Fimela.com, Jakarta Arifin Putra melalui perjalanan panjang untuk memutuskan bermain total di film layar lebar. Berangkat dari bintang iklan, model, bintang sinetron, kemudian pemain film, Arifin memberikan seluruh kemampuannya untuk film layar lebar. Dari semua karier yang dijalaninya, film adalah pilihan yang diambil dengan pertimbangan matang usai membintangi film The Raid 2.
***
Pemilik nama lengkap Putra Arifin Scheunemann ini lahir di Jakarta, 1 Mei 1987. Karirnya di dunia entertaiment diawali lewat bintang iklan pada usia 13 tahun. Dalam akting, Arifin dikenal publik berkat lewat perannya dalam sinetron Senandung Masa Puber. Setelahmenjadi model video klip Kisah Kasih di Sekolah yang dinyanyikan oleh Chrisye, ia ditawari untuk bermain dalam sinetron yang berjudul sama.
Advertisement
BACA JUGA
Setelah membintangi film The Raid 2, Arifin Putra tidak pernah bermain sinetron. Padahal Arifin lebih dulu dikenal sebagai seorang pesinetron. Sejak tampil memukau di film The Raid 2: Berandal, banyak tawaran film yang datang berkat aktingnya yang dinilai berkarakter sehinga belum sempat membintangi sinetron lagi.
Pria blasteran Jerman tersebut memang sedang fokus untuk membangun karirnya di perfilman tanah air. Hal tersebut juga turut memaksanya untuk sementara meninggalkan dunia sinetron yang sempat membesarkan namanya di seni peran tanah air. Jika ada waktu, Arifin tak menolak kesempatan kembali bermain di sinetron.
"Saya udah enggak main sinetron sejak 2014, saat The Raid 2: Berandal tayang dan setelah itu memang tawaran film lumayan banyak jadi saya mau fokusin film dulu. Tapi tidak menutup kemungkinan ngambil sinetron lagi nantinya," kata Arifin Putra.
Tantangan akting saat bermain film turut membantunya mengembangkan kemampuan berakting. Menurut Arifin, terlibat dalam sebuah film memiliki kenikmatan tersendiri sekaligus tantangan saat harus memerankan berbagai karakter yang berbeda.
"Kalo di film variasinya lebih banyak. Kalo film kita bisa milih karakter, jadi punya kepuasan sendiri. Sebagai aktor kan enaknya bisa karakter apa aja. Kita gak mau mengekang diri sendiri untuk terus berkembang," papar Arifin Putra.
Seperti apakah sudut pandang Arifin Putra tentang film dan karirnya di masa depan? Semua hal tentang film Arifin perbincangkan dengan Puput Puji Lestari, Indah Wulansari, dan Febio Hernanto di kantor Bintang.com, Kamis (19/8/2016).
Advertisement
Antara Sinetron dan Film
Film pertama yang dibintangi Arifin Putra adalah Lost in Love. Ini merupakan sekuel dari film Eiffel I'm in Love. Arifin harus mengorbankan peran sinetron untuk menjalani syuting film ini di Paris. Pintu tantangan akting menariknya dalam pusaran film layar lebar hingga sekarang.
Film buat Arifin apa artinya?
Film itu tempat kita bermimpi. Satu, mimpi untuk kreator kita bisa membuat mimpi jadi nyata lewat film. Dua untuk penonton film adalah tempat mereka melihat mimpinya.
Kalau novel kita baca dan banyangin sevara visual seperti apa kirakira ceritanya kalau di film secara visual sudah di kasih. Tugas kita sebagai film maker membuat penonton percaya yang di film itu nyata terjadi.
Apa yang membuat Arifin tertarik pada film?
Palig asyik kalau lihat penonton habis nonton perlu waktu untuk sadar mereka dimana pas lampu bioskop nyala. Kayak perlu waktu untuk sadar dulu. Menyenangkan kalau akting bisa membuat ekspresi penonton yang seperti itu.
Bagaimana awalnya kamu tertarik akting?
Awalnya nggak ada niat masuk entertainer. Awalnya ikut kakak untuk casting iklan, trus diajak jadi figuran iklan. Motivasi utama kenapa pengin lanjut usai syuting dapat amplop isinya buang. Waktu itu saya 13 tahun, anak seusia itu melihat berapapun uangnya di amplopnya senang aja.
Kesan main film pertama kali?
Dari figuran tiba-tiba jadi model, trus main sinetron. Kalau dari sinetron ke film itu pilihan sendiri. Pertama kali main film tahun 2007. Main Lost in Love pertamalangsung ke paris. Tantangamnya mesti main dalam 3 bahasa Inggris, Perancis, dan Indonesia.
Saat itu lagi main sinetron. Trus dapat tawaran film. Karena saat itu sedang main sinetron stripping, pertama jadwalnya susah banget. Selama sebulan minta terus jadwal tim sinetron. Akhirnya dibolehin, udah senang banget. Abis itu baca-baca skenario sinetron, karakter aku mati kecelakaan mobil.
Sedih dong?
Nah, dari situlah saya belajar disetiap aksi ada reaksi dan kpnsekuensi. Saya dan manajemen memutuskan untuk jalan terus di film karena keputusan sudah diambil. Ya sudah jalan terus ke film.
Kalau karir model dan sinetron didapat kebetulan, apakah film berbeda?
Film daridulu kayak ada ketertarikan. Film itu karena karakternya bisa macem-macem. Kalau sinetron kan sudah industri. Produser ngeliat kita sudah cocok dengan satu karakter ya udah dapatnya karakter itu saja. Tapi kalau film itu berbeda banget.
Bagaimana kamu meningkatkan kemampuan akting?
Aku ikut sekolah akting tahun 2005. Jatuh cinta sama akting karena kelas itu. awalnya takut-takut lama-lama jadi jatuh cinta. Dari situ tahu akting itu bukan cuma memperlihatkan ekspresi wajah. Sayangnya sebagian bisa diterapin di sinetron dan sebagian ilmu nggak bisa dipakai karena sinetron kejar tayang tak cukup waktu eksplorasi.
Kalau film waktu untuk mengembangin karakter itu cukup. Awalnya di film terima dari rumah produksi baru. Kelebihannya ceritanya fresh tapi masalahnya gak ada dananya. Selesai syuting, dana editingnya sudah gak ada. Bisa jadi selesai syuting 2007, tayangnya 2008 atau 2009. Jadi dari 2007-2009 itu banyaknya pindah-pindah sinetron dan film. Baru setelah di film The Raid pemikiran saya mantap di film.
Usai The Raid 2
Sepanjang meniti karir di akting, Arifin Putra mendapat tantangan berbeda antara sinetron dan film layar lebar. Predikat pretty boy disematkan semasa membintangi serial-serial di televisi. Di layar lebar, Arifin lebih banyak mendapat peran antagonis. Sejak tampil memukau di film The Raid 2: Berandal, banyak tawaran film yang datang berkat aktingnya yang dinilai berkarakter sehinga belum sempat membintangi sinetron lagi.
Mengapa meninggalkan akting di sinetron?
Tahun 2012 syuting film The Raid 2: Berandal. Abis itu masih main sinetron. Menjelang penayangnnya, 2014 itu sinetron terakhir aku. 2014 kita baru mutusin di film aja. Karena The Raid mulai promo. Butuh banyak waktu untuk keliling berbagai negara jadinya gak bisa ambil sinetron. Sekarang malah keterusan main film.
Kesan ketika main The Raid 2?
Gareth Evans lebih Indonesia dibanding kita orang Indonesia. Dia bangga dengan silat dan memperkenalkan pada dunia kebudayaan kita. The Raid 2 membuka mata aku, bahwa Indonesia bisa bersaing dengan luat negeri.
Ini film Indonesia pertama yang bisa tayang di seluruh dunia. Feeling aku juga secara gak langsung dapat pengakuan dunia international karena film ini. Dunia luar lebih memperhayikan kita karena film ini.
Suka nonton film Indonesia?
Senang, film lama kita kayak Naga bonar. Waktu itu harus jadi tentara di film Badai di Ujung Negeri. Makanya harus nonton film bertema perang. Mikir banget pas nonton Naga Bonar, gila film ini kualitasnya bagus baget. kualitas CGI-nya nggak kalah dengan film saat ini. Padahal alatnya nggak secanggih sekarang pastinya. Jadi salut. Indonesia itu punya talenta hebat dan kuat cuma lama vakum saja.
Ada film favorit lain?
Jangan lupakan film Ada apa dengan Cinta. AADC bisa disebut tonggak bangkitnya film Indonesia. AADC membuat prang pengin nonton film indonesia. Catatan Akhir Sekolah dan Get Married karya Hanung Bramantyo, disitu kegelisahannya terlihat banget. Terbaru suka sama Mencari Hilal, sutradara Ismail Basbet berani pasang bintang utama yang nhgak muda. Dan bagus banget.
Apa yang membuatmu merasa berbeda saat bermain di film The Raid 2?
Saat main The Raid, reporter banyak yang nanya aku jadi pemain baik? Enggak kok malah jadi penjahat. Mereka pada kaget, ini yang aku merasa bagus. Karena orang hisa ngelihat sisi lain dari aku.
Awalnya takut fans pada ninggalin karena aku jadi antagonis. Tapi termyata enggak lho, fans malah semakin aenang karena aku bisa buktikan mampu akting. Dari situ malah dapat tawaran peran jahat terus. Kita selalu coba untuk mendapat sesuatu yang baru.
Sekarang suka pilih-pilih peran?
Setelah The Raid banyak tawaran jahat terus. Tapi setelah Negeri Van Oranje dan Sabtu Bersama Bapak sekarang peran mulai berbeda yang ditawatkan peran baik. Yang penting adalah peran yang berbeda.
Mengapa?
Karena kalau sama aja mending cari yang beda. Karena kita buat film untuk siapa? Untuk penonton kan? Kalau nggak ada yang berbeda buat apa ikut main. Karena itu aku selalu konsultasi sama manajer aku.
Aku nggak menutup diri apapun perannya, mau cerita horor pun kalau emang ceritanya keren, larakternya bisa dikembangin, sutradara dan PH serius bikin filmnya ayo saja. Tapi yang paling penting ceritanya. Horor Indonesia seperti Jailangkung itu bagus. Kenapa takut?
Berawal dari sinetron dan sekarang lebih fokus di dunia film, Arifin Putra termasuk salah satu aktor yang mampu bertransformasi dengan baik. Setelah dikenal sebagai pemeran anak manis di berbagai sinetron, kini Arifin mampu membawakan sejumlah peran termasuk antagonis dengan baik. Tak banyak yang bisa melakukan perubahan semacam itu, tapi Arifin Putra mampu melakukannya.