Fimela.com, Jakarta Banyak novel best seller yang sudah diangkat ke layar lebar. Setiap judul yang diangkat dari novel laris biasanya memiliki penonton yang cukup banyak. Produser optimistis karena film yang diangkat dari novel laris memiliki potensi penonton dari pembaca novel.
Namun, ada beberapa novel laris yang belum juga difilmkan. Urusan hak cipta biasanya menjadi persoalan utama novel laris belum difilmkan. Produser harus mampu meyakinkan penulis novel bahwa produksi novel mereka tidak akan mengecewakan pembaca setia novel mereka.
Advertisement
Baca Juga
1. Bumi Manusia. Novel karya Pramoedya Ananta Toer ini beberapa kali berpindah hak adaptasi novel ke film. Terakhir rumah produksi falcon Pictures dikabarkan akan mengadaptasi novel ini. Namun, belum ada update terbaru.
NOvel ini bercerita tentang perjalanan seorang tokoh bernama Minke. Minke adalah salah satu anak pribumi yang sekolah di HBS. Pada masa itu, yang dapat masuk ke sekolah HBS adalah orang-orang keturunan Eropa. Minke digambarkan sebagai seorang revolusioner di buku ini. Ia berani melawan ketidakadilan yang terjadi pada bangsanya. Ia juga berani memberontak terhadap kebudayaan Jawa, yang membuatnya selalu di bawah.
2. Anak Semua Bangsa. Ini adalah kelanjutan kisah hidup Minke di Bumi Manusia. Kisah cinta anatara Minke dan Annelis menggugah rasa keadailan Minke. Kesadaran berpolitik Minke mulai timbul di drama ini.
Minke tak mau tinggal diam melawan keadaan. Dia terus belajar kepada Nyi Ontosoroh tentang banyak hal. Mulai dari menjalankan bisnis, urusan hukum, hingga menjadi inspirasinya untuk menulis.
Karena kedua novel memiliki setting di tahun 1800-an, tantangan sutradara sangat besar jika harus menfilmkan novel karya Pramoedya Ananta Toer ini.
3. Muhammad: Lelaki Penggenggam Hujan. Begitu banyak buku biografi tentang Nabi Muhammad, namun novel karya Tasaro G.K. ini sangat menarik jika difilmkan. Sudut pandang yang kaya di film ini memberikan banyak prespektif tentang Islam dan Muhammad. Bahasa yang halus dan kisah yang menggugah membuat novel ini layak difilmkan.
4. Pulang. Pulang merupakan sebuah drama keluarga, persahabatan, cinta dan pengkhianatan berlatar belakang tiga peristiwa bersejarah: Indonesia 30 September 1965, Perancis Mei 1968, dan Indonesia Mei 1998. Lengkapnya kisah yang diutarakan di novel karya Leila S. Chundori tentu akan membuat pecinta film puas jika difilmkan.
6. Daun yang jatuh Tak Pernah Membenci Angin. Novel karya Tere Liye ini menginspirasi pembacanya. Berkisah tentang kenangan dan cinta yang dialami oleh seorang gadis cantik dan pintar bernama Tania. Seperti sebuah lego yang disusun satu persatu hingga menjadi utuh, kisah dalam novel yang di tulis oleh Tere Liye ini sanggup menghanyutkan hati pembaca pada setiap potongan ceritanya.
7. Saman. Novel karya Ayu Utami ini berkisah tentang seorang mantan pastur bernama Saman dan empat perempuan yang bersahabat dari kelas enam SD sampai mereka dewasa, yaitu Yasmin Moningka, Shakuntala, Cokorda, dan Laila. Meskipun ceritanya bagus, namun novel ini cukup kontroversial karena mengambil tema seksualitas dari perspektif perempuan yang masih tabu. Mungkin karena alasan inilah Saman belum difilmkan.
8. Ayah. Sukses dengan novel Laskar Pelangi yang diadaptasi menjadi film, lagu, dan pentas drama musikal tak membuat Andrea Hirata gelap mata. Meskipun banyak produser yang meminta novelnya difilmkan, Andrea memilih untuk menahan diri. Termasuk untuk novel terbarunya berjudul Ayah. Ayah memiliki cerita yang kuat dan menuturkan keseharian kita sehingga jika difilmkan akan terasa dekat dengan penonton.