Fimela.com, Jakarta Kalau disebut Nurina Permata Putri, pasti publik banyak yang bertanya, siapa dia gerangan? Namun jika ditambahkan sosok perempuan berparas ayu itu dipanggil Rina Nose, masyarakat terutama penggemar program D'Academy Indosiar pasti langsung mengenalnya. Tingkah polah artis dan komedian ini pasti langsung mengundang gelak tawa. Bisa membuat tertawa di atas panggung, namun bagaimana ia menjalani kisah cintanya? Dengan latar belakang kegagalan dua kali dalam pernikahan, apakah Rina Nose lebih hati-hati dalam menjalin hubungan asmara, termasuk dengan Fakhrul Razi?
***
Gagal dua kali dalam pernikahan, bukanlah hal yang diinginkan setiap orang, termasuk Rina Nose. Jika cinta sudah berlabuh, sudah seharusnya tetap seperti itu. Namun jika memang cinta itu harus pergi, bukan berarti harus meratapi. Kegagalan itu tak membuat Rina Nose menjadi galau selamanya. Menyusun kembali puing-puing cinta itu, menjadi hal yang harus dilakukannya. Termasuk bersama Fakhrul Razi, artis dari negeri tetangga, Brunei Darussalam.
Advertisement
BACA JUGA
Bersama Fakhrul Razi, Rina Nose kembali menemukan impian cintanya. Meski saat ini hubungan mereka sudah kandas, namun bagi Rina Nose, tidak ada salahnya menyusun kembali cara untuk menyatukan hati. Perlahan tapi pasti, sinyal asmara itu telah kembali.
Menemukan kembali jejak cinta yang telah pergi memang bukan hal yang mudah. Melalui sebuah proyek kerjasama, diharapkan ada cerita yang dapat menyatukan kembali Rina Nose dan Fakhrul Razi dalam sebuah ikatan asmara.
"Kita masing-masing saling introspeksi diri, mungkin akunya yang salah. Kita ketemu, obrolin. Jadi kita gimana, jalan tengahnya bagaimana," ujar Rina Nose yang didampingi Fakhrul Razi saat melakukan pemotretan di studio Bintang.com, Kamis (31/8/2016).
Memang, dalam sebuah hubungan instrospeksi menjadi hal yang utama dalam setiap penyelesaian. Karena dengan instrospeksi diri, banyak hal bisa terungkap dan menutup egoisme masing-masing pihak.
Rina Nose dan Fakhrul Razi dengan gaya yang jenaka, bertutur tentang hati dan perasaan mereka, termasuk rencana ke depan kepada reporter Teddy Kurniawan dan videografer Basyir Lativan di kantor Bintang.com, Gondangdia, Jakarta Pusat.
Advertisement
Fakhrul Razi Pernah Sakiti Rina Nose
Berpisah, bukan berarti tak saling cinta. Rina Nose dan Fakhrul Razi kini tengah mencari makna cinta yang sesungguhnya. Bahasa tubuh keduanya, masih menandakan adanya benih cinta itu, meski status keduanya tengah introspeksi diri.
Apa aktivitas kalian saat ini?
Rina Nose (R): kalau aktivitas aku bekerja, kerja keras bagai kuda, hahahaha. Tiap hari di salah satu stasiun televisi swasta menghibur secara langsung ibu-ibu, bapak-baoak, anak-anak muda. Kalau Anda apa?
Fakhrul Razi (F): Nganggur, hahahaha.
R: Kasihan, hahahaha
(Rina Nose dan Fakhrul Razi tertawa lepas)
F: Aku juga berkarya di Brunai (Darussalam), Malaysia dan di Indonesia. Tapi di Indonesia kan belum lama, mengisi acara saja di sini. Di Sabah, aku mengisi satu kampanye politisi. Butuh waktu yang lama dan panjang karena mengikuti politisi kemana-mana. Di Brunai juga ada acara dan Oktober nanti ada udangan dari Beijing. Kami juga membuat single duet berjudul Cinta Kutahu.
Kalian itu jenaka ya?
F: Kalau jenaka ya dia (Rina Nose). Aku salut banget karena jenakanya beda. Jenakanya dia itu penuh pemikiran, prosesnya panjang. Seharusnya dia punya tim sendiri untuk membuat gimick kejenakaannya.
R: Wah, anak mana tuh timnya?
(keduanya pun kembali tertawa)
Bagaimana sosok masing-masing di mata kalian?
R: Kalau di mata aku sih, dia seniman yang rumit pola pikirnya, yang sulit dipahami orang-orang biasa. Lebih kepada aneh mungkin ya. Dia penuh imajinasi, jadi dia seniman yang penuh imajinasi.
F: Saya tidak pernah lihat televisi Indonesia. Ketika masuk di dalam programnya, aku dikenalkan pada sosok ramzy dan lain-lain, semuanya baik. Saat aku melihat Rina Nose, aku berpikir, siapa sih dia sebenarnya? Dia host, pelawak juga, lagunya dasarnya komedi, komikal. Aku melihat dia sebagai sosok yang penuh penghayatan, ekspresif dan seperti bunglon, bisa cepat menyesuaikan diri.
R: Perasaan jawabannya panjang ya.
F: Kan gue aneh, hahahaha.
Tadi disebutkan buat kerjasama singel baru, bisa diceritakan?
R: Proses rekamannya terhitung singkat, satu hari saja. Namun lagu itu ditulis berdasarkan pengalaman, cerita aku dan dia. Kebetulan kita berteman dengan Ories (Risna Ories) udah kayak pacaran saja, apa aja kita omongin. Dia itu ngikutin perjalanan aku sama Fakhrul. Banyak peristiwa kami lalui dan dia akhirnya punya kesimpulan, kok kita bisa begini ya, bisa begitu ya selama berhubungan. Ahirnya Ories ini punya ide untuk bikin lagu buat kami. Ya sudah kami oke. Lagu ini 'based on true story', judulnya Cinta Kita.
Lagu ini 100 persen cerita kalian sebenarnya?
R: Ya, mendekati sih, menggambarkan bagaimana hubungan saya dam Fakhrul
F: (Fakhrul menyanyikan salah satu syairnya). Kamulah cintaku kamu kekasihku oh tak mau semakin menyakitimu.
R: Tuh menyakitimu, karena dia pernah menyakiti aku
F: Iya memang.
R: Karena dia pernah menyakiti dan tak mau ini terus berlanjut, lebih aku tidak meneruskan ini deh.
(Rina Nose dan Fakhrul Razi kemudian menyanyikan reff-nya)
R&F: Cinta kita tulus adanya walau tak bisa berat tuk bersama, biarlah cerita menjadi kenangan indah, bahagiaku bahagiamu.
R: Meski kita tak bisa bersama tapi cinta kita tulus lho. Ya, yang penting bahagiaku bahagiamu.
Sebenarnya bagaimana hubungan kalian?
R: sebenarnya kita hidup masing-masing, dia dengan caranya aku lewat caraku, kita masih saling komunikasi, teleponan.
F: Wah, kalau telepon kan mahal, beda negara, hahahaha.
R: Jangan terus terang banget dong, kayak enggak mampu. Kita memang punya kehidupan masing-masing tapi masih tetap nyambung.
S: Tapi terus terang, kalau ngobrol sama dia enggak bisa lewat pesan, harus eye contack. Kalau wasap nanti emoticon-nya beda. Mungkin pemahaman kami bisa beda, berantakan dan sebagainya kalau diteruskan, hahahaha.
Rina Nose Tidak Takut Jatuh Cinta
Rina Nose dan Fakhrul Razi sebenarnya nyaris menikah. Namun rupanya takdir berkata lain. Rencana pernikahan itu akhirnya dibatalkan seiring dengan kandasnya hubungan mereka. Tentu ini menjadi pukulan telak bagi Rina Nose dalam kehidupan percintaannya setelah dua kali gagal berumah tangga. Namun rupanya, Rina Nose berusaha untuk ikhlas menerima takdir tersebut.
Dahulu kan katanya pengin menikah?
R: Ya, kita memang punya rencana untuk menikah, tapi enggak jadi karena perubahan pemikiran dia. Ternyata realistisnya dia dan aku beda. Tapi keinginan menikah waktu itu bukan karena dia menjanjikan apa-apa atau php, itu memang kesepakatan kami berdua. Tapi begitu dia berubah pemikiran, ya sudah kita memutuskan untuk sampai di sini dulu. Tapi kita masih berhubungan baik.
