Fimela.com, Jakarta Menjadi rahasia umum ketika film-film lokal yang memiliki segmentasi khusus mendapatkan sedikit jatah layar di bioskop-bioskop tanah air. Biasanya jatah pemutaran film-film segmented berbeda jauh dengan dibandingkan dengan film-film Hollywood dan film lokal yang non segmented, seperti itu pula yang dialami film Boven Digoel.
Film yang diangkat dari buku kisah nyata dan diperankan oleh Christine Hakim, Joshua Matulessy alias JFlow, Edo Kondologit, Maria Fransisca, Ellen Aragay, Lala Suwages, dan lainnya. Rencananya, Boven Digoel akan mulai tayang pada 9 Februari 2017 mendatang.
Namun, hanya 15 layar yang disediakan oleh pengusaha bioskop tanah air. Jatah layar yang sangat minim ini membuat pihak rumah produksi merasa kecewa.
Advertisement
BACA JUGA
"Kami diberi cuma 15 layar seluruh Indonesia. Dari gedung bioskop yang banyak, dengan 15 layar sama dengan mencekik kami. Memang betul di Jayapura 1 gedung bioskop dengan 4 layar," kata Henry W. Muabuay, pimpinan produksi film Boven Digoel di Epicentrum, Jakarta Selatan, Senin (6/2).
"Masalah layar saya bisa memahami ada kegundahan teman-teman Papua. Idealnya memang 50 layar minimal. Saya mencoba memahami situasi yang ada di perspektif pemilik bioskop, ego saya, saya tanggalkan," sambung Christine Hakim.
Namun, sebagai pelaku industri perfilman, Christine Hakim mengetahui bagaimana dilema yang dihadapi oleh pengusaha bioskop. Meski awalnya ia pun berurai air mata karena film yang mengangkat cerita kehidupan masyarakat Papua ini hanya mendapatkan sedikit layar.
"Dengan jumlah bioskop di bawah 1000 hingga pihak bioskop kesulitan mengatur jadwal tayang sementara film Indonesia 1000 lebih. Awalnya saya juga sama, protes, sampai keluar air mata. Tapi harus realistis juga," imbuhnya.
Apalagi ketika disandingkan dengan film bergenre komedi yang tengah diminati masyarakat. "Kalau PH kecil pemula, bioskop realistis. Genre film sekarang komedi yang sedang digandrungi. Kalau ada genre berbeda, kalau nggak pakai promosi 20 M, itu percuma puluhan layar bioskop," ucapnya.
Christine bersama teman-temannya menyikapi hal itu. Mereka berharap film yang memuat nilai bagus ini bisa dinikmati orang, khususnya masyarakat Papua. "Film ini bagus tapi juga segmented. Melihat pasar yang ada. Bukan masalah 15 (layarnya) tapi bagaimana menumbuhkan masyarakat Papua nonton film produksi Papua," tukas Christine Hakim soal film Boven Digoel.