Fimela.com, Jakarta Nama Wanda Hamidah memang dikenal sebagai salah seorang selebriti yang cukup aktif dalam berbagai kegiatan sosial, terutama yang menyangkut isu-isu nasional. Bahkan kepeduliannya tersebut sempat mengantarkan Wanda sebagai salah seorang anggota legislatif periode 2004-2009 lalu.
Diakui Wanda, jiwa aktivisnya memang sudah terasah semenjak zaman kuliah. Bahkan, wanita berusia 38 tahun tersebut mengaku terlibat dalam demonstrasi besar-besaran pada 1998 silam yang berujung runtuhnya kekuasaan 32 tahun Presiden Soeharto.
Advertisement
Baca Juga
Bahkan, kala itu, Wanda yang mengecap pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Trisakti mengaku sempat menjadi Daftar Pencarian Orang (DPO) lantaran aktivitasnya di lingkungan kampus yang aktif mengkritisi kebijakan pemerintah kala itu.
"Saya di zaman Soeharto merasakan gimana rasanya dibelenggu, tidak bisa vokal dan mengkritisi yang tujuannya membangun. Bahkan pas aktif demonstrasi saya pernah masuk DPO (Daftar Pencarian Orang)," ungkap Wanda Hamidah di sela-sela konferensi pers jelang peringatan 18 tahun tragedi Trisakti 1998 di Kampus Trisakti, Grogol, Jakarta Barat, Selasa (10/5/2016).
Lebih lanjut, Wanda juga menjelaskan dirinya juga turut menjadi saksi saat peristiwa penembakan empat orang mahasiswa Trisakti pada 12 Mei 1998 silam. Kala itu, dituturkan Wanda, korban penembakan oleh aparat yang berusaha meredam aksi demonstrasi di depan kampus Trisakti tepat berada di hadapannya. Hasilnya, Wanda melihat secara jelas salah satu rekannya bersimbah darah lantaran tembakan yang diduga menggunakan peluru tajam.
"Saya sebagai pelaku sejarah (Tragedi Semanggi), waktu jam 6 (12 Mei 1998), penembakan terjadi di depan mata saya. Darah berceceran, peluru nempel di kepala," jelas salah satu pemain film Cahaya Dari Timur tersebut.
Namun sayangnya, setelah hampir 18 tahun dari tragedi tersebut terjadi, Wanda Hamidah menilai belum ada tindakan serius dari pemerintah yang pernah dan saat ini berkuasa untuk menyelesaikan kasus pelanggaran HAM yang pernah terjadi terhadap mahasiwa Trisakti.
"Kasus ini kelihatannya enggak jalan kemana-mana. Kasus ini jadi hangat cuma pas menjelang Pemilu. Peristiwa 12 Mei (1998) kayak api dalam sekam, ada korban jiwa tapi sampai sekarang ini otaknya enggak ada yang divonis apapun," papar Wanda Hamidah.