Ada Rasa Marah di Album Anyar Slank, Palalopeyank

Fimela.com, Jakarta Sebuah album anyar digelontorkan oleh Slank pada usia ke 33 tahun berkarya di industri musik Indonesia. Bertajuk Palalopeyank, album ini menjadi album studio ke -22 grup yang mengusung genre rock n roll tersebut.

Berisi 12 lagu, Slank mencoba merangkum potret dari apa yang terjadi dalam kurun waktu setahun sebelum lagu-lagunya dibuat. 12 lagu di album ini juga banyak terinspirasi dari beragam kejadian serta tingkah polah orang-orang, khususnya masyarakat dunia maya.

Ada rasa marah di album ini. Menurut Bimbim, rasa marah tersebut seperti layaknya enerji yang mereka dapatkan ketika merilis album Kampungan dengan lagu-lagu yang kritis terhadap pemerintahan saat itu.

"Kalau dulu kami marah dengan orde yang berkuasa, sekarang adalah para penyebar hoax di dunia maya," kata Bimbim di markas Slank, Jl. Potlot, Duren Tiga, Jakarta Selatan, Selasa (7/2).

"Kenapa kami kasih nama Palalopeyank itu adalah ungkapan baru yang kita tujukan kepada para penyebar hoax, buat penyebar jalan kebencian. Nggak usah emosi, marah, kita hashtag-in aja palalopeyank," ujar Bimbim.

Dalam setiap album, Slank memang berusaha menyertakan 4 unsur yang selalu ada di setiap album mereka sebelumnya yaitu tentang cinta, sosial, lingkungan hidup, dan pergerakan anak muda.

Rasa tersebut dituangkan Bimbim Dkk di lagu-lagu seperti Palalopeyank, NgeRock, Orang Merdeka, Rock n Roll Terus, Hutan Karma, Party Di Bali, Tampiasih, Slanky Honey, Terlalu Pahit, Santai Blues, Maomettano Luke Almachzumi, serta Menolak Tua.

"Jadi karena per hari ini tanggal 7 Febuari 2017 album Slank ke 22 'Palalopeyank', sudah beredar. Jadi dapatkan, putar keras-keras dengan speaker atau headset, lalu baru baru bilang (kritik)," tukas Bimbim.