Sukses

Entertainment

Editor Says: Artis dan Perihal Kematian

Fimela.com, Jakarta Belum lama ini publik dikejutkan dengan meninggalnya Muhamad Fachroni alias Oon Project Pop. Sebelum tutup usia ia sempat menjalani cuci darah seminggu tiga kali akibat diabetes yang dideritanya. Kepergian Oon membawa duka yang mendalam kepada pihak keluarga, termasuk istri Oon, Dessy Rosalianita alias Ocha.  Kepedihan hatinya, sempat ia ungkapkan dalam akun Instagram-nya, beberapa saat setelah Oon tutup usia.

"Setiap pertemuan yang indah pasti akan berakhir dengan sebuah perpisahan, karena dalam kehidupan ini tiada yang abadi, perpisahan ini akan menyakiti, tapi ku yakin hal itu akan membuat kita bahagia dikemudian hari.... we love n miss u pap....," tulis Dessy Rosalianita dalam akun Instagram miliknya, Jumat (13/1/2017).

Istri Oon Project Pop, Ocha, bersama kedua anaknya (Instagram/@ocha31)

Kematian memang misteri dan bisa menimpa siapa saja dan di mana saja. Ia mampu menembus ruang dan waktu.  Penyair kondang Chairil Anwar pernah menulis dalam sajaknya, "aku ingin hidup seribu tahun lagi".  

Namun, keinginan hanya tinggal keinginan. Kematian tak ada yang bisa membendung dan memperkirakannya. "Ada menuju kematian," begitu tulis Martin Heidegger. Secara sederhana, apa yang diungkapkan Heidegger itu keberadaan manusia  berujung pada kematian.

i (Nurwahyunan/bintang.com)

"Dan kematian makin akrab," kata penyair Subagio Sastrowardoyo, dalam sebuah puisinya.  Karena tak sedikit kita mendengar, melihat, atau pun membaca tentang persoalan kematian. Ia juga dibahas banyak orang, tak terkecuali lewat buku-buku.

Membahas kematian kadang-kadang kita merasa cepat tua dan hati makin ciut. Terlebih banyak persoalan yang belum selesai hingga terus mengganggu pikiran, bahkan hingga larut malam. Tapi tak apa, kematian betul-betul terjadi.

Persiapan Menuju Kematian

Sedia payung sebelum hujan. Peribahasa itu sempat dilakukan beberapa pesohor di Tanah Air, terkait kematian. Jauh-jauh hari mereka sudah mempersiapkan makam untuk hari akhirnya dengan membeli sebidang tanah untuk pemakamannya. Salah satunya, Boyke Dian Nugraha. Penulis sempat mewawancarainya beberapa waktu lalu alasan mengapa ia memesan makam.

Dalam pandangan Boyke, soal pemakaman ke depan bukan sesuatu yang sederhana, terlebih jumlah penduduk yang makin meningkat. Selain itu, makam-makam yang ada terkesan angker dan tak terawat. Hal itu yang kemudian membuatnya membeli lokasi pemakaman untuk dirinya dan keluarga di San Diego Hills di Karawang, Jawa Barat.

Boyke Dian Nugraha (Adrian Putra/Bintang.com)

Bisnis lokasi pemakaman memang terbilang marak belakangan ini. Hal itu mengingat jumlah penduduk yang kian banyak. Pada 2011 saja, misalnya, sempat diberitakan jumlah areal pemakaman di Jakarta sudah mencapai titik kritis. Khusus di Jakarta Timur, misalnya, luas areal pemakaman hanya mencapai 170 hektare dari 28 lokasi Taman Pemakaman Umum (TPU) yang ada. Bagaimana dengan kondisi saat ini?

Kondisi yang juga memprihatinkan, pertengahan 2016 lalu sempat ramai dibicarakan tentang munculnya makam-makam fiktif. Saat itu dari penyelidikan diketahui bahwa makam-makam palsu tersebut sebagian merupakan pesanan. Ternyata, beberapa dari makam itu menggunakan nama bayi.

Foto Billy Syahputra di Makam Olga Syahputra (Nurwahyunan/bintang.com)

Ironis, lahan persiapan untuk menuju kematian saja banyak dipalsukan. Mereka seolah senang jika ada seseorang yang meninggal karena akan mendapatkan keuntungan dari makam yang telah dipalsukan itu.  Logikanya tentu, ada oknum yang hanya mencari keuntungan untuk diri sendiri. 

Apa yang dilakukan sejumlah orang maupun artis memang jadi sangat beralasan memesan makam dengan pihak yang benar-benar bisa bertanggung jawab. Langkah itu dilakukan tak sekadar untuk mempersiapkan kematian sejak awal, tapi juga mempersiapkan diri untuk lebih mendekatkan diri pada Tuhan.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading