Fimela.com, Jakarta Meski saat ini namanya sedang naik daun, namun Omar Daniel tidak ingin penggemar terlalu melebih-lebihkannya. Ia juga tidak ingin orang lain mengagung-agungkan dirinya. Omar menegaskan, jika dirinya masih belum pantas diperlakukan seperti itu lantaran masih belum bisa disebut figur publik. Apa yang membuat Omar Daniel masih belum ingin disebut figur publik?
***
Omar Daniel, sosok ramah itu memang punya prinsip yang mungkin berbeda dengan kebanyakan artis lainnya. Ia rupanya tidak suka disanjung sebagai seorang artis. Omar beralasan, masih terlalu dini untuk menilai kemampuannya di dunia akting. Sebab, ia merasa masih tergolong baru di industri hiburan. Menjadi seorang figur publik, baginya merupakan sebuah beban yang harus disiasati. Sebab, seorang figur publik harus banyak memberikan inspirasi dan contoh yang baik pada masyarakat, terutama penggemarnya.
Advertisement
BACA JUGA
Artis yang saat ini berusia 22 tahun itu juga menegaskan, dirinya tidak mau menjadi sombong dan pongah, hanya lantaran saat ini namanya tengah populer. Tetap menjadi dirinya sendiri, dengan keramahan dan bersikap apa adanya, merupakan hal yang selalu dijaga Omar dalam kehidupan.
Omar yang memiliki darah timur tengah dan Belanda itu juga berusaha untuk tidak menonjolkan hal pribadi untuk dikonsumsi publik. Hal itu yang membuatnya anti untuk mencurahkan isi hati masalah pribadi di media sosial atau saat menjadi sorotan kamera wartawan. Prinsip menjadi dirinya sendiri pula yang membuatnya tidak nyaman, jika ada orang yang menyamakan dirinya dengan artis lain. Seperti saat pemberitaan media ramai menyebutkan jika wajahnya mirip dengan artis Bollywood Shaheer Sheikh.
"Saya nggak suka dimirip-miripin sama orang lain, siapapun. Itu cukup mengganggu karena orang lebih suka sama dirinya sendiri. Saya nggak tahu cuma saya atau nggak yang punya prinsip itu. Saya cuma kesal kalau ada orang yang bilang saya mirip a, b, C. Merasa nggak nyaman," ujar Omar Daniel saat berbincang dengan Bintang.com beberapa waktu lalu di lokasi syuting sinetron Berkah Cinta, di daerah pinggiran Jakarta Selatan.
Lantas, bagaimana cara Omar Daniel meredam hal tersebut? Kenapa Omar juga tidak ingin membuat fanbase untuk menjembatani para penggemarnya yang makin lama makin banyak? Simak selengkapnya dalam wawancara berikut ini.
Advertisement
Punya rambut panjang, pernah dianggap anak nakal
Memiliki rambut panjang sejak kuliah, Omar Daniel tak menyangka saat ini justru hal tersebut menjadi ciri khasnya. Dahulu, banyak yang menganggap ia anak nakal lantaran memiliki rambut panjang tersebut. Omar berusaha untuk membuktikan, rambut panjang itu bukan identik dengan anak nakal namun merupakan sebuah karakter. Beruntung ia pun tidak diminta untuk memotong rambutnya saat memerankan tokoh Fano di sinetron Berkah Cinta.
Banyak yang kesal dengan karakter Fano karena mudah banget ditindas. Komentar kamu?
Kita cuma menyesuaikan, baca skenario karakternya Fano ya seperti itu, baik, bijaksana tapi sisi negatifnya malah ditindas. Waktu saya memasukkan karakter Fano pertama kali ke diri saya, ini orang kok 'ngalahan'. Kalau Omar Daniel nggak seperti itu, saya pasti berontak.
Apa yang membedakan Fano dan Omar Daniel?
Fano itu tanggung jawab tinggi tapi ceroboh dia nggak pernah pikir panjang ke depan, ambil jalan pintas saja. Cuma sisi positifnya dia tanggung jawab, pribadi yang baik dan setia. Kalau saya sebagian sama dengan Fano, namun saya kalau ditindas ya pasti berontak.
Bicara masalah rambut panjang, merawat rambut kamu ribet nggak sih?
Perawatan rambut nggak ada sih, cuma memang cukup perjalanan panjang menemukan sampo yang sesuai dan saya suka. Nggak ada perawatan khusus apalagi sampai nyalon dan creambath. Cukup sampo saja. Mungkin kalau rambutnya sudah mulai kasar, pakai serum atau kondisionernya.
Memang punya rambut panjang cita-cita kamu ya?
Nggak sih. Saya punya rambut panjang saat kuliah karena SD sampai SMA kan nggak boleh rambut panjang. Nah, waktu kuliah juga sudah pasrah kalau nanti masuk dunia kerja rambutnya pendek lagi, saat itu nggak kepikiran ke dunia hiburan. Jadi saat kuliah, kesempatan saya untuk mengekspresikan diri.
Memang terinspirasi siapa memiliki penampilan dengan rambut panjang?
Waktu itu lihat, sepertinya orangtua kita zaman dulu pernah gondrong, hampir semua cowok tuh kayaknya pernah gondrong, apalagi saat kuliah. Jadi waktu itu iseng saja. Tapi karena nyaman dan cocok yang sudah sampai sekarang.
Punya pengalaman lucu saat awal-awal berambut panjang?
Pernah dipanggil 'neng'' sama pengamen di lampu merah, dipanggil mba sama tukang parkir karena lihat dari belakang. Ya, aku cuma ketawa saja. Oh iya, aku juga pernah masuk ladies parking. Tukang parkirnya kemudian lihat pakai brewok, dia nggak berani negor. Hahaha.
Berarti dulunya iseng manjangin rambut?
Iya, tapi setelah bertemu kacamata, ternyata jadi satu karakter yang baru dan nyaman buat saya. Saat itu kan rambut panjang identik dengan anak seni termasuk anak nakal. Tapi ya di sini saya buktikan saya berambut gondrong tapi saya sopan dan beretika juga.
Pernah dicap anak nakal?
Pasti pernah dan memang pernah. Seperti waktu itu ada arisan keluarga, saya lewat ke beberapa orang ngomongin saya gondrong tapi dengan cara ngomongnya nggak enak. Sepertinya mengarah rambut panjang itu identik dengan hal negatif, imejnya juga negatif.
Merasa rambut panjang adalah keberuntungan?
Saya nggak pernah bilang itu, semua karena Tuhan. Nggak ada faktor apa lah gitu.
Tidak mau curhat masalah pribadi di medsos
Meski aktif di media sosial memposting aktivitasnya, namun Omar Daniel mengaku anti untuk curhat tentang masalah pribadi di media sosial. Ia merasa hal pribadi, bukan utuk untuk konsumsi publik.
Punya rencana investasi apa untuk masa depan?
Ya, investasi untuk masa depan sudah dipikirkan dari sekarang.
Memang tertarik investasi apa?
Saya belum mau menyebutkan. Sekarang tahap persiapan saja. Saya juga harus hati-hati.
Lalu masalah target masa depan bagaimana?
Pasti punya target, bakal punya ini di tahun kapan, bakal melakukan ini di tahun kapan. Sudah ada tapi belum mau saya sebutkan.
Berarti sekarang eksis dulu ya di dunia hiburan?
Jadi begini, bukan berusaha ekskis. Sebenarnya kalau berusaha eksis orang-orang nampang di televisi doang sudah ekskis ya. Parampok pun bisa aksis karena sering nongol di televisi. Saya ingin semaksimal dan sepositif mungkin, kasih yang terbaik, apa itu mungkin kualitas akting saya atau karya saya sebaik mungkin itu goals ke depan.
Kamu melihat dunia hiburan menjamin kehidupan?
Dunia entertainment nggak menjamin, tapi sebenarya di dunia apapun nggak menjamin sih. Selama kita punya ilmu, selama punya minat dan tujuan pasti bisa bertahan di bidang apa pun. Jadi saya nggak pernah bilang selamanya di entertainment atau pindah ke gisnis. Saya nggak mau bilang sekarang.
Suka marah kalau dibilang mirip artis lain, kenapa?
Siapa yang nggak suka. Saya nggak suka dimirip-miripin sama orang lain, siapa pun. Itu cukup mengganggu karena orang lebih suka sama dirinya sendiri. Saya nggak tahu apa cuma saya doang yang begitu, saya cuma kesal kalau ada yang miripin saya dengan si a, b, dan c.
Lalu, bagaimana kasih pengertian kepada mereka yang masih suka nyamain kamu dengan artis lain?
Kalau netizen nggak mungkin dibilang. Saya juga nggak mau curhat di medsos. Kalau orang-orang terdekat, baru saya bilang meski mereka selalu bialng bercada. Satu lagi ya caranya dengan wawancara sepert ini. Kalau keluaga mereka sudah paham saya nggak akan dibandingkan dengan yang lain.
Tadi kamu bilang nggak mau curhat di medsos, kenapa?
Saya memang nggak pernah dan nggak mau curhat di media sosial. Kalau curhat ya, sama orang terdekat saja. Media sosia bukan tempat yang tepat untuk curhat.
Pentingnya media sosial bagi kamu?
Media sosial itu artinya banyak banget dan sangat bermanfaat sekali. Medsos buat nambah jaringan, mempertemukan dengan orang lama, atau orang baru yang mungkin bisa berpotensi punya jaringan ke depannya. Orang-orang entertainment bisa jadi sarana langsung ke penggemar dan sebagai sarana bisnis. Medsos jadi peluang bisnis tang besar bahkan di luar pikiran kita.
Katanya nggak punya fanbase resmi?
Iya. Saya nggak menyebut mereka fans, tapi lover. Saya selalu bilang, kalau suka sama saya nggak perlu diorganisir. Tapi saya nggak melarang mereka buat hanya saja yang penting sopan. Sampai sekarang nggak pernah ada masalah.
Kenapa nggak mau punya fanbase?
Saya ini baru di dunia entertainment dan belum merasa pantas dibilang figur publik, yang harus memberikan contoh yang baik. Bukan karena merendah ya, saya nggak mau diheboh-hebohkan atau diagung-aguungkan karena saya masih banyak kekurangan juga. Saya nggak akan berubah pikiran seleb yang sempurna. Silahkan saja memuja, tapi saya nggak ada tahapan ke sana. Saya mau lempeng-lempeng saja.
Bagi Omar Daniel, setiap manusia itu harus memiliki prinsip hidup. Sebab seseorang akan dihargai jika memiliki prinsip dala kehidupan. Dengan prinsipnya yang dipegang saat ini, Omar tidak ingin menjadi sosok yang sombong dan tinggi hati. Ia tetap ingin menjadi dirinya sendiri, yang santun, sederhana dan apa adanya. Sukses terus ya Omar.