Fimela.com, Jakarta Akhir-akhir ini saya seringkali melihat tulisan yang tidak memanusiakan manusia. Ya, banyak sekali tulisan yang merujuk pada cyber bullying, informasi hoax, menuduh tanpa dasar, dan juga memaki orang lain yang sama sekali tak ada hubungannya dengan orang tersebut. Terlebih, semuanya terjadi di media sosial.
***
Di era digital, banyak sekali informasi hoax alias tidak benar yang sengaja disebarkan. Tak hanya itu, tulisan atau gambar yang menipu pun seringkali telihat seliweran di Facebook. Ambil saja seperti "berikan like dan lihat apa yang akan terjadi dengan foto di atas" atau "foto seksi saja kamu like, masa tulisan Allah tidak?" sampai pada tahap aneh seperti "satu like untuk doakan orangtua agar cepat naik haji".
Advertisement
Yang terakhir mungkin saja bisa dilakukan sebagai doa. Namun bagi saya, sebaik-baiknya doa adalah yang terlantun dalam keikhlasan. Bagi yang tak sepaham, berarti kita tak sejalan. Baiklah. Namanya juga hidup, pasti akan selalu ada pro dan kontra.
BACA JUGA
Sekali lagi mungkin saya akan membahas peristiwa awkarin. Entah kenapa fenomena ini masih saja menarik untuk dibahas. Ehem, setidaknya untuk saya. Hal tersebut dikarenakan sang selebgram yang penuh kontroversi itu, tak bisa dipungkiri, miliki influence yang besar untuk anak muda. Terutama anak SD dan juga SMP.
"Kok anak SD dan SMP?", "Tahu dari mana?". Mungkin itu pertanyaan yang ada di benak kalian. Namun saya sangat menyadari, dari postingan-postingan yang berseliweran dan orang-orang yang sering minta foto bareng sang selebgram kebanyakan masih di bawah umur. Tak hanya itu, saat saya melihat kolom komentar akun awkarin, para penggemarnya itu tak jarang bergeriliya membelanya hingga menggunakan kata-kata kasar.
Entah kenapa, saya seringkali melihat para fans militan tersebut rela mengeluarkan caci maki dan juga pujian setinggi langit dalam sebah kolom komentar di Instagram. Hal tersebut tentu saja membuat saya berpikir, "apa artis idola mereka itu peduli jika kalian membelanya mati-matian?".
Mirisnya, banyak yang membela dengan cara membully di media sosial. Tak jarang mereka menghina bentuk fisik seseorang. Hal tersebut tentu saja membuat mata saya sakit dan kepala saya ikut-ikutan pening. Setelah saya menulis paragraf terakhir, pasti akan ada yang berkomentar "ya nggak usah dilihat. Susah banget!" atau "yaudah sih, tinggal unfollow. Ribet!"
Advertisement
Sampai Kapan Kamu Membully di Balik Layar Handphone?
Tak dapat dipungkiri bahwa membully di balik layar handphone memang sangat mudah. Apalagi ketika identitas kamu nggak ketahuan karena memakai akun anonim. Tentu saja hal tersebut terkadang membuat risih. Hal ini lebih banyak saya temukan di Twitter dibandingkan Instagram.
Maraknya kampanye untuk DKI 1 saat ini tengah gencar-gencarnya dilakukan orang-orang. Tak hanya di dunia nyata, di dunia maya pun para pendukung masing-masing menyuarakan pendapatnya. Namun sayang, di sini saya pun melihat banyak yang tak menjaga tulisannya.
Berdebat memang penting, namun bagi saya semua akan terasa lebih baik ketika dilakukan dengan kepala dingin. Terkadang ngototnya orang-orang tak didasari oleh data. Hanya sekadar pendapat pribadi tak berdasar. Di sini saya mulai merasa muak.
Jujur saja, saya sangat menyukai perdebatan yang didasari dengan logika dan fakta. Bukannya bermaksud untuk membela satu calon, tapi sedari dulu saya memang anti jika seseorang sudah memainkan isu SARA. Lebih baik tunjukkan saja program terbaik untuk rakyat.
Beralih dari isu politik, karena tentu saja saya nggak suka membicarakannya, urusan bully membully sepertinya sudah menjadi hal yang biasa dilakukan masyarakat urban di dunia maya. Bahkan mereka sebenarnya tidak sadar bahwa hal yang mereka lakukan adalah membully.
Hal tersebut tentu saja sangat disayangkan. Selain bisa merusak psikologis korban, seluruh dunia seakan tahu permasalahan apa yang sedang dihadapi korban. Ketika ranah pribadi dibawa ke ranah umum, ketika hal yang harusnya disimpan menjadi konsumsi masyarakat. Sungguh memalukan.
Menjelek-jelekkan, menyebarkan fitnah, dan berkata kasar serta tak senonoh bisa dibilang membully. Menghujat mati-matian artis seperti Ayu Ting Ting pun menjadi salah satunya. Sekali lagi, saya bukan penggemar Ayu Ting Ting. Biarlah gosip dirinya dengan Rafi Ahmad tersebar. Saya sama sekali tak peduli meskipun hal itu benar adanya. Bagi saya hal yang tak merugikan saya, bukan urusan saya. Namun jika kamu menghujat dan terus membullynya, tentu saja kamu termasuk orang-orang yang sama tidak baiknya. Setidaknya untuk saya.
Sudahlah, saya tak ingin menggurui atau sok bijak. Apalagi kalau dibilang kampanye atau fans gila Ayu Ting Ting. Tidak. Saya hanya merasa gerah dengan hal-hal yang seringkali saya lihat di dunia maya. Meskipun saya tak follow ATT tentu saja berita dia akan tetap masuk di news feed karena banyak dari following saya yang peduli akan dia. *puk-puk diri sendiri*
Salam damai, dan sayang :)
Editor Kanal Film Bintang.com,
Floria Zulvi