Sukses

Entertainment

Editor Says: Antara Jomblo, LDR, atau Pacaran Beda Agama

Fimela.com, Jakarta Permasalahan pelik urusan hati itu menurut saya ada 3, yakni jomblo, LDR (Long Distance Relationship) dan yang terakhir pacaran beda agama. Banyak sekali orang yang mengeluhkan hal tersebut. Ada yang sudah karatan ngejomblo, sayang tapi jauh-jauhan dan akhirnya cuma bisa telpon, dan yang terakhir meski dekat eh tapi rumah ibadahnya beda.

***

Kalau kamu sendiri, sering merasakan yang mana? Jomblo sebenarnya nggak terlalu menyedihkan juga. Banyak kok yang bisa kamu lakukan semasa hidup sendiri. Memperbaiki diri, misalnya. Mungkin saja kamu adalah alasan kenapa hubungan percintaan terakhir dengan sang mantan kandas.

"Lho? Kok gitu?". Coba diingat-ingat lagi, apa kamu masih sering mementingkan diri sendiri? Marah-marah sendiri ketika dia sedang tidak menjadikanmu prioritas? Ngambek ketika dia sibuk kerja padahal itu merupakan salah satu fasenya untuk mendapatkan hidup yang lebih baik, salah satu anak tangga yang bisa membuat dia lebih sukses dari ini. Apa masih seperti itu?

Menjadi jomblo adalah kesempatan bagus untuk meningkatkan kualitas diri! (Foto: unsplash.com)

Kalau saya sendiri merupakan orang  yang percaya bahwa pacar bukan menjadi prioritas utama sepanjang waktu. Prioritas utama lho ya. Jadi dia bisa ada di posisi nomor 4 atau 5 saat memang ada hal yang lebih penting. Meski demikian, bukan berarti ia sama sekali tak berharga, kan?

Bisa saja saat itu, dia memang sedang sibuk mengembangkan diri. Bukannya ngambek karena dia nggak memberikan waktu dan perhatiannya sebanyak biasanya. Pasangan yang baik sejatinya harus mendukung dia untuk menjadi seseorang yang lebih baik. Yang lebih maju dari posisi ia berpijak saat ini. Nanti akan ada waktunya kamu ada di prioritas paling atas kok :)

LDR memang menyulitkan, tapi masa-masa setelah LDR-u berakhir juga tak semudah yang dibayangkan. (Foto: businessinsider.com)

Lalu permasalahan pelik kedua adalah LDR. Siapa sih yang senang menjalani hubungan itu? Eits, sebagai orang yang sudah menjalani hubungan ini selama 3 tahun terakhir *uhuk* saya ingin kasih saran. Meski belum bisa dibilang ekspert banget sih kayak kakak editor Bintang.com yang satu ini, *colek Febriyani Frisca Rahmania*.

Menjalani hubungan LDR nggak selamanya buruk, kok. Meski tak bisa ditampik kalau rasa rindu pasti terkadang membuncah tanpa bisa diredam, tapi hubungan seperti ini bisa dibilang 'sehat'. Karena dalam situasi ini, kamu bisa tetap fokus dengan karier yang saat ini sedang kamu jalani. Kamu masih bisa mengejar mimpimu dengan bebas.

Long Distance Relationship dan Long Distance 'Religionship'

Seperti yang sudah dijelaskan, kamu juga nggak perlu menyediakan waktu dari jam 5 sore sampai 10 malam setiap hari Sabtu untuk ngedate atau tiap malam akan bertemu si dia karena dijemput setelah pulang kantor. Terkadang, semuanya cukup dengan video call 2 jam satu hari. Karena terkadang, manusia butuh waktu untuk dirinya sendiri. Menata setiap rancangan dalam fase hidupnya. Namun semua menjadi sulit karena kamu harus berbagi dengan sang kekasih.

Ya, punya pacar juga berarti kamu harus memikirkan perasaan dia. Memikirkan dan meminta persetujuannya untuk terlibat dalam setiap fase hidupmu. Ketika kamu ingin S2 di luar negeri, misalnya. Kamu tahu itu kesempatan yang baik, namun dengan adanya kekasih, kamu juga harus memikirkan bagaimana perasaan dia dan hubungan kedepannya. Jadi, nggak setiap hubungan LDR itu buruk, kan?

Berjuang juga harus tahu waktu, kalau dalam hubungan yang sudah begini, mungkin sebaiknya ikhlaskan saja. (Foto:

Lalu permasalahan paling pelik adalah Long Distance Religionship alias pacaran beda agama. Udah, kalau ini sih memang sulit dicari jalan keluarnya. Jangan-jangan malah double LDR. Sudah jauh-jauhan, beda agama pula. "Tapi kalau sayang, mesti gimana dong?", itu pertanyaan klasiknya.

Saya sendiri adalah orang yang yakin kalau rasa sayang itu tetap berada dalam kontrol diri. Karena, sangat kecil kemungkinannya orang jatuh cinta pada obrolan pertama. Kamu miliki kontrol untuk melanjutkan percakapan itu atau tidak. Kamu yang miliki kontrol akan diri dan masa depanmu sendiri. Jika kamu sudah tahu hubungan tersebut takkan berhasil, jangan dilanjutkan. Buat tembok untuk dirimu sendiri. Namun jika kamu tidak masalah dengan itu, ya itu juga pilihan.

Relationship goals memiliki arti lebih dari sekadar kemesraan yang ditunjukkan di media sosial. (Foto: pinterest.com)

Saya nggak akan ngomongin haram atau halalnya. Karena saya juga bukan ahli agama, dan nggak mau membahas area itu. Intinya hanya kontrol diri. Semua yang terjadi dalam hidupmu itu ada karena 'persetujuan' diri. Kamu nggak akan masuk di Universitas A kalau kamu nggak ingin. Meski nggak ingin, tapi toh kamu 'mengizinkan dirimu' untuk ada di sana. Tak ada perlawanan.

Tapi menurut saya, ada permasalahan lebih penting ketimbang tiga masalah di atas. Hal itu adalah ketika kamu berada dalam satu hubungan namun tidak merasa bahagia. Kamu hanya merasa sayang untuk mengakhiri karena takut sendirian atau kesepian. Atau malah merasa nggak enak karena sudah pacaran lama serta mengenal keluarganya.

Tidak bahagia dengan hubunganmu dengan pacar? (Foto: avivaromm.com)

Jika kamu tersiksa karena LDR, hal itu baik karena kamu masih merasakan cinta untuknya. Masih ada keinginan untuk bersama. Jika kamu jatuh cinta dengan dia yang berbeda keyakinan juga tak masalah karena kamu juga masih merasakan cinta. Bagi yang jomblo tapi tetap punya gebetan, kamu masih bisa memperjuangkan. Namun bagaimana untuk dia yang hanya bisa merasakan keterpaksaan? Saya sendiri tak punya kata untuk berkomentar selain melontarkan senyum.

 

Peluk penuh cinta dari pejuang LDR,

 

Floria Zulvi

Editor kanal Film Bintang.com

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading