Fimela.com, Jakarta Denny Sumargo kembali menambah daftar panjang filmografinya dengan membintangi film bergenre horor bertajuk The Doll. Dalam film garapan Rocky Soraya ini, Denny berperan sebagai Daniel yang merupakan suami dari Anya (Shandy Aulia).
Daniel dan Anya dikisahkan sebagai pasangan pengantin baru yang ingin hidup mandiri. Dengan segala daya upaya, Daniel mencoba membahagiakan sang istri tercinta. Namun, saat semua asa itu akan terwujud, kejadian-kejadian aneh justru mulai mewarnai hari-hari mereka.
Daniel yang bekerja sebagai seorang kontraktor real estate itu tak menyangka jika boneka yang dibawanya dari proyek justru menimbulkan malapetaka di keluarga kecilnya. Daniel dan Anya tak lagi dapat hidup tenang. Mereka selalu diteror oleh sesosok hantu boneka yang menyeramkan.
Advertisement
Bertepatan dengan momen Halloween, film The Doll akan tayang serentak di seluruh bioskop Tanah Air mulai 27 Oktober 2016 mendatang. Selain Indonesia, film produksi Hitmaker Studios ini rencananya juga akan tayang di beberapa negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei Darussalam di satu pekan selanjutnya setelah Indonesia.
BACA JUGA
The Doll sendiri merupakan film horor keempat dari Denny Sumargo. Sejak memulai debut akting pada 2012 silam, pria kelahiran Luwuk, Banggai, 11 Oktober 1981 ini sudah tampil di 12 judul film. Tiga di antaranya, termasuk The Doll, baru akan tayang di bioskop.
Terjun ke dunia seni peran sebetulnya bukan menjadi impian Denny. Namun, keterlibatannya dalam klub basket nasional tanpa disadari telah membuka jalannya di industri hiburan Tanah Air. Selain sebagai pemeran, Denny juga menekuni bidang presenting. Saat program televisi pencinta alam yang dibawakannya sukses, nama Denny pun ikut terbawa dampaknya.
Ya, Denny kini sudah dikenal publik sebagai seorang aktor, presenter sekaligus model yang namanya cukup sering diperbincangkan. Sempat diterpa gosip tak mengenakkan beberapa tahun lalu nyatanya tak mengubah jalan takdir Denny sebagai seorang aktor. Melihat adanya campur tangan Tuhan, Denny mantap menekuni bidang yang sempat ingin ditinggalkannya itu.
Lantas, seperti apa cerita Denny Sumargo tentang film teranyarnya The Doll? Bagaimana cara Denny membangun chemistry dengan Shandy Aulia yang berlakon sebagai istrinya? Apa harapan Denny untuk karier ke depannya? Simak hasil wawancara eksklusif Denny Sumargo dengan Regina Novanda dan fotografer Bambang E. Ros di kantor Hitmaker Studios, Gondangdia, Jakarta Pusat, Selasa (27/9/2016).
Advertisement
The Doll dan Shandy Aulia
Tentu bukan perkara mudah untuk Denny Sumargo berperan sebagai Daniel di film The Doll. Pasalnya, Denny yang sampai saat ini masih berstatus lajang itu dituntut untuk luwes beradegan mesra dengan wanita yang sudah punya suami, Shandy Aulia. Namun, berkat 'jurus' andalannya, Denny dan Shandy dapat membangun chemistry apik sebagai sepasang suami istri.
Bisa ceritakan perannya di film The Doll?
Saya berperan sebagai Daniel. Dia itu adalah seorang anak muda yang baru lulus kuliah dan sudah menikah dengan Anya yang diperankan Shandy Aulia. Mereka pacaran dari kuliah. Meski berlatar perekonomian yang biasa-biasa saja, mereka punya keinginan buat kehidupan lebih baik lagi. Karena tak tega liat istrinya ikut kerja, Daniel cari cara lah buat kehidupan yang lebih baik. Dia juga pekerja keras dan pindah ke tempat yang lebih baik. Akhirnya dia berhadapan pada situasi yang mengharuskannya menebang pohon dan malah membuat situasi semakin aneh.
Cara bangun chemistry dengan Shandy Aulia?
Kebetulan kita sudah pernah kerjasama di dua film sebelumnya. Sudah ada modal chemistry. Bedanya di The Doll kita sudah suami istri, sebelumnya bukan. Oleh karena itu ada chemistry yang lebih dibangun. Ada proses reading yang kita manfaatkan buat membangun chemistry suami istri. Saya nggak sungkan buat meluk Shandy setiap kali ketemu. Awalnya dia risih, tapi lama-lama biasa. Karena menurut saya, pelukan itu membangun kemesraan.
Pengalaman menarik selama syuting The Doll?
Ceritanya kan lagi syuting tiba-tiba Sara Wijayanto minta dinyalain rokok. Ekspresinya serius banget, terus dia kayak nahan-nahan. Keringat banyak banget di wajahnya. Lha, saya nggak tahu ternyata ada jelangkung benaran yang masuk, jadi merinding.
Film ini benar-benar meneror. Ada satu adegan saat syuting saya terbawa susana sekali. Teriak histeris sejadi-jadinya. Sutradara sudah bilang 'cut' tapi saya nggak bisa langsung balik jadi diri sendiri. Sempat hilang kesadaraan sesaat.
Ekspektasi buat film The Doll?
Semoga berjalan lancar nanti ketika penayangan perdananya. Penonton tertarik untuk datang menyaksikan sendiri, karena tahun ini belum ada film horor yang jadi pembicaraan. Kemudian bisa berjalan panjang di bioskop. Dari segi penonton bisa banyak lah. Kalau dari sisi value-nya nggak mau muluk-muluk, semoga bisa jadi acuan untuk film-film horor yang kurang bagus.
Setelah The Doll, sudah ada project film lain?
Nanti ada launching film My Trip My Adventure the Movie dan Kartini. Rencananya antara tahun ini atau tahun depan. Saat ini sedang persiapan. Tapi belum tahu juga, karena ada wacana-wacana baru. Nanti ya dikabarin lagi.
Apa yang membedakan The Doll dengan film Denny Sumargo lainnya?
The Doll ini film drama horor, My Trip my Adventure bergenre drama petualangan, sedangkan Kartini drama sejarah. Dari segi genre udah jelas berbeda. Kalau dari segi akting, tanggung jawab saya di The Doll, saya berperan sebagai suami yang biasa-biasa saja. Kalau di My Trip My Adventure saya menjadi petualang yang sangat berani. Sedangkan di Kartini saya menjadi kakak tertua dari Kartini yang sangat memegang kekuasaan keluarga dan aturan Jawa.
Makna Akting dan Penghargaan untuk Denny Sumargo
Ada alasan khusus yang digulirkan Denny Sumargo ketika mengambil tiga project film sekaligus di tahun 2016. Tak ingin disebut aji mumpung, Denny pun memanfaatkan kesempatan emas main film yang dengan bintang-bintang besar untuk menggali bakatnya di bidang akting.
Apa yang membuat Denny tertarik untuk terjun serius di akting tahun ini?
Saya pikir saya sudah saatnya harus fokus lagi untuk profesi sebagai aktor, trus mulai lagi menambah waktu untuk berfokus di sana. Mulai meriset, dan mencari film-film yang berkualitas. Dan harus sudah mulai bermain di peran-peran yang lebih serius. Sederhananya, saya nggak mau waktu yang saya punya terbuang sia-sia. Daripada jadi numpang nggak jelas, mendingan saya fokus aja. Jadi, walaupun saya sudah nggak di situ, saya meninggalkan jejak yang baik.
Awal mula terjun di akting?
Tidak disengaja. Saya merasa ada campur tangan Tuhan di sana. Saya awalnya adalah pembasket. Saya rasa semua mengalir begitu saja. Pernah saya merasa untuk mengakhiri karier akting saya, tapi Tuhan ternyata berkata sebaliknya. Saya diberikan rezeki untuk kembali ada di dunia entertaiment ini.
Seberapa penting akting di hidup Denny Sumargo?
Sudah prioritas ya karena profesi. Kalau pentingnya dalam hidup ya biasa-biasa saja. Nggak terlalu muluk-muluk. Saya nggak menganggap akting saya hebat atau gimana. Biasa-biasa saja.
Lebih enak mana, presenting atau akting?
Sebenarnya lebih enak akting, karena kita hanya fokus pada berakting. Kalau presenting, kita harus persentasi dan berakting, yang artinya ada dua komponen yang dijalankan. Kalau berakting kan nggak ada persentasi, cukup melakukan akting yang diperlukan.
Penting nggak penghargaan buat Denny Sumargo?
Kalau itu (penghargaan) diberikan kepada saya, ya syukur. Tapi saya nggak terlalu mementingkan penghargaan itu sebagai acuan. Terlalu muluk berpikir saya mampu mendapat penghargaan. Tapi jika nantinya dapat penghargaan, saya sikapi itu sebagai bentuk apresiasi orang atas kerja keras saya. Pokoknya saya hanya ingin lebih memperbaiki performance di setiap film yang saya mainkan. Karena penghargaan itu takdir rezeki orang banget. Bonus lah.
Kondisi perfilman Indonesia di mata Denny Sumargo?
Sejak aku mulai join tahun 2012, secara grafik itu very good. Tapi kalau secara perbandingan, kita bicara dengan negara Asia Tenggara, misal Thailand, saya pikir kita belum sebaik mereka atau Jepang yang sistemnya sudah bagus. Tapi kalau di-compare dalam negeri, dari 2012 hingga sekarang, it's very nice, very good.
Sekarang sudah banyak film-film yang berkualitas dan valueable. Secara pembuatan sudah tidak dibuat asal-asalan. Sudah tidak ada unsur-unsur yang tidak nyambung, seperti horor seks sudah berkurang. Dan aku pikir itu sudah menunjukkan grafik yang baik. Artinya para sineas sudah berhasil membuat industri film kita lebih baik lagi.
Ingin adu akting dengan siapa?
Banyak ya. Saya masih penasaran sekali dengan aktor-aktor lama seperti Christine Hakim, Ray Sahetapy, Lukman Sardi, terus yang baru-baru kayak Tara Basro. Banyak lah. Saya sadar masih kurang jam terbang, jadi saya pengen banget bisa satu frame dengan mereka yang talenta aktingnya sudah teruji. Jadi saya bisa belajar banyak dari mereka.
Genre yang ingin dimainkan?
Belum ada, sejauh ini saya masih fokus terhadap cerita dan karakter yang ingin saya mainkan seperti apa. Kalau genre-nya saya masih belum dapat gambaran. Saya belum sentuh action dan komedi. Nanti kalau ada (tawaran) itu bakal jadi prioritas, kalau belum ada ya yang lain dulu.
Harapan untuk karier ke depan?
Semoga masih bisa diberi kesempatan untuk berkarya. Masih bisa dapat kesempatan untuk belajar. Itu aja. Sederhana sekali.
Penghargaan tak pernah menjadi perhatian utama Denny Sumargo dalam berkarya. Yang terpenting adalah setiap karya yang dihasilkan mampu membuatnya diingat oleh penonton. Baginya, penghargaan hanya soal bonus dan rezeki setiap orang. Dengan penuh kerendahan hati, Denny kini tengah mencoba membangun kariernya sebagai aktor ternama Tanah Air. Sukses selalu, Denny Sumargo.