Fimela.com, Jakarta Hanung Bramantyo sudah beberapa kali terlibat dalam pembuatan film biopik. Selain membutuhkan riset yang mendalam, kendala lain yang selalu dihadapi Hanung Bramantyo saat membuat film biopik adalah soal keaslian set yang sesuai dengan kehidupan tokoh yang difilmkan.
Kendala yang sama juga dirasakan Hanung saat menggarap film Kartini. Menurutnya, lantaran sulit mendapatkan tempat yang autentik untulk film yang dibintangi Dian Sastrowardoyo tersebut
Advertisement
BACA JUGA
"Problem utama film indonesia soal sejarah adalah tempat yg tidak pernah otentik. Tempat yang sebenernya merupakan situs sejarah selalu dirusak, salah satunya rumah Kartini. Rumah kartini di pendopo itu lantainya sudah marmer, kamar-kamar tempat kartini tidur, kecuali kamar pingitan itu udah dibongkar semua. Catnya udah warna-warni, kalo pun saya mau menggunakan tempat itu jatohnya malah ngerusak," ujar Hanung Bramantyo baru-baru ini.
Lebih lanjut, suami Zaskia Adya Mecca itu juga menuturkan jika tetap memaksakan mengedepankan sisi originalitas tempat untuk film Kartini, ia harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit. Dikatakan Hanung, setelah menghitung secara rinci, produksi film Kartini butuh dana sebesar Rp12 Miliar jika ingin membangun pendopo tempat tinggal Kartini secara autentik.
"Kalo saya melakukan otentifitas secara tempat, budgetnya besar sekali. saya pernah menghitung hanya untuk membangun rumah Kartini otentik dengn skala 1:1, itu saya membutuhkan dana 12 Miliar," tambahnya.
Lantaran hal tersebut, Hanung pun harus rela mengesampingkan sisi otentifitas tempat dimana Kartini menghabiskan banyak waktu semasa hidupnya. "Makanya saya harus menyulap semuanya. Interiornya di sebuah studio di Jakarta, eksteriornya di Jogja. Autentik? Nggak," Hanung Bramantyo.