Sukses

Entertainment

Eksklusif, Hari-hari Badai Pasca Keluar dari Kerispatih

Fimela.com, Jakarta 24 Mei 2016 adalah hari yang sangat bersejarah untuk Doadibadai Hollo, atau yang lebih dikenal sebagai Badai. Pasalnya, setelah 13 tahun membangun dan membesarkan nama Kerispatih, dia akhirnya memutuskan untuk keluar dan berkarir sendiri.

***

Pengumuman keluarnya Badai dari Kerispatih beberapa bulan lalu memang sangat mengejutkan. Bagaimana tidak, Badai bukan hanya sebagai pendiri, namun selama ini dia dikenal sebagai punggawa utama yang membawa nama band tersebut menuju kesuksesan.

Eksklusif Badai (Foto: Bambang E Ros, Stylist: Indah Wulansari, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Pasca pengumuman yang disampaikannya lewat Instagram, tidak banyak hal yang diungkapkan Badai tentang alasan dirinya keluar dari Kerispatih. Namun saat berkunjung ke Bintang.com beberapa waktu lalu, dia mengakui bahwa proses hengkang dirinya itu bukan sebuah keputusan yang diambil secara emosional.

“Sebenarnya pembicaraan mundur itu memang sudah terjadi dari tahun 2008. Berarti 8 tahun lalu ya. Total kalau dinilai yang mau mengundurkan diri, atau lebih tepatnya percobaan mengundurkan diri mungkin udah 6 kali,” ungkapnya di kantor Bintang.com, kawasan Menteng, Jakarta Pusat.

Eksklusif Badai (Foto: Bambang E Ros, Stylist: Indah Wulansari, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Badai pun membeberkan bahwa banyak hal yang menjadi pertimbangannya keluar dari Kerispatih. Tingkat kejenuhan yang tinggi, attitude yang kurang baik, dan masalah etos kerja adalah beberapa hal yang membuatnya memutuskan untuk meninggalkan band tersebut. Banyak pihak yang menyayangkan keputusannya, namun tekadnya memang sudah bulat.

Nyatanya bayangan bahwa karir Badai akan meredup sama sekali tidak terbukti. Bahkan, saat ini banyak project dan kegiatan baru yang membuatnya tetap mampu menjaga eksistensinya di dunia musik. Apa saja yang dialami Badai hingga memutuskan keluar? Bagaimana pula kehidupannya setelah tak lagi bergabung dengan Kerispatih? Simak petikan wawancara berikut!

Move on dengan Badai Romantic Project

Melepaskan nama Kerispatih nyatanya bukan sebuah masalah besar bagi Badai. Kini, ada segudang aktivitas yang dia kerjakan, termasuk band baru bentukannya yang diberi nama Badai Romantic Project.

Apa saja yang Badai kerjakan saat ini?
Sekarang punya Badai Romantic Project. Full sign dengan label. Sekarang susah full sign lho dengan label karena label sangat menjaga pundi-pundinya. Mereka memperhitungkan untung dan rugi. Tapi badai yang udah lepas dari Kerispatih dan punya band yang itungannya baru bisa full sign dengan label. Singlenya juga lumayan responnya, masih naik terus, sekolah musik buka, langsung tiga cabang, di Kelapa Gading, Kebon Jeruk, di Cibubur franchise pertama. Sebagai songwriter dan producer juga jalan, Afgan kemarin baru selesai, Mytha Lestari booming terus, Novita Dewi next mau keluar. Ini bukan sekarang aja ya, dari 2009 gue udah bikin lagu. Justru gue pikir ada sisi positif ketika kita berani mengorbankan sesuatu yang besar kemudian memulai lagi sesuatu dari bawah. Buat semangat hidup Gue gitu.

Bagaimana Badai menilai Kerispatih saat ini?
Gue ga pernah kontak. Tapi tanggal 1 oktober kemarin masih main di Bali. Itu sudah urusan masing-masing karena profesional. Mereka bagi Gue tetap sejarah besar kan. Karena tanpa mereka Gue ga bisa berdiri sampai seperti sekarang kan. Cuma yang Gue khawatirkan, kalau itu masih menjadi kebiasaan yang tak bisa diubah, sayang nama bandnya. Karena karyanya sudah terlalu banyak, hitsnya sudah lebih dari 20 lagu. Album udah 8, udah report kalau masih belum keluar dari zona nyaman.

Eksklusif Badai Romantic Project (Foto: Bambang E Ros, Stylist: Indah Wulansari, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Ada rasa kehilangan Kerispatih?
Wah beratnya ya mengambil keputusan itu Gue sebagai orang yang biasanya ada di barisan paling depan, sebagai bemper selama ini, merasa ada yang hilang. Biasa bareng, biasanya di belakang nama Gue ada sesuatu yang besar. Sedih ya sedih, kehilangan ya kehilangan. Cuma kita kan harus moving forward ga bisa di sini aja.

Apakah Badai dan Kerispatih langsung hilang kontak setelah keluar?
Enggak langsung hilang kontak, masih ketemu, kita masih main di Surabaya tanggal 28 Mei, terus mereka masih ketemu masih ngurusi hak cipta lagu. Karena hak ciptanya kan di Gue ya. Gitu aja sih ketemunya untuk keperluan-keperluan penting aja. Kan band harusnya ga gitu ya. Itulah kenapa Gue milih BRP karena naluri anak bandnya masih ada. Meski udah berkeluarga tapi kita ga anggap itu sebagai halangan untuk jadi anak band.

Apakah ada kekhawatiran BRP akan mengalami kejenuhan yang sama?
Selama directornya masih bisa men-drive yang lain gue rasa aman-aman aja. Gue harap BRP bisa memahami isi dan misi gue. Ibaratnya Gue Presiden , Gue kasih tahu ini visi, ini misi. Itu harus dikerjakan.

Eksklusif Badai Romantic Project (Foto: Bambang E Ros, Stylist: Indah Wulansari, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Bagaimana Badai melakukan pendekatan pada anak-anak BRP?
Pendekatannya pasti lebih ke kalau ada masalah. Kita lakukan justru di situ. Mereka kan biasa jadi session player. Mentalnya bukan mental personil, nah kita arahkan. Jadi jangan dibiarin lama-lama benturannya.

BRP apakah bisa dibilang bentuk ketidakpuasan Badai pada Kerispatih?
Ga bisa dibilang gitu karena itu global ya, general. Orang bisa mengartikan Gue ga puas karena apa nih, karena uang atau karena apa. BRP ini hanya salah satu jalur dan saluran baru Gue untuk merawat karya aja. Yang mana karya dirawat mimpinya juga dikejar. Bukan band yang cuma terima hasil dari keartisannya, tapi membuat sesuatu baru terus hingga akhirnya bisa menciptakan pekerjaan. Daripada hanya menerima.

Pasca keluar dari Kerispatih, ada perasaan kosong atau bingung?
Masa itu ada, tapi gue bukan orang tidak kerja, jadi semua dialihkan ke pekerjaan. Karena hampir tiap hari gue keluar rumah ya, rekaman, ngajar, dosen, bikin lagu, meeting sama orang. Jadi kesendirian itu gue alihkan sama pekerjaan-pekerjaan yang menumpuk giu. Tapi kalau lagi sendiri sih suka inget-inget juga masa-masa dulu waktu lagi manggung sama anak-anak. Gue masih ingat, gue bukan orang yang mudah lupa, ga mudah lupa titik demi titik dalam menjalani hidup. Gue ga mudah lupa. Jadi orang selalu inget, punya kelakuan gini gitu.

Akhir Perjalanan Badai dan Kerispatih

Sejak mengumumkan keluar dari Kerispatih, banyak pihak yang mungkin menilai keputusan ini salah. Namun di balik itu, ternyata memang ada kondisi rumit sehingga mengharuskan Badai untuk hengkang.

Sebenarnya apa yang terjadi sehingga Badai meninggalkan Kerispatih?
Sebenarnya pembicaraan mundur itu memang sudah terjadi dari tahun 2008. Berarti 8 tahun lalu ya. Total kalau dinilai yang mau mengundurkan diri, atau lebih tepatnya percobaan mengundurkan diri mungkin udah 6 kali. Karena zaman dulu intinya ga cocok dengan iklim di dalam bandnya. Pengennya kan sehat ya, ga ada yang belok, bukan gimana, tapi memang ada sedikit masalah. Dulu narkoba, dari satu orang. Tapi karena bentroknya attitude jadi gue selalu pengen mengundurkan diri. Tapi ga pernah bisa karena selalu mengutamakan kepentingan yang lain. Setelah ganti vokalis, tahun 2010, gue masih bertahan selama 6 tahun. 6 tahun terakhir ada masalah baru, bukan masalah narkoba lagi, tapi masalah etos kerja. Spirit, etos kerja, mentalitas.

Bagaimana Badai mengucapkan kata-kata keluar?
Pada saat gue mau keluar ga ngomong banyak. Gue cuma bilang ‘Gue ini orangnya memang sprinter, pelari cepat. Bisa saja berhasil, bisa kesandung, itu risiko, udah biasa. Tapi karena pelari cepat maka tak mau mengganggu atau memaksakan kehendak pada yang lain. Makanya gue bilang ke anak-anak mungkin kita lebih baik berteman saja di luar bisnis. Gitu. Jadi gue mengundurkan diri.

Lalu bagaimana reaksi orang dekat saat tahu hal itu?
Memang orang bilang ‘Lu bukannya yang punya?’. Lha gue ga pernah punya band ini secara saham, karena ini adalah band bersama meskipun gue yang mendirikan dan ngumpulin anak-anaknya, gue yang bikin lagu, ini itu. Tapi gue ga pernah merasa ini punya gue karena ga ada nama gue di situ. Kalau badai romantic project itu band punya gue. Jadi daripada gue merasa ga nyaman dan memaksakan kehendak, walaupun itu kehendaknya baik, tapi kan tidak semua orang sama pikirannya. Jadi gue pamitnya gitu.

Eksklusif Badai (Foto: Bambang E Ros, Stylist: Indah Wulansari, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Kapan tepatnya pembicaraan keluar itu terjadi?
Saat itu gue ngomong di grup WhatsApp, tapi anak-anak udah pada tahu dari sebelumnya. Gue ada kemungkinan positif mengundurkan diri. Itu 23 Mei, kemudian 24 Mei gue naikin di Instagram kalau gue mengundurkan diri. Jadi gue ga ada preskon, sampai sekarang ga ada preskon. Jadi media awalnya banyak yang ga tahu, tahunya dari Instagram aja.

Apakah keinginan keluar ini sempat dicegah personil lainnya?
Sering, mereka juga berusaha nglarang Gue. Makanya Gue bilang dari tahun 2008 itu memang Gue mengajukan diri, tapi mereka bilang jangan. Tapi kan ga bisa cuma blang jangan. Harus ada yang diubah. Jangan mempertahankan orangnya saja tapi tidak mau mengubah cara berpikirnya. Akhirnya gue pikir lebih baik sendiri, di mana temen-temen Gue bisa support apa yang Gue punya.

Berarti pergulatan batinnya sangat panjang ya?
Sangat. Jujur aja banyak yang bilang after gue ngundurin diri ‘Lu mau kerja apaan. Yang Lu punya, yang besar cuma Kerispatih. Tapi gue percaya punya potensi besar yang dikasih Tuhan, punya lingkungan yang baik, punya image yang baik, karakter yang kuat jadi ga perlu ada yang takutin. Rezeki udah ada yang atur. Thanks God after gue ngundurin diri malah jalan-jalan yang tadinya tertutup makin terbuka.

Eksklusif Badai (Foto: Bambang E Ros, Stylist: Indah Wulansari, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Masalah etos kerja Kerispatih apa masih berkaitan dengan narkoba?
Enggak ada hubungan, karena saat Sammy keluar dari Kerispatih Gue masih jadi stabilitator menstabilkan semangat anak-anak agar terus fight. Terbukti Kerispatih mengeluarkan Terlatih dengan vokalis baru. Waktu itu sampai sekarang masih menjadi lagu paling anthem saat kita manggung. Cuma mungkin karena Gue terbiasa dengan zona fighter, struggling beda sama yang lain, sedangkan yang lain menganggap dunia keartisannya lebih besar dari musisi. Gue hampir ga punya zona nyaman. Gue selalu keluar dari zona nyaman gue. Masukin zona berat, cari lagi, bikin lagi, keinginan gue ga sama dengan yang lain. Mereka stay aja di sini udah ada manejer, udah ada ini, itu. Kita tinggal tunggu job. Kalau ada ya kita kerjain. Gue ga bisa gitu, kalau ga ada job kita bikin job.

Etos kerja rendah, apakah mereka bosan dengan Kerispatih?
Kalau tingkat jenuh, Gue harusnya yang paling tinggi karena semua di Kerispatih bisa dibilang 80 persen, dari kecil sampai besar gue yang pikirin. Kecuali nyari kerjaan, kalau itu manajer. Tapi memelihara stabilisasi dalam band, bikin lagu yang itu itu, briefing production itu gue kerjakan. Gue ngomong gini karena memang gue yang kerjain jadi gue yang tahu. Satu nama dipikul bareng-bareng. Kalau BRP wajar gue bekerja lebih keras karena ada nama gue di situ. Tapi kalau Kerispatih harusnya memang larinya berbarengan.

Masalah etos kerja ada mulai kapan?
Ya ga tahu juga. Kalau dari dulu sih, mungkin bibitnya udah ada. Kita band besar besar. Satu Indonesia tahu namanya Kerispatih. Mungkin itu jadi sesuatu yang nyaman buat mereka. Ga bisa salahin juga karena mereka ga ngurusin hal lain selain keartisan. Kalau gue kan publishing, belajar negosiasi dan lobbying. Mungkin kalau mau bisa lebih banyak belajar harusnya kejadian ini ga perlu terulang.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading