Fimela.com, Jakarta Abimana Aryasatya semakin matang dalam kehidupannya. Hal tersebut terlihat dari pemikirannya terhadap konsep keluarga yang dibangunnya. Dengan empat buah hati yang mengisi kehidupannya bersama sang istri, Inong Nindya Ayu, Abimana berusaha untuk memberikan kebebasan yang bertanggung jawab terhadap anak-anaknya. Karena anak-anak pula, meski saat ini disibukkan dengan syuting dan promo film terbarunya, Bulan Terbelah di Langit Amerika 2, Abimana tidak pernah berhenti memperhatikan keluarga.
***
Lepas dari syuting dan promo film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Bos! Part 1 yang panjang dan melelahkan, Abimana sudah disibukkan dengan jadwal padat promo film terbarunya, Bulan Terbelah di Langit Amerika 2. Sebelumnya, Abimana mengaku mendapatkan libur sekitar dua bulan dan dimanfaatkan untuk menghabiskan waktu bersama keluarga tercinta.
Advertisement
BACA JUGA
Usia yang masih tergolong produktif ditambah popularitasnya, tak lantas membuat Abimana lupa diri dan menghaburkan uang tabungannya. Ia mengaku lebih memilih berada di dekat keluarga daripada harus mengikuti arus, bergaul di club atau tempat hiburan serta menghamburkan uang dalam kehidupan konsumtif.
Bagi Abimana, keluarga adalah segalanya. Perjuangan Abimana untuk menemukan sang ayah, memberikannya banyak pelajaran berharga, bahwa keluarga adalah sebuah tanggung jawab dan saling menghargai di dalamnya. Karena itu, Abimana tidak merasa kehilangan lingkungan sosialnya di dunia hiburan, jika memilih menjadi suami rumahan.
"Nggak ada ke klub. Malah sering mancing di daerah Parung. Lingkungan sosial guw beda, bukan clubbing atau lounge. Lingkungan sosial gue empang, mancing lele dan keluarga," ujar Abimana Aryasatya saat menyambangi studio Bintang.com, Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (22/11/2016).
Lantas, bagaimana Abimana Aryasatya membagi waktunya saat tengah sibuk syuting dan promosi film? Apa alasan Abimana tidak lagi ingin banyak bicara tentang ayah kandungnya yang baru ditemuinya, setelah puluhan tahun berpisah? Simak penuturan lugas Abimana selengkapnya.
Film Baru, Semangat Baru
Setelah menjalani jadwal promosi yang padat untuk promosi film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Bos! Part 1, Abimana Aryasatya kini tengah mempromosikan film terbaru yang dibintanginya, Bulan Terbelah di Langit Amerika 2. Abimana banyak mengambil pelajaran dari cerita film yang menimbulkan pro dan kontra di media sosial.
Film Bulan Terbelah di Langit Amerika 2 berpotensi menimbulkan kontroversi, komentar kamu?
Kan, ini pertanyaan, apakah? Bukan klaim. Kalau menurut saya sih nggak sensitif karena bukan klaim. Tidak memojokkan salah satu ras, atau agama. Kan membuat karya film juga berdasarkan pertanyaan. Semisal apakah alien itu ada? Jadi pertanyaan kan lalu ada filmnya.
Jadi kamu melihat film ini seperti apa?
Jadi, sejujurnya film ini menarik. Kalau penemu pizza kan sudah jelas, Italia, hahaha. Eh, bener nggak ya? Sebetulnya isu di film ini menarik, coba kalau googling di mbah google, itu isu yang lagi dibicarakan semua orang, sangat momentum. Kalau siapa yang menemukan pizza pertama kali sudah nggak dibicarakan orang.
Apa benang biru dari film terbaru kamu ini?
Yang paling penting, dari awal sampai akhir, konsep toleransi selalu dijaga. Contoh yang paling terlihat jelas, saya sebagai Rangga dan Nino Fernandez sebagai Stefan, orang yang selalu kiri dan kanan (bertolak belakang) tapi tetap menghargai pemikirannya satu sama lain. Tidak perlu sepaham kok, tapi kan bukan berarti harus musuhan. Yang harus dijaga benang merahnya itu.
Dengar-dengar honor di film ini meningkat dari judul yang pertama?
Sutradara beda, treatment beda, penulis naskah beda, ada Alim Sudiyo sama Mas Rangga dan Mba Hanung. Honor juga lumayan ada peningkatan, itu perubahan yang baik. Enaknya sekarang kalau makan juga de reimbush (diganti), hahaha. Terima kasih Pak Ody. Honornya juga lumayan, hahaha.
Dapat bonus setelah sukses di film sebelumnya?
Istri saya dikasih ikut (syuting di Amerika). Dulu di Austria nggak dikasih waktu main di 99 Cahaya di Langit Eropa. Itu juga hasilnya bagus. Jadi itu bonusnya, hahaha.
Sekarang laris main film, waktu untuk keluarga bagaimana?
Ini adalah dasar, tugasnya sudah jelas. Laki-laki dan perempuan terbagi. Urus rumah ya perempuan, istri. Sementara laki-laki, suami itu berburu tanda kutip, artinya mencari rezeki. Saat ini ya nggak seperti ini terus. Sebelum promo film ini dari film Warkop ke film ni break satu sampai dua bulan.
Ngapain saja?
Ya, memanfaatkan waktu benar-benar bersama keluarga.
Nggak pergi 'gaul' berarti?
Gue itu orang rumahan. Kalau nggak pergi (ada kerjaan) ya di rumah. Nggak mungkin kemana-mana. Cari saya sangat mudah, kalau nggak ada syuting atau promosi, ya di rumah.
Main apa saja sih kalau di rumah bersama anak-anak?
Beda-beda sih. Masing-masing anak berbeda kegemarannya. Yang kecil suka main PS (Play Station). Yang perempuan sukanya ngobrol banyak hal. Ada yang suka nonton film bareng, nggak pasti ini itu. Yang jelas, gue bagi-bagi waktu saja sama anak-anak.
Lebih suka Mancing daripada Clubbing
Terungkap fakta, jika Abimana Aryasatya adalah suami rumahan yang memilih untuk menghabiskan waktu bersama keluaga, daripada menghamburkan uang mengikuti pergaulan gemerlapnya dunia hiburan. Sebagai ayah dari empat anak, ia merasa kehadirannya sangat dibutuhkan buah hatinya untuk berbagi dan mengungkapkan sayang. Malah, Abimana menegaskan, lebih memilih mancing bersama keluarga daripada clubbing di tempat hiburan malam.
Selain main bersama, aktivitas apa lagi yang suka kamu lakukan di rumah bersama anak-anak?
Ya, apa ya. Saya mendengarkan saja. Menjadi pendengar yang baik bagi anak-anak jika mereka sedang bercerita. Cerita tentang apa saja. Cerita tentang kehidupan mereka, protes mereka terhadap peristiwa ini dan itu. Itu bagi gue yang paling penting juga, yaitu mendengarkan. Pasti gue lakukan.
Di media sosial banyak yang menyebut kamu Hot Papa, komentarnya?
Gue orang yang tidak mudah bangga dengan bentuk pujian. Malah bentuk pujian itu menjadi tanggung jawab karena mereka punya ekspetasi. Kalau ekskpetasi tidak terpenuhi biasanya dapat hukuman, hahaha.
Mengarahkan anak mengikuti jejak kamu?
Percuma juga diarahkan, karena setiap manusia pasti punya jalannya masing-masing, termasuk anak-anak.
Dari empat anak, mungkin sudah kelihatan bakat akting atau menjadi penyanyi?
Anak-anak itu selalu ingin terlihat melakukan sesuatu yang buat orangtuanya bahagia, apapun itu. Kalau dibilang orangtua senang anaknya nyanyi dan dikomentari lucu, ya mereka akan berusaha nyanyi. Apapun yang merekpa lakukan itu hak mereka yang penting tidak melanggar apapun, norma, ya apapun. Yang penting mereka bahagia, ya gue terima saja. Jadi saya tidak pernah memaksakan apa yang harus dilakukan sama mereka.
Apa yang kamu takutkan terhadap anak-anak?
Satu hal yang gue percaya, umur orang nggak ada yang tahu. Umur gue atau umur anak-anak. Gue nggak mau menyesal suatu saat gue meninggal tidak sempat membuat mereka bahagia.
Kamu ikuti terus perkembangan anak?
Setiap hari gue pulang pasti ketemu. Sebelum berangkat kerja, gue selalu update. Gue bukan 24 jam yang nggak pulang ke rumah, pasti pulang. Memang kalau ada kerjaan syuting, bisa 24 jam di lokasi. Tapi kalau nggak ada kerjaan ya di rumah saja.
Di rumah terus, nggak ikutan 'gaul'?
Nggak ada ke klub, malah sering mancing di daerah Parung sama keluarga. Lingkungan sosia gue berbeda. Buka klub, lounge. Lingkungan sosial gue empang, mancing lele dan keluarga.
Punya investasi dan bisnis?
Ada tapi rahasia. Yang jelas ada investasi dan gue nggak mungkin ngomong.
Beberapa waktu lalu sempat bertemu ayah kandung dengan sebuah perjuangan puluhan tahun. Saat ini komunikasinya bagaimana?
Sekarang belum tahu kondisinya lagi, jangan ditanya-tanya.
Tapi suka komunikasi?
Ya, bahasanya beda banget ya. Kadang-kadang dia masih WhatsApp dan gue WhatsApp balik. Ini bukan masalah keluarga yang lengkap, biasa saja.
Dari perjalanan kamu akhirnya menemukan ayah kandung, bagaimana kamu memaknai keluarga?
Keluarga itu tanggung jawab. Kalau gue nggak bisa ngomong banyak karena khawatir menyinggung perasaan bapak atau ibu gue. Jadi lebih baik, gue tidak membebani mereka.
Abimana Aryasatya selalu berusaha menjadi ayah yang terbaik bagi keempat buah hatinya. Kebersamaan yang dibangun Abimana menjadi sebuah potret seorang ayah yang memiliki pemikiran ke depan, demi anak-anak. Karena itu, ia tidak ingin membuang waktunya untuk meninggalkan keluarga hanya untuk kesenangan pribadi. Bersama keluarga, menjadi sebuah kebahagiaan yang tidak bisa diukur oleh apapun.