Fimela.com, Jakarta Pendalaman karakter demi sebuah film bisa berpengaruh dalam kehidupan pribadi aktor. Tak jarang peran dalam film terbawa dalam kehidupan pribadi dalam waktu yang lama. Inilah yang terjadi antara Hamish Daud dan Ray Sahetapy. Usai berperan sebagai cucu Ray dalam film Spy in Love, Hamish tetap menjadi cucu Ray dalam kehidupan nyata.
****
Totalitas inilah yang membuat Hamish semakin mantap menapaki karir akting. Terlahir dengan nama lengkap Hamish Daud Wyllie, 8 Maret 1980, Hamish masuk dunia entertaimen lewat acara My Trip My Adventure sejak 2013. Hamish mengawali kariernya di dunia entertainment dengan menjadi host bersama Denny Sumargo, Vicky Nitinegoro, dan Nadine Chandrawinata.
Advertisement
Hamish membintangi film pertamanya bertajuk Rectoverso pada tahun 2013 yang di adaptasi dari novel Dewi Lestari. Selain hamish film ini juga dibintangi Acha Septriasa, Lukman Sardi, Prisia Nasution, Sophia Latjuba, Yama Carlos, dan masih banyak lagi. Ini adalah langkah awal Hamish menjajal akting.
BACA JUGA
Sukses film pertamanya, pada tahun 2014 ia membintangi film Supernova: Ksatria, Putri, & Bintang Jatuh yang masih diadaptasi dari novel Dewi Lestari yang digarap sutradara Rizal Mantovani. Berperan dalam film produksi Soraya Intercine Films ini Hamish berperan sebagai gay bersama Arifin Putra. Film ini juga dibintangi Herjunot Ali, Raline Shah, dan Paula Verhoeven.
Di tahun 2015 Hamish membintangi film laga pertamanya bertauk Gangster produksi Starvision Plus garapan sutradara Fajar Nugros yang juga dibintangi Yayan Ruhian, Kelly Tandiono, Ganindra Bimo, Dwi Sasono, dan masih banyak lagi. Kali ini Hamish dituntut mampu berperan laga. Adegan-adegan laga dianggap sangat cocok dengan citra maskulin Hamish.
Di tahun yang sama, Hamish juga membintangi sebuah drama comedy romance berjudul Love You.. Love You Not.. yang di produksi oleh MVP Pictures. Film ini adalah remake dari Thailand berjudul I Fine..Thank You..Love You yang tayang 2014 lalu dan telah dibeli hak ciptanya oleh pihak produksi yang juga menggeret aktris cantik Chelsea Islan. Hamish berubah menjadi sosok romantis dan lucu di film ini.
Tahun ini, Hamish beradu akting dengan Ray Sahetapy di film Spy In Love. Kisah percintaan dan nasionalisme membuat Hamish langsung antusias ketika ditawari bermain di film ini. Putra (Hamish Daud) dan Pevita (Siti Soleha) yang berencana melangsungkan pernikahan di sebuah pulau romantis. Namun konflik muncul saat Ray (Ray Sahetapy), mantan agen intelegen yang menjadi kakek dari Putra menyimpan kecurigaan terhadap sosok Fariza (Nasha Aziz) yang merupakan ibu dari Pevita yang dianggapnya sebagai agen rahasia yang melakukan penculikan terhadap beberapa orang banker dunia.
Hamish menambahkan, sekitar dua minggu di Malaysia, banyak hal yang dibagikan oleh Ray Sahetapy terkait pengalamannya di dunia akting. Sebagai aktor yang baru merintis karir, pengalaman yang dibagi Ray Sahetapy dianggap Hamish sebagai sesuatu yang berharga untuk meningkatkan karirnya di industri perfilman tanah air.
Melihat antusiasme Hamish Daud, Ray Sahetapy mengaku kagum. Hamish adalah salah satu aktor masa depan yang menjanjikan. "Hamish adalah anak muda yang patut dibanggakan Indonesia. Dia mau belajar jadi sebagai orangtua saya berusaha membangi pengalaman," ujar Ray saat bertandang ke kantor Bintang.com, (29/9/2016).
Salah satu alasan kenapa chemistry begitu cepat terjalin karena Ray Sahetapy tak pernah melakukan intimidasi sama sekali. Bahkan, kepada Hamish Daud yang merupakan juniornya di dunia akting, Ray justru banyak memberikan ilmu yang bermanfaat. Simak obrolan Hamish dengan tim Bintang.com berikut ini.
Advertisement
Pertemuan Pertama dengan Ray Sahetapy
Tak butuh waktu lama untuk Hamish Daud dan Ray Sahetapy menjalin chemistry. Hanya ukuran belasan menit, mereka bisa menjadi layaknya cucu dan kakek. Hamish menambahkan jika sampai saat ini dirinya dan Ray Sahetapy masih sering menyapa dengan panggilan sayang kakek dan cucunya.
Nama Hamish langsung muncul begitu skenario film ini ditulis. Film romantis komedi ini juga menggabungkan aksi laga. Hamish dianggap cukup mumpuni untuk berperan dua karakter.
Perasaan Hamish saat langsung ditawari jadi pemain utama?
Kita pas pertama kali meeting dengan pemain dan kru langsung nyambung. Langsung singkron, jadi senang bisa ikut film ini.
Yang bikin langsung nyambung?
Om Ray, nggak sampai satu jam ketemu kita itu langsung masuk ke karakter. Opa langsung manggil saya cucu. Dari awal Opa langsung ngajarin banyak hal. Kisah tentang nusantara meskipun diceritakan berulang-ulang tapi saya selalu suka mendengarnya. Seolah-oleh baru pertama dengerin. Seru sama Om Ray
Kisah apa yang paling menarik?
Saat sharing kamar sama Opa itu tak terlupakan. Di depan kamar hotel kami menghadap laut dan ada satu cerita tokoh yang membuat nama Indonesia. Dan kuburannya pas di depan kamar kita. Jadi kita sering ngobrolin cikal bakal nama Indonesia. Kita ngobrol sampai jam dua pagi setiap malam dan nggak bosen.
Berperan dua karakter tantangannya?
Seru, satu sebagai hotel manager yang profesional dan suka gombal. Satu lagi sebagai intel yang punya kemampuan laga.
Bagaimana tantangan laga?
Koreografi laga sesuai dengan kemampuan saya. Sejauh apapun adegan laga saya bisa menjalani. Ada waktu untuk pelatihan juga. Dua minggu di Jakarta dan satu minggu di Malaysia sebelum syuting masih latihan.
Bagaimana perasaan setelah melihat filmnya? Puas?
Sebagai orang seni pasti pengin hasil lebih baik. Nggak ada kata puas. Tapi disini seru, ada tiga bahasa Melayu, Inggris, dan Indonesia. Kolaborasi action, komedi, dan romantis juga.
Menemukan Indonesia
Meskipun capek syuting, namun Hamish Daud masih sempat mendengarkan kisah nusantara dari Ray Sahetapy. Film Spy in Love mengantarkan Hamish pada penemuan kata Indonesia yang membuat rasa nasionalismenya semakin besar.
Nggak bosen mendengarkan kisah nusantara dari Om Ray?
Percaya nggak, setiap malam cerita itu saya rasanya kayak baru pertama kali mendengar kisahnya. Senang sekali. Syutingnya tidak di Indonesia saja tapi juga di Malaysia jadi lebih tahu Indonesia dari sudut pandang yang berbeda.
Bagaimana cara membangun chemistry?
Pastinya ngobrol dan ngopi, karena kita satu hotel. Dari awal tidak kenal, jadi mesti membangun chemistry dari awal.
Adegan yang syutingnya paling berkesan?
Adegan di laut, karena tiap hari lihat laut jadi pengin nyemplung tapi nggak juga datang adegan di air. Pas adegan laut jadi senang banget.
Adegan lamaran juga itu susah. Sering juga ditanyain sama wartawan. Karena belum pernah lamaran jadi harus tahu rasanya. Butuh waktu untuk membuat kami tak saling canggung. Sekitar dua jam take baru dapat feeling-nya.
Film ini juga dirilis di Malaysia?
Ya, di Malaysia rilis Januari 2017.
Bagaimana perasaannya film ini bakal tayang di Malaysia juga?
Senang. Lebih senang karena di Malaysia film ini mendapat porsi film lokal. Jadi bakal tayang dua minggu di bioskop Malaysia sesuai dengan perundang-undangan disana.
Bedanya apa tayang di Malaysia dan Indonesia?
Ya sama, cuma bagian-bagian film di Indonesia bikin ketawa belum tentu membuat tertawa penonton di Malaysia juga. Sebaliknya, yang bikin tertawa di Malaysia juga belum tentu membuat penonton disini tertawa. Inilah yang membuat Spy in Love jadi terasa istimewa. Bisa diterima penonton di Indonesia dan Malaysia.
Perjalanan karir Hamish Daud masih jauh membentang ke depan. Pengalaman syuting dengan Ray sahetapy tentu menjadi bekal berharga untuk akting Hamish ke depan. Apalagi Ray tak canggung memuji Hanish sebagai aset masa depan untuk film Indonesia.