Fimela.com, Jakarta Perkembangan media informasi begitu pesatnya, tak hanya media massa yang sekarang ini bertransformasi menjadi media online, media sosial pun demikian. Facebook, Twitter, Instagram, Path, dan lain sebagainya telah menjadi raja sekaligus teman bagi masyarakat urban sampai saat ini. Bukan menjadi pemandangan aneh ketika banyak orang yang tak lagi melihat sekelilingnya, melainkan hanya menunduk, menatap layar ponsel pintar miliknya, di manapun.
Fungsi itu tak terhenti hanya sebagai penghibur diri, penghubung tali silaturahmi bagi orang lain di luar daerah, bahkan negara. Namun pada perkembangannya, media sosial justru menjadi lahan bisnis. Hal ini diamini oleh Meisya Siregar, artis 37 tahun yang sangat aktif di media sosial. Menurutnya, media sosial memiliki nilai plus yang sangat banyak ketika digunakan dalam hal positif.
“Kalau untungnya sih banyak ya. Alhamdulillah bisa jadi lahan kerjaan juga. Bagus pastinya, selama kita masih bisa memanfaatkan media sosial dengan positif, bisa jadi wadah dan kesempatan buat kita untuk ngapain aja, dagang, atau perkenalkan produk. Buat abadikan momen keluarga juga,” kata Meisya Siregar ketika melakukan wawancara eksklusif dengan Bintang.com, baru-baru ini.
Selain Meisya Siregar, Nadia Vega yang sekarang ini lebih banyak menghabiskan waktunya di Singapura juga mengatakan hal yang sama. Bagi aktris, DJ, dan sekaligus penyanyi ini, media sosial merupakan tombol ajaib. Dengan satu sentuhan saja, maka informasi sebanyak apapun bisa didapatkan dengan mudah.
Advertisement
BACA JUGA
”Sangat pesat. Mempermudah para penggunanya untuk mencari info lebih banyak, share info lebih banyak juga, dengan hanya satu tombol. Dapat informasi jadi lebih gampang,” imbuh Nadia Vega pada kesempatan berbeda.
Namun, layaknya dua sisi mata uang, ketika banyak orang yang menggunakan media sosial dalam hal positif, tak sedikit orang-orang tidak bertanggung jawab yang kerap melakukan tindak kejahatan di dunia maya. Tentu masyarakat yang aktif di dunia maya mengetahui adanya banyak tindak kriminal melalu Facebook, Instagram, dan media sosial lainnya. Sederet artis juga pernah menjadi korban di antaranya Indra Bekti, Ayu Ting Ting, Venna Melinda, Eddies Adelia, dan sebagainya.
Tak terkecuali Meisya Siregar. istri musisi kondang Bebi Romeo itu juga pernah mengalami pahitnya tindak penipuan yang dilakukan oleh orang tak bertanggung jawab melalui akun Facebook miliknya. Ia pun mengungkap salah satu kejahatan di media sosial yang mencatut namanya.
“Pernah akun Facebook dihack ama orang jualan tas palsu. Bilangnya itu saya dan jualan murah untuk charity. Aku langsung ganti email, password, dan sebarin kalau sebelumnya akun aku dihack untuk kepentingan yang salah. Kesel banget. Beberapa kali ganti foto dan password juga masih kena lagi. Jago banget ya hacker Indonesia. Duitnya dibawa lari. Tas asli harganya murah, alasannya untuk charity. Ga sempet lapor polisi. Tapi aku banyak kasih tahu mereka agar hati_hati. Jaman sekarang jangan gampang percaya,” tutur Meisya.
Dunia maya memang dunia tanpa batas. Ketika hak-hak orang lain sering dilanggar dengan bebas. Dan Haters menjadi kaum yang muncul layaknya Dajjal-Dajjal kecil yang selalu menghembuskan terror, fitnah, dan segala hal negatif di dunia maya, khususnya laman media social. Banyak orang yang dengan bebas menyampaikan pendapat pribadi dengan tidak layak, tanpa memikirkan sebab akibat dari tindakannya tersebut.
