Fimela.com, Jakarta Tak kurang dari sepuluh tahun, waktu yang didedikasikan Gerald Situmorang untuk dunia musik yang dicintainya. Selalu 'gesit' dalam berkarya, musisi berbakat yang satu ini telah mencicipi berbagai peran dalam dunia yang digelutinya.
***
Gerald Situmorang saat ini dikenal sebagai bassis grup musik fenomenal Barasuara yang beberapa waktu lalu meraih AMI Awards pertama mereka. Beberapa juga mungkin sudah tahu, di band ini Gerald keluar dari zona nyamannya yang notabene seorang gitaris.
Advertisement
Musisi 27 tahun ini pun berusaha untuk bertanggung jawab terhadap dua instrumen dan dua peran berbeda yang ia jalani saat ini. Selain jago menggebrak panggung dengan Barasuara, Gerald juga baru saja melempar album solo gitar pertamanya bertajuk Solitude. Album ini rupanya menjadi media penyalur sisi lembutnya sebagai seorang pribadi sekaligus musisi.
BACA JUGA
Album Solitude berisi 12 track dengan konsep solo nylon guitar yang direkam tanpa overdub. Konsep rekaman dengan rasa live tersebut sengaja dipilih Gerald Situmorang untuk mempersembahkan karya yang lebih natural dan benar-benar terasa musiknya.
Sebuah keunikan tersendiri tentunya melihat dua karakter berbeda seorang Gerald Situmorang. Di satu sisi, ia menjadi liar saat jingkrak-jingkrak membakar semangat Para Penunggang Badai di show Barasuara. Di sisi lain, ia menyuguhkan tembang instrumental melankolis dan menyentuh hati lewat SoliTour, rangkaian konser yang ia gelar di 7 kota sebagai promo album Solitude.
"Ya itu dua-duanya gue. Saat manggung sama Barasuara dan solo jelas beda, karena kebutuhannya beda juga. Yang penting bisa memposisikan diri dan apa adanya aja. Orang mungkin banyak yang salah mengartikan 'apa adanya', tapi itu hal yang penting menurut gue untuk jadi diri sendiri," ujar Gerald Situmorang kepada Redaksi Bintang.com (29/11).
Kesuksesan Barasuara sendiri memiliki dampak besar bagi karier musisi yang pernah menjadi produser musik Monita Tahalea ini. Dari situ ia banyak mendapat penikmat musik baru yang memberi apresiasi luar biasa. Ia juga semakin tertantang untuk menuangkan ide-ide liar yang sudah tertanam dalam benaknya.
Dalam sebuah sesi wawancara khusus di Rossi Musik Fatmawati, Jakarta Selatan, Bintang.com coba mengupas hal-hal menarik dari sisi musikalitas hingga project-project ajaib yang disiapkan seorang Gerald Situmorang. Simak petikan wawancara selengkapnya beirkut ini.
Solitude, Sisi Lain Gerald Situmorang
Dunia musik adalah dimensi ideal bagi seorang Gerald Situmorang. Hampir tak ada kata istirahat baginya bersentuhan dengan musik. Pria yang hobi membaca komik Jepang ini pun merasa musik adalah passion sekaligus penghilang bosan paling mujarab.
Berbagai macam project tercatat telah dibuat oleh Gerald dan rekan-rekan bermusiknya. Ia berprinsip untuk terus membuat sesuatu yang tak biasa, salah satunya album Solitude yang ia rekam hanya dengan satu instrumen gitar nylon miliknya.
Akhirnya Gerald Situmorang merilis Solitude, konsepnya memang melankolis?
Gue sengaja rekaman lagu ini tanpa overdub karena menurut gue kalo disambung-sambung gitu jadinya kurang natural. Mau nggak mau gue harus 'sekali nafas', walaupun ada beberapa lagu yang ngulang-ngulang sampai belasan take. Memang persiapannya juga harus lebih matang untuk melakukan itu. Tadinya ada 17 track, setelah disortir jadi 12 track yang masuk. Dibilang sendu karena mungkin gue mainnya gitar solo, tapi kadang musik memang jadi media untuk mengekspresikan apa yang dirasakan sih.
Berapa lama proses pembuatan album Solitude?
