Fimela.com, Jakarta Meski sudah berlalu dua tahun semenjak kecelakaan motor yang hampir merenggut nyawanya, Gunawan masih merasakan bekas mendalam. Ia mengaku trauma dengan kejadian tragis yang pernah menimpanya tersebut.
Sekarang ini, ketika mendengar suara motor yang menggelegar, Gunawan merasa takut. Sama juga ketika dirinya melihat pengendara motor yang ugal-ugalan, seketika Gunawan bakal marah sendiri.
"Pastinya ya (trauma). Saya denger suara motor kenceng aja sekarang suka takut. Terus lihat pengendara motor enggak disiplin aja, suka marah sendiri. Itu traumanya gitu," kata Gunawan di kawasan Tendean, Jakarta Selatan, Kamis (2/2).
Advertisement
BACA JUGA
Rasa trauma itu pula yang menyebabkan Gunawan memilih untuk berhenti dengan hobinya mengoleksi dan mengendarai jenis motor besar. 3 motor besar beserta aksesoris yang dimiliki pun terpaksa dijualnya.
"Selesailah (pensiun) hehehe. Enggak dikasih juga. SIM juga udah diambil (istri) hehe. Jual. Dari helm, jaket, asesoris, jual. Kalau helm diambil orang motor, komunitas motor juga. Tiga motor jual semua," tukas Gunawan.
Gunawan mengaku mulai main motor sejak 2004. Kala itu dirinya langsung memilih jenis motor besar agar terlihat jantan. Namun apa mau dikata, ternyata hobinya tersebut membuatnya harus menghadapi masa kritis.
"Mulai main motor dari 2004. Langsung motor gede, biar kelihatan laki. Tapi tetep aja pas kecelakaan, aaarrggh hahahah," ucap Gunawan.