“Memang, dengan media sosial, hubungan antara sesama manusia kan bersifat maya. Di mana orang-orang sekarang jadi kayak mempergunakan hak bicara tapi kurang beretika, karena ga ketemu muka, komentar jadi ga disaring. Ga peduli ketika ngomong kotor, pendapat seenaknya tanpa berempati. Kita kalau ketemu muka, di dunia nyata, mikir dua kali, nanti kesinggung ga yah. Tapi di media sosial orang berpendapat, berbicara, kadang melewati batas,” ucap Meisya.
Tak muluk, pemerintah pun memberikan aturan dan batasan yang jelas terkait komunikasi di dunia maya dengan Undang-Undang No.11 tahun 2008 atau dikenal dengan UU ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik). Undang –undang ini memiliki yuridiksi yang berlaku untuk setiap orang yang melakukan perbuatan hukum tentang informasi dan transaksi elektronik atau teknologi informasi secara umum. Beberapa kasus di dunia politik sampai entertainment sempat mencuat terkait penggunaan Undang-undang ITE ini.
“Tapi buat aku, bisa hadapi dengan bijak. Ga perlu stres karena ga ada haters. Tapi kan tetep ada aja pendapat yang nyeleneh, terlalu campuri berlebihan. Aku sih ga gubris dan ga perhatiin juga,” ucap Meisya. “Sejauh ini belum ada yang merugikan banget. Kalau pernah tersinggung sedikit, aku udah lupa. Haters ada, tapi sekarang udah ga pikirin. Kalau ada yang ngomongnya jahat di media sosial, aku langsung delete aja. Ga ada yang langsung ditanggepin, belum ada yang bikin aku semarah itu,” sambung Nadia Vega.
Advertisement
Tak Menelan Mentah-mentah Informasi
Seolah, dunia sudah berada di dalam genggaman. Bagaimana tidak? Dengan satu klik saja ragam kabar dari berbagai belahan dunia sudah bisa didapatkan. Media massa bias mengabarkan, begitu juga dengan media sosial yang bisa serta merta menjadi sumber berita. Contoh saja, ketika terjadi sesuatu di satu daerah atau negara, maka justru media sosial lah yang berperan menyajikan informasi terlebih dahulu.mereka biasanya menjadi saksi satu kejadian dan kemudian di unggah ke akun media social miliknya.
Terkadang, media massa pun menjadi follower dalam sisi pemberitaan dari media sosial. Khusus di dunia entertainment, akun-akun media social dari seorang artis kerap menjadi sumber rujukan pemberitaan. Ketika mereka mengunggah foto, video, maupun statement, tak jarang banyak media yang mengutip tanpa melakukan konfirmasi terlebih dahulu. Begitulah arus pemberitaan dari media-media online dewasa ini yang tak bisa dipungkiri.
“Memang perkembangan pesat yang ada seperti itu. Tapi kadang teman media ga wawancara dulu, ngambil dari foto Instagram, langsung bikin berita, bikin judul Meisya Siregar gini-gini. Banyak yang seperti itu, kayaknya sekarang jurnalis kerjanya gampang banget ya, tinggal update buka dari media sosial. Cuma sepotong jadinya beritanya. Kalau sesuai dan tidak merugikan sih gak apa-apa,” tutur Meisya.
Seperti Nadia Vega yang akhirnya memilih untuk tidak banyak mengunggah foto atau hal-hal yang berbau privasi di akun media sosial miliknya. “Selama ini gunain untuk kerjaan sih biasanya. Tapi kalau untuk kehidupan pribadi ga, agak malas. Masa semuanya harus banyak yang lihat. Tapi banyak juga yang akhirnya penasaran pengen lihat suami atau apa. Kadang aku upload juga akhirnya. Itupun ga yang vulgar atau mesra banget,” demikian Nadia Vega.
Lalu bagaimana ketika media social berada satu langkah lebih depan daripada media massa? Dua artis berbeda usia ini memiliki cara masing-masing, meskipun kurang lebih sama. Ketika muncul pertanyaan lebih baik mana antara media massa dan media sosial dalam hal memberikan informasi, keduanya memilih untuk tidak menelan mentah-mentah segala informasi dari dunia maya.
Media sosial bisa memberikan kabar terdepan, namun kadang belum bisa terverifikasi. Sebagaimana diketahui saat ini banyak bertebaran akun-akun media sosial ‘bodong’ yang kerap memberikan informasi negatif berisi gosip-gosip mutakhir. Dan sebaliknya, media massa mampu memberikan informasi yang lengkap, namun bisa jadi memiliki kepentingan tersendiri. “Yang aku percaya, kalau akun media sosialnya verified, aku percaya aja, karena kan itu milik pribadi. Tapi kan banyak akun bodong. Kita harus tahu. Krosceknya biasanya yang kenal aja. Biasanya aku tandain,” kata Meisya.
“Karena informasi banyak banget, kadang ada yang live juga bisa didapatkan, makanya aku kalau dengar berita, aku ga ambil dari satu sumber aja. Aku selalu ambil juga berita juga dari bermacam media. Aku ada aplikasi juga, dimana semua berita dari beragam media bisa aku baca semua. Karena kadang setiap media memiliki kepentingan sendiri dalam pemberitaannya. Ada pesan yang terselip.
Jangan lihat berita dari satu sumber aja sih,” tambah Nadia.
Satu lagi fenomena yang terjadi sekarang ini, dari berkembangnya media sosial, seseorang bisa menjadi selebriti media sosial dengan pengikut sampai jutaan orang. Ketika apa yang dibawa selebriti media sosial itu masih bernuansa positif tentu tak jadi masalah. “Lucky them. Malah berharap ketika dulu memulai karir, ada media sos, jadi bisa seperti mereka. Sekarang kan orang emang jarang nonton tv. Jadi lebih ke handphone, lihat Youtube segala macam. Sepertinya lama kelamaan bakal beralih ke internet semua,” kata Nadia.
“Soal selebriti media sosial itu ga apa sih, sah aja. Malah apresiasi banget ama kekreatifan mereka. Itu kan perlu ide dan bentuk kreatifitas, sehingga banyak follower, subscriber, dan lainnya. Perlu kerja keras dan strategi. Selama positif, menghibur dan tidak merugikan orang, aku sih seneng-seneng aja. Yang penting entertaining,” ujar Meisya.
Namun akan menjadi PR tersendiri ketika menghadapi arus negatif dari media sosial, terutama bagi seorang yang memiliki anak usia remaja. “Karena ada juga yang vlog-nya ngganggu, seperti ngomongin pacar-pacaran. Posting gambar-gambar yang gimana. Anak kan udah akses Youtube yah. Kalau mereka nyari, siapa Youtubers yang masih populer, play, ternyata kontennya yang pacaran-pacaran doang, sampai gitu banget seperti Awkarin. Itu udah ganggu banget. Dia murah banget sih, ga penting, tapi edan, banyak banget subscribernya dan like berjuta-juta. Aku sendiri ga ngelarang anak, tapi diawasin dan dikasih wawasan aja sih,” tutur Meisya.
Sikap yang bijak dari seseorang tentunya bisa mengolah segala informasi yang dating kepadanya maupun keluarga. Ketika ada informasi yang tidak mendidik bahkan sampai pada level berbahaya, seseorang harus bias membuat pembatas. Demikian pula ketika arus informasi menjadi sangat pesat dengan segala nilai positif maupun negatifnya, seseorang wajib memilih dan memilah media apa saja yang layak menjadi acuan atau sumber terpercaya untuk kemaslahatan diri dan keluarga.