Fimela.com, Jakarta Perubahan menjadi sebuah pilihan yang secara suka atau tidak suka terjadi di kehidupan ini. Hal tersebut dirasakan oleh Paskal, duo yang selama ini dikenal dengan nama Pasto.
***
Tak sulit mengingat syair-syair dan nada romantis ala Pasto. Sederet tembang mereka, terutama yang bernuansa galau dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia yang dikenal cukup mudah baper.
Advertisement
BACA JUGA
Terdiri dari Marvin Meltho dan Mario Hutagalung, Pasto bertransisi menjadi Paskal pada 2016. Sebuah keputusan penting diambil, dengan pertaruhan reputasi dan sejarah panjang grup yang sudah aktif sejak 2002 tersebut.
Baik Meltho dan Mario mengakui ganti nama adalah sebuah langkah besar yang harus mereka ambil. Mereka tak menampik nama Pasto masih begitu lekat dengan mereka yang dikelola oleh Maia Estianty.
"Oh iyalah pasti. Sampai sekarang perform atau promo radio masih sering dipanggil Pasto. Yaudah lah ya, nanti orang juga akan ngeh seiring berjalannya waktu. Kita masih belum nemu aja strategi yang pas untuk ngenalin Paskal," ujar Meltho dan Mario saat berkunjung ke redaksi Bintang.com (25/4).
Nama Paskal sendiri awalnya digagas oleh Mario, setelah hak paten nama Pasto didaftarkan terlebih dahulu oleh label mereka sebelumnya. Sempat menyesalkan, kini Paskal berusaha untuk terus berkarya dengan berdiri di kaki sendiri.
Di usianya yang masih belum genap setahun, Paskal punya banyak rencana untuk dijalankan ke depan. Meltho dan Mario juga bercerita tetang sejarah Pasto, sampai Pasto versi baru dengan orang-orang yang berbeda. Benarkah ada sesuatu antara Paskal dan Maia Estianty? Simak kutipan wawancara eksklusif Paskal dengan Bintang.com berikut.
Advertisement
Sulit Lepas dari Pasto
Pergantian nama dari Pasto ke Paskal menyimpan banyak cerita. Selain sudah menjadi nama yang familiar di kalangan pecinta musik, Pasto juga melibatkan berbagai musisi kenamaan yang pernah terlibat di dalamnya. Nama Pasto sendiri awalnya digagas oleh Glenn Fredly dengan format 4 personel. Setelah tak lagi bersama Glenn, Pasto beralih ke Le Moesik milik Maia Estianty, hingga kini mereka berjalan secara mandiri.
Apa yang mendasari pergantian nama Pasto ke Paskal?
Karena kita buta hukum. Jadi Pasto udah dari 2002 sampe 2016 ga pernah mendaftarkan nama itu di HAKI. Ada satu pihak yang mendaftarkan nama itu ke HAKI dan secara hukum dia yang berhak menggunakan nama Pasto, yakni label kita sebelumnya.
Ada upaya untuk memperjuangkan Pasto?
Mario: Sebenarnya upaya untuk terjun dan memperjuangkan Pasto secara hukum bisa banget, cuman proses yang dibutuhkan itu nggak singkat. Minimal setahun untuk gugat menggugat dan segala macem. Trus yaudah lah kita ganti nama aja. Pihak sana yang pakai nama Pasto kita nggak masalah, istilah kasarnya kita yang mengalah.
Nama Paskal sendiri sebenarnya filosofinya bagaimana?
Mario: Pertama sebenarnya pengen cari nama yang nggak jauh dari Pasto. Karena gua satu orang yang awalnya fans, sejak mereka berempat gue sering nonton, sampe sekarang bergabung kalo mikirnya kita mau ganti nama yang totally different kayanya sayang banget karena banyak banget story di belakang nama Pasto.
Pas nyari, kepikiran nama Paskal. Dicari artinya ternyata dari bahasa Ibrani itu artinya lahir baru yang memaafkan. Filosofinya enak juga nih ya, yaudah kita jalan dengan konsep baru dengan nama baru. Kalau ada yang pakai nama Pasto ya silakan.
Masih sering disebut sebagai Pasto?
Paskal: Oh iyalah pasti. Sampai sekarang perform atau promo radio masih sering dipanggil Pasto. Yaudah lah ya, nanti orang juga akan ngeh seiring berjalannya waktu. Bahkan ada cerita Pasto versi baru ini udah jalan dan rilis single, 7 dari 10 radio masih mention ke social medianya Paskal. Kita jadinya bingung juga, kapan ngerilis single yang ini, gitu.
Pendapat kalian tentang Pasto yang baru?
Mario: Kebetulan gue juga kenal dengan yang ngejalanin Pasto yang baru ini. Gue fine-fine aja. Bukannya apa-apa ya, tapi artinya dengan nama ini, lima huruf ini ada tanggung jawab yang harus diemban, bahwa Pasto dulu udah punya hits Aku Pasti Kembali dan Tanya Hati yang dapet multi-platinum.
Meltho: Image Pasto itu adalah bukan seorang penyanyi yang jual tampang, tapi jual kualitas. Yang gue harap dari Pasto generasi berikutnya mereka harus mengemban tanggung jawab itu. Karena yang pake nama itu bukan cuma gue dan Mario. Karena banyak orang yang menggunakan nama itu, termasuk founding father-nya itu, Glenn Fredly. Bukan hanya sekedar nyanyi atau main-main doang, mereka harus membawa nama baik semua kalangan yang sudah membantu Pasto selama ini.
Ada upaya dari Glenn Fredly soal polemik nama ini?
Mario: Pernah, kita komunikasi banyak sama Glenn, which is dia juga sangat menyayangkan. Tapi gue bicara intens dengan Meltho, mungkin di 2017 ini kita bener-bener berdiri di atas kaki kita berdua. Dari 2002, sebelah kaki Pasto sebelah kakinya Glenn, 2008 kakinya Pasti sebelah kakinya Maia.
Jadi dulu keluar dari label itu bukan karena ada masalah ya?
Meltho: Nggak ada. Karena kontraknya udah habis aja waktu itu. Dan permasalahan nama itu justru muncul ketika kita udah nggak di situ lagi.
Paskal Usung Semangat Baru
Pergantian nama memang berimbas besar dari segi tertentu. Akan tetapi hal itu tak menyurutkan semangat Paskal untuk mempersembahkan karya terbaik mereka.
Tantangan menjalankan Paskal yang berdiri di kaki sendiri?
Paskal: Banyak banget tantangan yang kita hadapi selama ini, tapi masih bisa diatasi lah. Banyak juga temen-temen lama, link yang masih mau bantu. Di 2017 ini let's say kita mulai dari awal, hancur hancur sekalian, kalo perlu dari nol atau minus yang penting kita yang ngejalanin berdua.
Ada perubahan image kah dengan nama yang baru ini?
Mario: Dari Pasto sebenernya image atau secara musik kita berubah-ubah ya. Kita nggak mengkotak-kotakkan image atau musik tertentu. Itu dari orang sih sebenernya. Overall, kita dikenal dengan duo galau. Kita mau ngeluarin lagu se-upbeat apapun, orang taunya Paskal ini galau. Mungkin kita lebih update aja soal musik, tapi benang merahnya masih di situ, kisah cinta.
Identik dengan duo galau, merasa keberatan nggak sih?
Meltho: Nggak sih, kita nggak bisa ngelarang orang juga. Gimana cara kita pertahanin itu aja sih, kalo image yang dikasih masyarakat ga dipertahankan agak susah juga. Tapi kalo misalnya kita mau membuat sesuatu yang baru ya nggak apa-apa juga.
Single pertama kalian kolaborasi dengan Pricila, kesan-kesannya?
Paskal: Pertama mungkin jadwalnya yang agak susah ya, apalagi untuk promo di media, TV atau radio. Waktunya agak susah nyarinya. Dan mungkin dia juga jauh lebih muda, jadi antara dia ngikutin kita jadi lebih dewasa atau kita yang ngikutin. So far semua berjalan lancar dan itu tadi kendala paling soal jadwal aja.
Apa yang membuat kalian konsisten dengan format duo?
Meltho: Karena langka, makanya kita bertahan. Karena kan di Indonesia dari era 80an duo terutama laki-laki jarang banget. Dulu ada 2D, trus Denny Didan. Kalau secara nyanyi lebih seru karena nggak capek nyanyi lagu full sendirian. Nyanyi 8 lagu pun nggak terlalu kerasa capek.
Sejauh ini sudah ada berapa lagu buat Paskal?
Meltho: Yang dirilis kan udah satu, tapi yang disiapin banyak banget. Ada sekitar 50 lagu, cuman kita masih belum nemu arah Paskal ini ke depannya gimana. Ada di komputer gue, puluhan lagu itu. Yang single berikutnya rencana keluar setelah lebaran. Masih dalam tahap finishing sih, karena kita harus membuat lagu yang senyaman mungkin bagi kita berdua. Karena kalo bawain lagu dan kita ga nyaman kan jadi beban ke kita juga.
Dalam proses penciptaan lagu polanya bagaimana?
Paskal: Awalnya pasti Meltho sih, dia bikin lagu mentahannya. Trus kita kerjain bareng. Susahnya ya kadang apa yang dia dan gue mau beda. Di dia cocok buat gua nggak. Kadang kita sampai nyari arranger aja kesulitan, karena belum tentu cocok juga. Kalau group ya emang gitu, agak susah menampung kemauan dua kepala.