Fimela.com, Jakarta Tertangkapnya ketua umum PARFI, Gatot Brajamusti terkait penyalahgunaan narkotika kembali menyeret latar belakang Gatot yang terlebih dulu dikenal sebagai seorang guru spiritual yang agamais. Terlebih, orangtua dari pria 54 tahun tersebut juga diketahui sebagai sosok ulama terpandang di lingkungannya.
Bertempat tinggal di desa Sukasanah, Cisaat, berdekatan dengan padepokan milik Gatot Brajamusti, K.H. Dudung dan ibu Hindun dikatakan termasuk orang yang dituakan di daerah tersebut. Sang ayah diketahui pernah menjabat sebagai ketua koperasi di Sukabumi.
Advertisement
"Orangtuanya di sini orang terpandang, dulu bapaknya juga pernah menjabat ketua koperasi di Kabupaten Sukabumi. Kalau di sini kegiatannya sebagai pembimbing pengajian masyarakat dan ibunya juga bagus agamanya. Pada masyarakat juga banyak memberi," ujar Mamin, ketua RW 09 kampung Cikiray, desa Sukamanah, Cisaat, Sukabumi, Jawa Barat pada Bintang.com, Selasa (30/8/2016).
BACA JUGA
Selain tokoh yang terpandang, orang tua dari Gatot Brajamusti juga diketahui cukup dekat dengan masyarakat sekitar. Hal itu bertolak belakang dengan kepribadian anaknya yang terkesan berjarak dengan masyarakat di lingkungan padepokan.
"Kalau sama bapaknya Alhamdulillah saya sering komunikasi terutama soal kegiatan-kegiatan keagamaan. Kalau sama Aa Gatot belum pernah (ngobrol), karena ke sininya paling satu malam karena dia mungkin sibuk," ungkapnya.
Gatot Brajamusti memang diketahui tidak berdomisili di daerah Cisaat, melainkan memiliki sebuah rumah di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat selain kediamannya di kawasan Pondok Pinang, Jakarta Selatan.
Kini, saat pemberitaan soal tertangkapnya Gatot Brajamusti ramai diperbincangkan, Mamin mengaku belum berkomunikasi lagi dengan K.H Dudung. Selain merasa segan, pria berperawakan gempal tersebut juga sudah kadung malu atas perbuatan Gatot yang dianggap mencemarkan nama kecamatan Cisaat, Sukabumi.
"Belum ngobrol lagi sama Pak Dudung (ayah Gatot Brajamusti), Insya Allah pasti ketemu tapi sekarang sih masih berduka. Abis gimana yak, saya juga malu sebagai ketua RW, di wilayah kami ada warga mengatasnamakan kampung ini kan kecewa nama kampungnya kebawa jelek," paparnya.