di masjid selama tiga hari. Dia mulai menggali dalam tentang Islam, yang selama dipeluk namun seolah terlupakan. Dia mulai banyak membaca buku tentang agama Islam.
"Akhirnya yang dulunya merasakan kenikmatan dengan clubbing kini justru merasakan kesenangan dengan menggali tentang Islam. Saya mempertahankan iman lewat ilmu, karena dengan ilmu Allah menjaga kita. Sekarang kalau ditanya cita-cita, maka jawaban saya adalah Allah. Apapun yang kita lakukan, maka yang kita tuju hanyalah Allah," lanjut Ali Coboy Mustafa.