Sukses

Entertainment

Eksklusif Ira Wibowo, Melintasi 3 Generasi Film Indonesia

Fimela.com, Jakarta Soal peran, Ira Wibowo merasa sudah sangat lekat dengan peran ibu. Wanita yang akan genap berusia 49 tahun Desember mendatang ini pun telah melakoni banyak sosok ibu. Meski begitu Ira tak mau sekedar jadi ibu yang melengkapi. Sekecil apapun peran yang dilakoni, Ira selalu ingin punya arti.

************
Menjadi tua bukan alasan untuk kehilangan arti. Ira begitu mencintai film katena itulah Ira ingin setiap peran yang dimainkannya tak sekedar lewat. Seolah tak mau kalah dengan bintang-bintang muda yang bersinar, Ira mencoba menempatkan diri sebaik mungkin dengen menyeleksi peran yang diterimanya.

"Di Indonesia setelah usia 40-an tawaran main yang ada pantasnya jadi ibu. Sudah jarang jadi pemain utama dan dapat peran besar. Meskipun begitu saya ingin peran ibu yang mainkan berbeda. Karena itu setiap tawaran yang diberikan pada saya, saya lihat dulu ceritanya bagus atau tidak," ujar Ira Wibowo saat Bintang.com bertandang ke rumahnya di kawasan Kemang, Jaksel, Selasa (18/7/2016).

Ira Wibowo. (Foto: Deki Prayoga, Stylist: Indah Wulansari, Digital Imaging:Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Ira Wibowo lahir di Berlin, Jerman, 20 Desember 1967. Dia memulai karir sebagai penari dibawah asuhan Guruh Soekarno Putra. Pertemuannya dengan Warkop DKI yang menjadi bintang tamu di sela pagelaran tari mengubah hidupnya. Dono, pada tahun 1984, menawarinya untuk bermain film.

Dianggap bercanda, tawaran itu disambut begitu saja. Tapi rupanya Produser Raam Punjabi menyeriusinya. Kini, film menjadi hidup kedua Ira setelah keluarganya. Film debutnya berjudul Pencuri Cinta. Setelah itu ia bermain di beberapa film Warkop DKI, seperti Itu Bisa Diatur dan Gantian Dong. Nama Ira pun mulai dikenal luas.

Selain bermain film, Ira juga ikut Harry "Bo'im" de Fretes mengisi acara komedi TV, Lenong Rumpi. Ira mendapat penghargaan berkat permainannya dalam sinetron Mutiara Cinta (1995). Penghargaan dari Festival Film Bandung (FFB) 1988 untuk permainannya di Kasmaran (1987).

Namanya diunggulkan sebagai nominasi FFI lewat Kasmaran (1988) dan Malioboro (1989). Kakak kandung Ari Wibowo ini juga menjadi nominator dalam FSI 1994 kategori Peran Pembantu Wanita Terbaik lewat sinetron Aku Mau Hidup. Ira juga mendapat nominasi Pemeran Pendukung Wanita Terbaik Festival Film Indonesia 2007 dalam film Mengejar Mas-Mas.

Ira Wibowo. (Foto: Deki Prayoga, Stylist: Indah Wulansari, Digital Imaging:Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Tahun lalu Ira kembali menjadi ibu di film Magic Hour. Kala itu Ira beradu akting dengan pemain film muda seperti Michelle Ziudith dan Dimas Anggara. Film ini menjadi salah satu film terlaris pada tahun 2015. Tentu saja ada kebanggaan yang dirasakan Ira ketika film yang diperaninya mendapat sambutan meriah dari penonton.

Di film Sabtu Bersama Bapak, Ira kembali menjadi sosok ibu. Namun baginya peran Itje kali ini sangat berbeda. Bersama dengan Abimana Aryasatya, Ira menemukan kembali gairah aktingnya. Ira Wibowo menceritakan ingatan pahit manis berada di dunia perfilman Indonesia selama tiga dekade kepada Puput Puji Lestari, Deki Prayoga, dan Indah Wulansari. dari Bintang.com.

Tak Menyerah Pada Usia

Film Sabtu Bersama Bapak bisa jadi sebuah doa yang terkabul. Sebelum mendapat tawaran, Ira Wibowo sudah mengagumi novelnya. Tak ada alasan untuk menolak tawaran film ini.

Apa yang berbeda di film Sabtu Bersama Bapak?

Film memang harus menghibur. Film ini selain menghibur tapi juga bisa menyentuh hati penonton. Pengaruh ke hati orang-orang, jadi makin sayang ke keluarga. Habis nonton pengin jadi istri lebih baik. Jadi anak lebih baik, ini buat aku berarti banget.

Bagaimana proses ikut main film ini?

Saat ditawari film ini bener-benar senang banget. Pesannya bagus nggak menggurui tapi nyampai. Setelah sampai lihat hasilnya puas. Karena benar-benar menyentuh hati orang yang nonton.
Waktu baca novelnya sudah tersentuh banget. Sudah baca novelnya sebelum ditawari filmnya. Karena sebelumnya lihat Test Pack bagus, saya rasa ceritanya sama. Tentang keluarga semua terwakili di Sabtu Bersama Bapak, semua orang bisa relate dengan salah satutokoh di situ.

Ira Wibowo. (Foto: Deki Prayoga, Stylist: Indah Wulansari, Digital Imaging:Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Posisi Ira jadi pemain paling tua di film ini. Ada kesulitan beradu akting dengan pemain anak muda?

Yang senior aku sendiri di film ini. Senang banget bertemu dengan bintang-bintang muda. Sebenarnya sudah biasa karena sudah sering jadi ibu. Ini bedanya perannya lumayan penting. Biasanya di usia saya cuma sekedar jadi ibu yang sekedar melengkapi.
Di film ini masing-masing memiliki peran yang penting. Bu Itje ini berperan dari muda, jadi ibu, dan punya cucu. Beradu akting dengann Abimana juga rasanya aneh di awal. Jangan sampai kesannya tante-tante sama brondong. Saya sempat kuatir di awal syuting.

Bagaimana bisa mengatasinya?

Kalau penampilan saya percayakan pada make up dan kostum. Soal rasa kami nyaman, dan orang yang hadir ketika syuting bilang percaya. Sejatinya sempat kuatir kayak tante-tante. Takut diprotes tua banget, muda banget. Tapi ternyata bisa.
Darimana Ira mendapatkan kepercayaan diiri?
Kesempatan itu jarang sekali ada di Indonesia. Di Hollywood Nicole Kidman masih jadi pemeran utama. Di Indonesia, paling mentok di usia 30-an jadi pemain utama. Saya hampir 50 dapat cerita yang bagus. Karena itu saya pengin ngasih yang maksimal.

Ira Wibowo. (Foto: Deki Prayoga, Stylist: Indah Wulansari, Digital Imaging:Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Pertimbangan apa yang diambil ketika menerima peran?

Kebiasaan saya harus merasa cocok dengan ceritanya. Itu pertama sekali, kalau ceritanya udah bagus, aku gampang meyakinkan diri. Sutradara baru aku belum kerjasama ya oke saja asal ceritanya bagus. Yang baru juga harus diberi kesempatan untuk maju. Ada juga yang sekedar bantuin juga. Jadi cameo itu nggak terlalu dipikirkan detail.

Efek positif setelah tayang?

Banyak yang komen via media sosial. Terasa juga perubahannya waktu jalan di mall. Lebih banyak yang menyapa ketika saya jalan di mal. Anak-anak bilang ini film yang paling bagus pas nonton.

Antara Film dan Sinetron

Kemampuan akting Ira Wibowo sudah tak diragukan lagi. Sederet judul film, FTV maupun sinetron telah dilakoninya sejak 1980-an. Tiga dekade di perfilman Indonesia membuat Ira tahan banting pada kondisi pasang surut penonton film Indonesia.

Film Sabtu Bersama Bapak juga mendapat sambutan positif, merasa puas?

Emang sih dikasih persaingan lumayan berat. Apalagi penonton Indonesia kan mayoritas Remaja. Dua film ILY dan Koala Kumal kan muda banget. Kita percaya setiap genre ada penontonnya sendiri.

Bagaimana melihat penonton film Indonesia?

Kalau sekarang lagi bagus banget, lagi luar biasa. Penonton diatas satu juta banyak. Tahun sebelumnya 200 ribu saja sudah senang banget. Ini orang mulai percaya lagi pada film Indonesia. Jangan disalahgunakan lagi ya kepercayaan penonton film indonesia.
Kalau penonton diberi film yang asal bikin lama-kelamaan akan males lagi nonton film Indonesia. Sedih kalau hal itu terjadi lagi.

Ira Wibowo. (Foto: Deki Prayoga, Stylist: Indah Wulansari, Digital Imaging:Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Saat film mati suri bagaimana perasaanya?

Sedih iya, kehilangan iya. Tapi saya bukan orang yang anti sinetron. Jadi senang saja akting di TV. Banyak kok syuting di TV yang menyenangkan.
Sekarang beda jauh ya sinetron daily sangat tergantung rating jadinya karakter tokoh bisa tiba-tiba berubah. Orang yang tadinya lebih drama jadi lucu-lucu. Tapi itu adalah kebutuhan perubahan.

Nggak bosen ketika main sinetron panjang?

Kemarin dapat kesempatan peran antagonis di sinetron. Karena bilangnya muka baik, disayang sama penonton takutnya rusak kalau jadi antagonis. Saya berusaha jadi judes dan marah dengan biasa. Tidak harus membentak dan mendelik. Dengan begitu jadi nggak bosen, bisa di eksplorasi juga kok akting di sinetron.

Bagaimana membagi waktu?

Biasanya dibagi. Kalau (milih) sinetron, ya filmnya enggak dulu. Kalau filmnya jalan, ya sinetronnya enggak dulu.

Ira Wibowo. (Foto: Deki Prayoga, Stylist: Indah Wulansari, Digital Imaging:Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Boleh ceritakan awalnya tertarik akting?

Aku dulunya penari, penarinya Mas Guruh, Kalau pergelaran besar di tengah-tengah ada jeda Warkop untuk penari istirahat. Waktu itu Produser Warkop, pak Raam Punjabi juga nonton. Mas Dono kala itu nawarin main film, saya pikir bercanda, bilang saja ya siapa takut. tak lama kemudian dihubungi sama Pak Raam.

Dulu suka akting karena bisa mendalami karakter orang lain. Kalau mau syuting harus observasi. Melalui proses syuting kita belajar untuk melihat dunia dari mata orang lain. Kalau Ira lihat orang ini reaksinya begini begini. Tapi kok tokoh itu beda. Setiap orang punya pikiran yang berbeda-beda

Dan sekarang apa arti akting?

Di luar keluarga ya it's my life. Menggantungkan hidup dari film. Nggak semua orang bisa mengerjakan yang mereka cintai. Alhamdulillah sampai sekarang masih ada terus tawaran. Bisa hidup dengan baik.

Mendekati usia 50, Ira Wibowo membuktikan masih tetap eksis di dunia akting. Meski berawal dari tawaran yang dianggapnya sekedar candaan, Ira ternyata menjalaninya dengan baik dan bahkan tetap konsisten sampai sekarang. Tawaran bermain film, sinetron maupun FTV masih datang menghampiri. Hal itu semakin membuktikan kualitas akting dan pamor seorang Ira Wibowo.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading