Fimela.com, Jakarta Eksistensi Ringgo Agus Rahman di industri perfilman tanah air tentu sudah tidak dapat diragukan lagi. Sejak memutuskan terjun ke dunia seni peran, ia telah berhasil membintangi sederet film yang mencuri perhatian. Memang, satu hal yang tidak dapat dipungkiri, Ringgo lekat dengan karakter jenaka dan film komedi.
***
Di balik kesuksesan memerankan berbagai karakter, nyatanya pemeran film Jomblo ini memendam sebuah keinginan lain. Hal tersebut tidak lain adalah hasrat untuk bermain dalam sebuah film keluarga. Ya, setelah resmi menjadi suami dari Sabai Morscheck dan ayah dari Bjorka Dieter Morscheck, mimpi Ringgo terlibat dalam film keluarga kian kuat.
Advertisement
BACA JUGA
Menarik ketika Ringgo sendiri mengakui bahwa sebelumnya ia memang pernah memerankan karakter yang telah berkeluarga. Namun, ia belum dapat memberikan pendalaman yang maksimal karena kala itu ia belum menikah dan memiliki buah hati.
Setelah berkeluarga, Ringgo merasa dirinya semakin kaya akan pengalaman. Maka dari itu, Ringgo pun ingin menerapkan potongan-potongan kisah sebagai suami dan ayah dalam film keluarga.
"Setelah akhirnya gue ngerasain berkeluarga, gue pengen main film keluarga sih karena selama ini bentuk itu doang yang belum pernah gue dapetin. Kalau misalnya gue pernah punya peran punya istri, kan nggak pernah ngerasain. Sekarang, gue ngerasain punya istri, punya anak," ungkap Ringgo Agus Rahman kepada Bintang.com, beberapa waktu lalu.
Selain keinginan bermain film keluarga, Ringgo saat ini tengah bersemangat dan antusias. Proyek film terbarunya yang bertajuk Baracas telah resmi tayang di seluruh bioskop tanah air. Film yang disutradarai oleh Pidi Baiq ini mengungkap sisi lain dari makna patah hati.
Ringgo Agus Rahman membagi kisahnya mengenai film terbaru, Baracas, keinginan terpendam bermain film keluarga, berbagai hal di dunia akting serta dampak film dalam kehidupannya. Simak wawancara eksklusif Bintang.com bersama Ringgo Agus Rahman lewat rangkuman berikut ini.
Advertisement
Jangan Remehkan Patah Hati
Ringgo Agus Rahman berbagi kisah mengenai film Baracas yang ia mainkan. Ia juga mengungkapkan hal lain seperti akhirnya memilih film ini, momen tidak terlupakan, hingga perasaan beradu akting dengan Tika Bravani.
Mengapa memilih bermain di film Baracas?
Pertama Baracas itu dari karya Pidi Baiq, karena gue mengikuti kiprah dia dari zaman dulu banget dari waktu gue belum pindah Jakarta. Pidi Baiq itu menurut gue seniman yang luar biasa, pemkirannya itu out of the box, belum lagi membawa napas film Bandung karena kebanyakan yang ngerjain orang Bandung dan gue ngiri sama daerah lain kayak Yogya yang selalu menghasilkan film-film yang bagus. Karena jujur aja sekarang orang-orang kreatif Bandung rata-rata pindah ke Jakarta dan gue pengen di Bandung muncul industri film yang bagus. Pas Baracas ini film Bandung dan gue lihat cerita gue bilang sih menarik ya, ceritanya bagus dan gue mau main.
Apa sisi menariknya film Baracas?
Ini bukan hanya sekedar film komedi, gue tahu ini nanti film pasti ditertawakan. Maksudnya ditertawakan secara ah komedi, no. Gue melihat, gila ini getir banget di mana orang-orang yang terlibat di dalamnya bukan bermaksud untuk berkomedi kita tersiksa, kenapa timbulnya Baracas karena adanya perasaan terinjak-injak, diremehkan. Semua orang pernah merasakan sakit hati dan diremehkan selama ini ujung-ujungnya merusak diri, bakar foto mantan, atau stalking mantan dan hal norak itu tapi selama ini hal itu terjadi.
Baracas sendiri satu wadah menampung dan kita berkumpul secara persaudaraan, menurut gue belum ada karena selama ini tempat ngumpul adalah pelarian doang. Pada saat lagi patah hati, dengan ikut kegiatan itu akan bisa lupa, tapi hilang nggak? Sebenarnya yang kita mau bukan sekedar hilang tapi pengen jadi satu kekuatan kembali. Orang itu tahu patah hati itu sakit banget, pernah ada nggak sih ada orang yang kapok? Nggak ada. Patah hati kalau bisa dapat gantinya, ujung-ujungnya patah hati dapat gantinya lagi. Selalu menghantui kita.
Bagaimana dengan tantangannya?
Bukan tantangan sih, lebih tepatnya dari awal gue melihat menariknya, kan gue bekerja sama dengan orang-orang Panas Dalam, gue kangen gue orang Bandung, berbicara Sunda dan bertemu dengan orang-orang Sunda lainnya, kumpul laki-laki semua bisa jadi temen, menarik banget. Bentuk pemikiran baru yang bisa gue pelajari lagi, jadi kalau bisa dilihat film Baracas itu gimana, belum lagi Tika Bravani, gue baru ketemu di film ini dan orang itu luar biasa menarik. Ini orang keren banget, cuek dan kalau dibilang aktor, dia bagus.
Perasaan beradu akting dengan Tika Bravani?
Nyesel aja kenapa baru ketemu di film ini (Baracas). Gue berharap pada saat zaman dulu gue pengen awal-awal ketemunya, kan nggak banyak orang-orang yang lo menemukan kenyamanan yang luar biasa di setiap lawan main, kalau ini tiba-tiba nyaman aja. Nyaman, udah gitu orangnya enak banget, ngobrol nyambung.
Bagaimana dengan kesulitan di film Baracas?
Ini kan gue menjadi ketua, yang gue bayangkan bagaimana menjadi ketua yang menjadi panutan dari beberapa orang untuk Baracas itu sendiri dan menjaga wibawa, martabat, karena mereka mengikuti gue. Kalau gue goyang, mereka pun akan goyang. Gimana gue menjaga supaya pembawaannya itu tetap sama anggota Baracas.
Momen yang tidak terlupakan di film Baracas?
Semuanya, momen setiap kumpul bersama laki-laki ini ketawa ketawanya, gue jarang becanda laki-laki, sekarang terjadi lagi ketemu laki-laki yang lebih gampang dipahami daripada wanita itu kan pikirannya kompleks banget. Ketemu laki-laki itu akhirnya gue ngerasa ini film persaudaraan banget dan kenapa terima filmnya? Karena kita pengen melihat film ini apa jadinya, menarik banget.
Pesan yang ingin disampaikan dalam film ini?
Gue pengennya setiap orang yang nonton kalau pun pernah merasakan hal yang sama dan lo pada umurnya, kalau gue kan udah nikah dan punya anak, lo lagi ngerasain sakit hati, kebayang nggak persaudaraan apa yang bisa ditimbulkan dari perasaan yang diinjak-injak dan diremehkan sama orang? Jadi gue pengen, siapa tahu ada Baracas secara nyata, ada kelompok yang berkumpul dan melakukan satu kegiatan yang positif, kreatif, juga luar biasa, menciptakan suatu karya dari kumpulan ini, gue bilang bakal jadi hal yang luar biasa, mau jadi lagu, film lagi, apapun karya yang luar biasa.
Mimpi Main Film Keluarga
Ringgo Agus Rahman memang lekat dengan karakter jenaka di film komedi. Di sisi lain, ternyata setelah menjadi seorang suami dan ayah, Ringgo berkeinginan main dalam film keluarga.
Makna peran yang selama ini didapatkan?
Terapi, kenapa dibilang terapi, setiap orang punya hidup nyatanya sendiri menjalani kehidupan. Dengan berperan gue kayak kabur sejenak dari apa yang biasa gue lakukan, gue menjadi orang lain, gue punya pemikiran sendiri, mencoba jadi orang lain, istilahnya mempelajari karakter orang yang berbeda-beda dan bagaimana lo menjadi orang itu. Gue sih bilang ini adalah kerjaan yang sangat menarik. Gue nggak pernah ngebatasin diri gue, gue bisa jadi siapa aja. Bahkan kalau mau nanya Ringgo yang sekarang atau Ringgo yang 10 tahun lalu, atau Ringgo yang 20 tahun lalu, itu Ringgo yang beda semuanya atau mungkin tahun depan gue bakal beda lagi. Dengan akting ini gue akan cari karakter yang gue suka dan gue akan berubah menjadi karakter yang gue suka itu.
Peran yang sangat Ringgo inginkan?
Gue nggak tahu bentuknya pengen jadi apa karena gue pengen dapet peran yang berdasarkan dari pemikiran yang nggak asal tapi peran itu diberikan ke gue. Karena jujur, sekarang banyak peran-peran yang tidak diberikan, gue hanya disuruh memainkan tapi bukan dikasih. Kalau peran itu udah diberikan ke gue, gue boleh create yang gue mau, dalam arti kata batas-batas yang masuk akal tapi sekarang itu peran yang dikasih itu udah ada dan gue cuma disuruh memainkan sedangkan gue pengen peran itu beneran dikasih ke gue.
Keinginan di dunia akting yang ingin dicapai?
Ternyata kalau punya istri itu romantismenya juga beda. Gue sekarang semakin kaya dengan pengalaman nih kalau sebelumnya gue nggak pernah punya pengalaman keluarga, sekarang gue merasakan dan pengen gue aplikasikan ke akting kalau ada film keluarga itu, kayaknya lucu deh.
Pernah merasa jenuh berakting selama ini?
Bukan soal jenuh, ada titik di mana ada satu kok nggak ada perkembangannya nih, ada gue merasa banyak yang ngecap gue komedi nih, tapi masalahnya hanya beberapa yang gue lakukan komedi secara benar, maksudnya gue bukan pelawak dan gue nggak bisa melawak. Gue cuma ngelakuin hal yang sesuai scriptnya dan rata-rata komedi itu diremehkan sekarang karena ada kaitannya dengan ditertawakan, beda membuat tertawa dan ditertawakan, sekedar ditertawakan gue nggak puas karena harus punya cerita yang bagus. Jadi jarang banget apa yang gue mau dalam satu visi. Gue pengen, balik lagi dapet peran yang dikasih bukan cuma disuruh main doang.
Apakah film memiliki pengaruh buat kehidupan?
Banyak, kalau misalnya dibilang gue udah mencoba beberapa kerjaan dan main film masih menjadi sesuatu yang paling menarik buat gue karena selama perannya menarik dan dibuatnya dengan serius dan nggak asal-asalan, menurut gue main film itu cukup banyak yang mengubah hidup gue ya, film. Tapi gue nggak bisa ngomong gue adalah aktor, karena pada saat sekarang gue lagi nggak main, gue hanya bisa bilang diri gue aktor saat gue sedang memainkan sebuah peran. Gue pengen jadi seseorang yang bisa semuanya, itulah kerakusan gue. Gue pengen bisa motret, bisa video, pengen bisa semuanya karena gue nggak pengen ngebatasin diri gue.
Apakah ada proyek film ke depan?
Ada, selain Baracas, ada satu film lagi, belum persiapan. Gue nggak tahu mungkin mulai nongolnya di akhir tahun atau awal tahun. Ada beberapa proyek ke depan yang gue masih belum bisa omongin karena masih belum berjalan.
Harapan Ringgo untuk karier ke depannya?
Untuk karier, gue nggak ngarepin karier yang luar biasa atau kayak gimana, apapun karier yang masih membiarkan gue masih bisa berkumpul sama keluarga, itu pekerjaan yang gue mau, bukan kerjaan yang memisahkan gue dari keluarga. Pekerjaan yang menghasilkan sesuatu dari hasil yang menyenangkan dan bisa bikin anak gue sekolah.
Sisi menarik film Baracas berhasil membuat Ringgo Agus Rahman akhirnya memutuskan ikut ambil bagian. Sebagai pemeran utama, ia pun menyampaikan pesan yang penuh makna tentang patah hati. Kendati demikian, Ringgo juga memiliki keinginan lain sebagai seorang aktor. Film keluarga adalah jawaban dari mimpi terpendamnya. Semoga lekas terwujud, sukses selalu Ringgo.