Masih ada perasaan dong?
R: kalau perasaan sih masih ada ya, cuma kan sekarang beda. Tapi tetap saja, apapun hubungannya kasih sayang dan cinta itu tetap harus diberikan. Itu yang penting.
F: Saya setuju. Karena kalau dalam perhubungan yang baik, harusnya ada support.
Kalian merasa pasangan yang cocok?
R: Ya, karena pada saat perlakuan dia aneh, aku masih bisa terima. Malah aku mencari latar belakangnya kenapa dia seperti itu. Aku juga berusaha introspeksi diri, mungkin dari akunya yang salah, Kita ketemu dan obrolin, jalan tengahnya bagaimana. Chemistry-nya sudah dapat.
F: Meski dalam kondisi seperti ini (berteman), kita masih bisa curhat bersama.
R: Jadi enggak ada tuh yang namanya dendam. Mentang-mentang dia nyakitin aku, terus aku harus nyakitin dia.
Bisa disebut teman tapi mesra (TTM)?
F: Ya, dibilang saja teman spesial. Dia wanita yang luar biasa sekali menurut aku. Dia bisa mengajarkan aku untuk lebih ikhlas dan tenang. Aku nyaman sama dia, dan susah memang mencari orang-orang yang bisa membuat kita nyaman.
R: Kebetulan kita sama-sama saling mengerti saja.
Bagaimana kalian memaknai hubungan ini?
F: Ya aku sih mengambil hikmahnya saja. Dalam perjalanan cinta kami ini, dapat diambil kesimpulan. Apa yang cocok tidak harus selalu bersatu dan sebaliknya, apa yang tidak seharusnya bersatu tidak harus cocok. Tergantung intepretasi masyarakat saja. Bagi saya, dengan kejadian ini level keikhlasan kami sedang diuji.
R: Dia itu beda dari yang lain, pola pikirnya beda. Dari banyak lelaki keras kepala dan egois yang aku temui, cuma dia yang bisa mengerti aku dan aku mengerti dia. Enggak tahu kenapa, mungkin ini yang dinamakan jatuh cinta tanpa alasan.
F: Kadang aku mikir juga, meski sudah enggak bersama dan menyakiti, malah kami kerja bareng. Umumnya kan orang pada enggak mau ya. Ini fantastik menurut aku dan kita itu jadi eksperimen Tuhan. Itu menurut aku lho.
Sudah enggak berstatus pacaran, tapi kok masih kelihatan mesra?
R: Kita udah biasa sih, udah kayak sahabat, teman istimewa. Misalnya aku nyender di bahu dia, itu sudah biasa.
F: Malah sekarang kita lebih jujur lagi kok, enggak ada yang disimpen. Semua kita omongin, beda kalau dahulu. Kalau dianalogikan, kita ini seperti mentega, berada diantara roti. Kita di tengah, memberikan rasa. Aku enjoy dengan ini.
Rina Nose pernah gagal dua kali berumah tangga. Lebih protektif dalam menjalin hubungan?
R: Ya, lebih protektif, lebih menjaga diri. Namun tetap membuka diri. Bukan takut jatuh cinta lagi, tapi belum menemukan saja, belum pas. Saat ini aku banyak belajar dari kegagalan-kegagalan. Bukan berarti kelak aku enggak gagal lagi. Aku akan terus mencoba dan mencoba sampai menemukan keberhasilan yang hakiki dari banyak kegagalan yang aku alami. Selama kegagalan itu aku syukuri, jadi terasa ringan.
F: Saya mendukung dia dalam sesi introspeksi diri, kami sama-sama saling mendukung, supaya dia enggak gagal lagi dan aku enggak gila lagi, hahahaha.
Keduanya kemudian mengakhiri sesi wawancara dengan senyuman penuh arti. Senyum optimis tersungging dari Rina Nose dan Fakhrul Razi menatap masa depan mereka. Saat ini keduanya memang belum lagi ditautkan dalam ikatan asmara, namun siapa yang tahu, esok atau lusa, kabar bahagia itu bisa datang. Toh, bukankah jodoh sudah ada yang mengaturnya?