Album Solitude pembuatannya udah dari Oktober 2014, rekaman cuman sebulan kelar. Cuman molor di post production, mixing masteringnya mundur terus. Tapi momennya jadi tepat setelah jadwal rilis Taifun Barasuara di 2015 dan setahun kemudian Solitude di tahun 2016. Cukup dadakan sih, awalnya mau garap album solo yang lain dulu. Gue dari dulu latihan terus di rumah Marco, dari 2007 sampai 2014 di ruang yang sama. Terus September 2014 dia bilang mau pindah rumah. Gue bilang mau rekaman di rumahnya dan Oktober akhirnya rekaman itu.
Apakah album solo ini memang sudah direncanakan sebelum Barasuara?
Barasuara kan dari 2012 ya. Sedangkan gue ngumpulin materi untuk album solo udah dari sekitar tahun 2011 sih.
Kemarin baru saja merampungkan SoliTour di 7 kota, bisa dibilang nekat?
Menantang sih. Kalau dibilang nekat ya bisa juga. Tapi konsep SoliTour itu kan intimate dan alat-alatnya juga simple. Ibaratnya tinggal bawa badan aja lah. Gue sama Tommy Pratomo juga di tur ini, seneng bisa sharing sama pendengar yang mengapresiasi karya gue. Gue seneng bisa ngelakuin apa yang gue suka. Kalau nekat, ya mungkin juga. Seru sih yang pasti.
Ini kan album solo debut Gerald Situmorang, tanggapan di kota-kota yang didatangi seperti apa?
Sebelum ini kan gue udah bikin beberapa album dengan Sketsa, Gerald Trio dan Barasuara. Ibaratnya orang udah kenal gue sebelumnya. Tapi dengan itu audiencenya jadi macem-macem. Ada yang emang udah tahu gue dari lama, ada yang bawa CD Monita juga, dan mungkin ada yang nggak tahu gue gitaris karena di Barasuara kan jadi bassis. Tiap kota yang didatengin ternyata rame juga walaupun gue announce venuenya agak mepet. Venuenya pun nggak segede gigs Barasuara, tapi nyampe ratusan juga sih. Gue pengen intimate aja konsernya dan setelah tampil pun gue seneng ngobrol sama orang yang apresiasi gue main atau karya gue. Apresiasinya gokil sih, gue nggak nyangka. Kaya pas penutupan di Jakarta kuotanya udah abis dan masih banyak yang email. Semua mencapai target yang kita rencanain sih.
Ada rencana SoliTour selanjutnya?
Yang ada di kepala gue sama Tommy sih pengen bikin yang di luar Jawa tapi di titik-titik tertentu aja. Mungkin kaya Medan, Makassar, Bali kaya cuma extension gitu. Cuma ini masih rencana, nggak tahu tahun ini atau tahun depan. Pokoknya pengen lah bawa album ini kemana-mana. Kenapa gue pengen ngelakuin ini ya karena gampang dan kebetulan formatnya simpel jadi misalnya ke Bogor main bisa aja. Walau begitu kita harus ada persiapan yang matang juga.
Lebih suka suasana konser yang intimate?
Ya emang musiknya cocoknya yang intimate. Tapi bukan berarti gue nggak pengen main di venue yang cukup besar kaya concert hall. Cocok juga kali ya. Cuma untuk sekarang dengan musik ini gue senengnya ya 50, 100, 150. Pengen juga yang sampai ribuan dengan musik ini, nggak menutup kemungkinan.
Lagu mana di album Solitude yang paling personal atau berkesan?
Gue bersyukur dengan apa yang sudah gue tulis di album ini. Kalau dari the whole album Familiar Song sih kayanya yang cukup spesial, agak beda dari segi komposisi dan cara gue mainnya. Nggak ketebak juga sih chordnya pas gue mainin dan membuka semua komposisi di Familiar Song ini.
Bass, Barasuara dan Ide Liar Lainnya
Sebagai band pendatang baru, Barasuara meraih spotlight yang cukup terang di kancah musik nasional. Album Taifun (2015) berhasil mengantarkan Iga Massardi dkk meraih AMI Awards, salah satu apresiasi tertinggi untuk Barasuara.
Di Barasuara sendiri, Gerald Situmorang punya peran yang cukup krusial sebagai pembetot bass. Meski merupakan pengalaman pertama bermain instrumen selain gitar di ranah profesional, Gerald punya kapasitas untuk itu.
Kenapa Gerald memilih jadi bassis di Barasuara? Ada tendensi untuk mengalah?
Sama sekali nggak ngerasa ngalah. Menurut gue gitaris, vokalis, bassis, atau drummer semuanya selevel. Semua punya peranan penting, punya peran masing-masing. Jadi nggak ngerasa sama Iga atau gimana. Yang gue cocok di Barasuara itu apa. Kemarin pun di JGTC gue main gitar. Kalo emang di musiknya cocok gitar gue main gitar, tapi kalo emang cocoknya main bass ya main bass. Yang penting gue bisa menyampaikan musiknya as a whole, di mana puzzle piece-nya gue di situ cocoknya sebagai apa. Dan kebetulan cocoknya bass, gue juga nggak nyangka. Kalau temen seband mendukung lo sebagai bassis pasti ada sesuatu yang unik yang mereka lihat. Gue juga nggak percaya sebagai bassis, nggak yakin awal mulanya. Temen-temen gue mendukung, bassis-bassis lain pun bilang gue cocok jadi bassis di Barasuara, nggak tau di kalau musik lain ya.
Upaya penyesuaian dengan instrumen baru (bass) sejauh ini bagaimana?
Sebagai musisi bisa macem-macem sih, bisa gitaris pianis dan semacamnya. Gue kebetulan juga nyiptain lagu dan jadi arranger, jadi tau ngisi bassnya yang cocok gimana. Gue juga sering main dengan bassis-bassis lain dan banyak yang mendukung. Dengan gue jadi bassis di Barasuara artinya nambah lagi tanggung jawab gue, harus bisa jalanin dua-duanya sih. Fresh juga jadinya buat gue mempelajari instrumen baru, yang notabene bass sama gitar nggak jauh beda ya cuman beda bunyi dan cara approach-nya.
Gerald Situmorang yang liar di Barasuara, atau yang mellow di lagu-lagu Solitude?
Ya itu dua-duanya gue. Mungkin kalau udah ngobrol dan kenal akan tahu seriusnya gue. Biasanya kalau di panggung kayak yang bercanda-bercanda, tapi sebenernya apapun yang gue lakukan di musik gue cukup serius. Kalau misalnya gue main di Solitude trus lompat-lompat, bisa aja sih, tapi kan nggak nyambung, walaupun di tour gue bercanda juga tapi beda cara. Kalau di Barasuara gue bisa sampe lepas baju karena cocoknya gitu, menurut gue ya. Gue suka dengerin berbagai jenis musik sih pada dasarnya. Jadi kalau ditanya Gerald yang asli yang duduk apa yang lompat-lompat, ya semuanya gue. Gue bisa ngasal-ngasal, lompat-lompat, tapi gue juga bisa mikir, mellow juga teriak-teriak juga iya. Berusaha natural dan apa adanya aja, in a good way.
Selain Barasuara dan solo, ada rencana ide liar apalagi?
Banyak sih yang pengen dilakuin. Di komputer gue juga punya kaya bank lagu gitu. Udah ada banyak materi buat rekaman tapi nggak pengen buru-buru juga sih. Saat ini ingin fokus di Solitude sama Barasuara dulu, karena jadwalnya kan lumayan padet. Tapi kalau ada waktu sih gue pasti jalan sama project-project kaya Gerald Trio atau sama Monita. Ada juga rencana untuk bikin album solo yang lain, kolaborasi dengan banyak musisi. Walaupun belum tua, tapi gue berharap karya gue nanti bisa dikenang.
Di luar musik, Gerald Situmorang seperti apa?
Cukup senang dengan baca komik Jepang, nonton anime dan kartun Jepang, jalan-jalan sama temen, main game. Sebenernya gue tipikal orang yang di rumah aja sih. Gue juga deket sama sepupu-sepupu gue main game, notabene keluarga Batak kan deket sama keluarga. Kadang gue ngerasa capek manggung, pulang-pulang terobati denger musik juga. Hehe.