Fimela.com, Jakarta Maruli Tampubolon, sosok langka yang ada di industri hiburan Tanah Air. Langka, lantaran dia merupakan salah satu dari beberapa pengacara yang terjun ke dunia hiburan. Pendahulunya ada Gusti Randa dan Ruhut Sitompul. Apa yang membuat Maruli Tampubolon tertarik ke dunia hiburan? Bukankah penghasilan sebagai pengacara jauh lebih besar dibandingkan honor manggung?
***
Sosok tegap itu tampak begitu tergesa-gesa memasuki kantornya di kawasan Tulodong, Jakarta Pusat. Ia terburu-buru lantaran ada janji dengan Bintang.com untuk sesi wawancara dan pemotretan eksklusif. Sebelumnya, Maruli Tampubolon usai bertemu dengan salah satu kliennya. Ia juga janjian dengan rekannya di hari yang sama untuk membicarakan perihal urusan lainnya.
Advertisement
BACA JUGA
Belakangan, waktu Maruli Tampubolon memang sangat padat. Ia yang saat ini menjalani aktivitas sebagai seorang pengacara dan artis memang harus pandai membagi waktu. Belum lagi ia harus membagi waktunya untuk keluarga, terutama buah hatinya yang masih kecil.
Ia juga merasa menikmati hari-harinya dengan beragam aktivitas yang berbeda-beda. Pernah dalam dua hari, ia menjalani empat karakter yang berbeda. Pagi hari syuting film, sementara sore harinya ia harus bertemu klien dan malam harinya bernyanyi di sebuah acara. Dilanjutkan keesokan harinya menjadi narasumber untuk acara talkshow tentang hubungan ayah dan anak.
"Manusia itu hebat, bisa beradaptasi dengan cepat. Cuma kitanya saja mau apa tidak. pada saat ada kemauan pasti ada jalan, tapi kita mesti lihat, sejago-jagonya manusia hanya sampai situ saja batas kekuatannya, lebih dari itu adalah kekuatan Tuhan. Saya nggak bilang saya hebat, kalau nggak ada campur tangan Allah di Atas nggak mungkin bisa kita lakukan ini semua." ujar Maruli tampubolon saat berbincang dengan Bintang.com di kantornya kawasan Tulodong, Jakarta Pusat, belum lama ini.
Lantas, sampai kapan Maruli Tampubolon akan menjalani dua perannya, sebagai pengacara dan artis? Mana yang akan diprioritasikan Maruli di kemudian hari? Simak penuturannya kepada Bintang.com berikut ini.
Advertisement
Maruli Tampubolon: Ternyata Jadi Artis Gak Gampang
Merasa memiliki talenta di dunia tarik suara dan akting, Maruli tampubolon 'nyambi' jadi artis di tengah kesibukannya sebagai pengacara. Bukan tanpa alasan, Maruli akhirnya terjun ke dunia tarik suara dan akting. Ia merasa memiliki bakat dan kesempatan untuk bisa bermanfaat di dunia tarik suara dan akting bagi orang banyak,
Kamu kok terjun ke dunia hiburan, padahal karier sebagai pengacara sudah jelas?
Selama 25 tahun hidup saya selalu belajar, belajar dan belajar. Mangkanya saya dapat disiplin ilmu bachelor of commerce, double major and business and finance law, saya juga ambil sarjana hukum saya, ambil MBA. Itu 25 tahun dari SD, SMP, SMA, Sarjana ada dua lalu S2. Saat mendalami ilmu itu saya suka musik, nonton film dan lain sebagainya. Terkadang saya juga suka mengimitasi suara aktor dan lain sebagainya, itu passion saya juga.
Lantas yang membuat kamu tertarik ke dunia hiburan?
Ada hal-hal yang saya merasa bahwa di umur saya yang masih muda dan produktif ini, Tuhan memberikan saya talenta lain juga. Nggak suatu hal yang gampang, jebret mau coba di dunia tarik suara. Pada saat ngomong ke bapak saya, pengin fokus, kata dia terserah kamu mau jadi tukang cat, jadi tukang cat yang terbaik nanti orang juga cari. Kewajiban saya untuk sekolahin kamu sudah kelar, sisanya your life is your choice. Disitulah saya pikir kenapa nggak saya coba. Puji Tuhan semuanya itu walaupun nggak smooth ya ada dinamika kehidupan, nggak gampang seperti membalikkan telapak tangan.
Lalu membagi waktu dengan tugas kamu sebagai pengacara?
Kebetulan saya nggak mungkin kerja di lawfirm orang lain, karea terbelah-belah fokusnya. Kalau nggak pasti saya di pecat, hahaha. Saya bekerja di lawfim bapak saya. Namun itu lah proaktif dari kita, determenasi, kemauan, konsistensi komitmen, dedikasi itu semua. Misal, kalau nggak ada aktivitas entertainment, kembali ke kantor. Atau sembari misalnya saya bisa nyanyi tanggal 27, tapi tanggal 25 kosong, ya ke kantor. Kita tanya ke PIC kasus, misalnya perceraian oke, UU-nya apa, perusahaan pailit pagaimana atau perusahaan mau di establish seperti apa, buat share holder agreement bagaimana, drafting bagaimana, buat gugatan itu saya yang tanya bukan mereka yang laporan, siapa saya. Nah menurut saya nothing to impossible, pada saat tuhan berikan talenta kenapa nggak dicoba.
Banyak menemui kesulitan juga bergerak di dua bidang?
Saya rasa pada saat adanya problem dan masalah yang menurut kita sulit, kesulitan-kesulitan itu yang akhirnya menjadikan kita dewasa, bijak, dan mencoba mengasah skill yang kita punya. Saya jalankan itu semua.
Setelah nyanyi, juga menjadi aktor. Bagaimana ceritanya?
Awalnya ditawari drama musikal, untuk close for public, disitu main The Ten Commandement, main sebagai Musa. Kebetulan nama baptis saya Musa. Kita coba dan berhasil orang suka. Dua kali performance. Di lokasi yang berbeda kemudian yang ini komersil, Jakarta Pagi Ini, sama slank di Ciputra Artpreneur. Empat performance dalam 3 hari. Di sana scouting talent pada nonton, sutradara ada yang nonton, ya karena Slank. Saya di sana berperan sebagai jurnalis idealis Batak, ditonton sampai ribuan orang. Saya senang, enak juga nih begini ada hidden talent juga yang Tuhan kasih. Masuklah tawaran main film Patriot pertama, setelah itu terjebak nostalgia, Bukaan Delapan, setelah itu Merah Putih memanggil.
Pernah kepentok membagi waktu?
Itu jagonya kita bersilat, hahaha. Seperti contoh waktu kemarin syuting bisa bertubrukan dengan saya syuting pagi jam 6, habis itu saya minta izin jam 1 siang saya ke Jakarta karena di Rindam Dodik Latpur Bogor ada perlu, disitu 3 - 4 jam ke Jakarta kalau nggak kena macet. Jam 1 kelar jam 5 ada foto session buat majalah sampai jam 7 malam. Setengah delapan jalan ada latihan musik jam 10 swing jazz dengan tim band saya karena besoknya mesti performance nyanyi di ultah sebuah majalah. Setelah latihan nyanyi setengah satu saya balik lagi ke gunung, syuting sampai setengah 4 tidur dikit 2 - 3 jam, syutingnya jam 6 pagi, kelar jam 2 siang. Lalu ke Jakarta, macet jam 6 baru sampai langsung latihan, saya pulang mau coba merem nggak bisa, ganti baju saja, cuci muka biar nggak kelihatan kunyu. Setelah itu, saya harus ada acara lagi di Medan, setelah nyanyi hari besoknya saya jadi pembicara selebriti daddy diminta sama produk susu bayi, ngomong sama ibu-ibu 200 - 300 orang tentang bagaimana caranya anak sudah 1,5 tahun menjadi seorang bapak seperti apa, selesai itu besoknya timpa lagi perang bareng sama marinir segala macam di Anyer.
Kesibukan dengan waktu yang berbeda dan peran berbeda. Ada kesulitan membangun karakter?
Manusia itu hebat, bisa beradaptasi dengan cepat. Cuma kitanya saja mau apa tidak. pada saat ada kemauan pasti ada jalan, tapi kita mesti lihat, sejago-jagonya manusia hanya sampai situ saja batas kekuatannya, lebih dari itu adalah kekuatan Tuhan. Saya nggak bilang saya hebat, kalau nggak ada campur tangan Allah di Atas nggak mungkin bisa kita lakukan ini semua.
Antara Raisa dan Hamish Daud
Sebagai sosok yang kini terjun ke dunia hiburan, tarik suara dan akting, tentu saja Maruli Tampubolon juga memiliki banyak rekan sesama artis. Salah satunya adalah Raisa. Saat terlibat kerjasama dengan Raisa, Maruli pun mengenal dekat sosok pelantun Terjebak Nostalgia itu. Sampai akhirnya Maruli mengetahui jika Raisa memiliki hubungan dengan Hamish Daud yang juga sahabatnya.
Sempat kerjasama dengan Raisa ya?
Iya waktu itu di film Terjebak Nostalgia. Kita juga nyanyiin satu lagu soundtrack berjudul Butterfly.
Banyak yang ingin duet bersama Raisa, kamu dapatkan kesempatan itu, bagaimana prosesnya?
Kita memang awalnya kenal dekat karena film. Nah, kebetulan tunangannya sahabat saya, Hamish Daud. Jadi sudah seperti keluarga saja, saya anggap part of family. Toh, kita juga berkarta buat bangsa. Kita sama-sama penyanyi, ya kita berteman baik.
Tapi lebih dahulu kenal Raisa atau Hamish Daud?
Lebih dahulu kenal Hamish Daud, karena itu dia sahabat saya. Dari dulu berkawan baik dengan Hamish.
Lalu komentar kamu tentang Raisa dan Hamish Daud?
Raisa bertemu orang yang tepat. Waktu tunangannya itu saya juga datang, tapi agak telat. Saya berpesan, dalam suatu hubungan itu kita nggak mencari orang yang sempurna. Jadi sama-sama saja berjalannya.
Kembali ke aktivitas di dunia hiburan nih, kan sudah populer dan bisa melihat dunia yang berbeda antara hiburan dan menjadi pengacara. Menurut kamu yang paling menghasilkan uang dalam bidang apa?
Saya rasa sih sama saja, tergantung dari kitanya bagaimana. Tapi ke depannya saya akan fokus diri saya di dunia pengacara karena saya akan lanjutin apa yang bapak saya telah buat. Bendera kantor bapak saya yang akan saya jalankan, sampai mati. Kalau pun misalkan di dalam dunia nyanyi bisa saya teruskan kenapa nggak, nyambi, sembari. Tapi fokus utamanya akhirnya saya jadi chief, commander in chief dalam firma hukum bapak saya. Saya juga harus memberikan contoh dari setiap pekerja-pekerja yang ada di firma tersebut. Saya harus berikan contoh, bukan bacot doang.
Oh iya, membentuk tubuh berotot seperti sekarang ini, apakah tuntutan di dunia hiburan?
Saya nggak lihat di situ karena menurut saya gimana gitu. Di atas doang, cuma permukaannya saja. Harus masuk lebih dalam lagi untuk apa? Ini semua untuk kesehatan saya. Sebelum masuk masuk ke dunia hiburan, saya memang sempat gendut, merokok, sehari bisa dua bungkus. Tapi saya pikir lagi nggak sehat. Saya ingin berubah, kalau dulu sih ya maklum anak muda. Ketika berubah, jauh lebih enak. Nggak ngerokok napas saya panjang. Kalau badan nggak dilatih ya sakit. Dalam tubuh sehat itu banyak hal bisa kita lakukan. Ibaratnya begini, kalau tubuh sehat, banyak mimpi bisa kita raih. Tapi kalau kita sakit, cuma punya satu mimpi, yaitu sehat.
Sepertinya jarang ya pengacara punya tubuh berotot seperti kamu?
Banyak sih teman-teman yang punya badan bagus. Cuma mungkin nggak di dunia hiburan, jadi nggak terekspose. Ini saya pengin ngajak untuk hidup sehat, bukan buat gaya-gayaan doang. Yang ada kan kalau kita ngajak orang, pada bilang dulu pernah badan bagus. Jangan seperti itu, karena kita hidup sekarang dan ke depan.
Maruli Tampubolon benar-benar terus berusaha menjaga kedisiplinannya menjalankan kehidupan. Waktunya yang teramat ketat dalam aktivitas kesehariannya, membuat ia harus benar-benar memanfaatkan waktu tersebut sebaik-baiknya. Bukankah waktu itu terus berjalan maju. Sukses terus ya!