Fimela.com, Jakarta Sudah jadi fitrah manusia yang tak pernah puas dengan keadaan. Ketika sudah mencapai tujuan, keinginan untuk mendapatkan lebih akan terus muncul. Tapi dengan akal serta naluri yang dianugerahi Tuhan, manusia sudah sepatutnya mengontrol rasa kurang berpuas diri tersebut.
Sederhana. Secuil dari jutaan kata di bumi yang amat sering diucapkan manusia. Merunut dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sederhana bermakna bersahaja; tidak berlebih-lebihan. Lantas, sudahkan kita menerapkan kesederhanaan dalam hidup?
Advertisement
BACA JUGA
Seperti yang saya tulis di awal, manusia acapkali dihadapkan pada kondisi kurang puas hingga rentan melakoni hal yang berlebih-lebihan. Jika sudah terjebak dalam kondisi tersebut, hanya diri sendirilah yang mampu mengontrol hingga sejauh mana melayani ambisi dan mengabaikan kesederhanaan.
Bagi saya, menjadi sederhana sangat menyenangkan. Nyaman melakukan apa saja tanpa tuntuntan apapun. Pun kadang memilih menjadi biasa-biasa saja dapat membawa ketenangan, meski kadang tak terlihat oleh lingkungan.
Ya, eksistensi mungkin menjadi 'candu' bagi sebagian orang. Mendapat pengakuan di lingkungan sosial kadang kala membuat manusia mengabaikan faktor kesederhanaan dalam hidup. Padahal dalam beberapa kasus, menjadi sederhana juga dapat memiliki daya pikat sendiri dalam lingkungan.
Disadari atau tidak, dari kesederhanaan, manusia diajarkan untuk lebih bersyukur. Menyadari jika rahmat yang diberikan Tuhan harus senantiasa dijaga tanpa sikap berlebih-lebihan.
Advertisement
Karena Bahagia Nggak Selalu Mahal
Setiap orang pasti ingin bahagia. Banyak cara dilakukan untuk dapat mencapai kebahagiaan. Pun setiap orang sudah punya 'standar' bahagianya masing-masing.
Bagi saya, bahagia yang paling murah adalah bersyukur dan tersenyum. Dengan melakukan keduanya secara beriringan, diri akan jauh lebih merasa bahagia dan lingkungan pun mungkin akan terkena impact postif dari senyum yang kita bagi.
Dewasa ini, banyak orang yang rela mengikuti tren hingga mengabaikan kesederhanaan. Alih-alih mengatasnamakan kalau bahagia itu mahal.
"Dengan uang semua beres!" Padahal bahagia tidak serumit itu. Hanya saja 'standar' itulah yang acapkali membuat manusia menjustifikasikan kalau bahagia itu mahal. Jika ingin melihat ke bawah, masih banyak orang yang dengan kesederhanaannya dapat bahagia juga, kan?
Siapa sih yang nggak suka diperlakukan mewah? Tak peduli pria ataupun wanita pasti suka. Sebetulnya nggak ada yang salah dengan kemewahan, karena itu adalah pilihan. Tapi mungkin akan sangat disesalkan jika kemewahan itu membawa pribadi menjadi congkak hingga mengabaikan kesederhanaan.
Tulisan ini hadir bukan sama sekali untuk menghakimi pilihan Anda untuk bahagia. Namun saya pribadi hanya berpesan, berbahagialah dengan kesederhanaan. Karena jadi sederhana itu menyenangkan! Terima kasih sudah membaca hingga akhir.
Regina Novanda,
Editor Kanal Celeb Bintang.com