Fimela.com, Jakarta Indra Bekti dan Aldila Jelita memahami pernikahan merupakan penyatuan dua kepribadian. Mereka berusaha menjaga komunikasi, saling mengalah, menghargai, dan menahan diri.
Bandara Kuala Lumpur ramai pada suatu hari di tahun 2007. Pesawat yang ditumpangi Indra Bekti dan Irfan Hakim transit sejenak setelah terbang dari Bangkok. Usai salat asar mereka kembali melakukan perjalanan ke Jakarta.
Mendadak, pandangan Bekti tertuju pada dua wanita. Satu mengenakan jilbab, satu lagi tidak. Mata Bekti terarah pada wanita berjilbab. Ia bernama Aldila Jelita yang kebetulan sedang kuliah di Malaysia.
Advertisement
“Permisi, ada teman saya ada yang ingin foto,” sapa cewek itu sopan.
“Mbak mau foto dengan saya?” tanya Bekti.
“Enggak!” jawabnya singkat.
Sebelum berpisah, Irfan memanggil cewek yang berjilbab. Ia sengaja memintakan nomor telepon cewek yang berkerudung itu untuk Bekti. Namun, ia tak menjawab. Namun , temannya lalu memberikan nomor telepon cewek itu. Sambil mendorong troli, Bekti mencuri pandang cewek tersebut.
Baca Juga
Tiba di Jakarta, pemilik nama asli Bekti Indra Tomi itu segera mengirim pesan singkat kepada Dila. Mereka lalu bertemu dan mengobrol. Ternyata, Dila sudah punya pacar. Mendengar jawaban Dila, Bekti mundur teratur. Mereka vakum komunikasi selama setahun. Padahal, Bekti sering mimpikan Dila.
"Apa kabar Mas Bekti? Aku sedang di Malaysia," kata adik Dila lewat pesan singkat mengingatkan. Kebetulan Dila sedang kuliah di sana bersama adiknya, dan ayah Dila pun kerja di sana.
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Bekti langsung menghubungi Dila. Mereka pun bicara panjang lebar. Dila mengatakan ia sudah putus dengan pacarnya. Bekti pun mengungkapkan jika ia sudah tak lagi mencari pacar, tapi cari istri.
Mendengar penyataan Bekti, Dila pun menantang Bekti agar datang ke Malaysia. Mendapat tantangan tersebut, ia pun segera terbang ke Kuala Lumpur sekaligus menemui orang tua Dila. Kepada ibunda Dila, Bekti pun langsung mengutarakan isi hatinya untuk meminang Dila. Padahal, Bekti sendiri belum mengungkapkan rasa cintanya kepada Dila.
“Ini orang kok pede banget. Kayak udah pasti akan diterima aja. Nggak ada romantis-romantisnya,” batin wanita kelahiran kelahiran 13 Maret 1986, saat itu.
Usai bicara kepada ibundanya, Bekti pun kembali mencurahkan isi hatinya bahwa ia serius ingin memperistri Dila. Entah, mengapa Dila pun setuju. Padahal, tak sedikit cowok yang mendekatinya. Setiap kali salat tahajud, Dila memanjatkan doa tentang pilihannya itu. Ternyata, hatinya makin teguh.
Advertisement
Lamaran dan Pernikahan Serba 10
Setelah mendapat restu orang tua, Indra Bekti dan Aldila Jelita akhirnya memutuskan untuk melanjutkan hubungannya ke tahap yang lebih serius. Keseriusan itu diperlihatkan Bekti dengan melamar Dila. Acara tersebut berlangsung di De La Rosa, Kemang, Jakarta, Sabtu, 14 November 2009.
Atas permintaan pihak keluarga, lamaran tersebut sengaja dimajukan dari rencana semula pada 2010. Saat itu calon mertua Bekti hendak ke Eropa. Mereka ingin melihat acara lamaran tersebut. Sebagai pengikat, Bekti menyematkan gelang dan kalung emas putih 14 karat dengan liontin berinisial “ID” kepada Dila. Pemilihan gelang tersebut merupakan saran ayah Dila yang berdarah Arab.
Hari yang dinantikan Bekti dan Dila akhirnya tiba. Hari itu Minggu, 10 Oktober 2010 mereka menggelar akad nikah di Masjid Baitut-Tholibin, Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta Selatan. Saat akad nikah, Bekti menyerahkan 10 dinar emas, seberat 42,5 gram. Semua serba 10, tanggal 10, bulan 10, dan tahun 2010.
Malamnya, resepsi pernikahan mereka dilaksanakan di Sampoerna Strategic Square, Jakarta Selatan. Resepsi itu bertema Arabian Night 1001 Malam. Ada 10 MC kondang yang memandu jalannya resepsi pernikahan Indra dan Dila.
"Kami pacarannya setelah menikah. Saya mulai mengetahui karakter masing-masing. Dia kenal aku gimana, aku kenal dia gimana, dunia pekerjaannya gimana," terang Dila.
Usai menikah Dila tak segera hamil. Bekti dan Dila rajin ke dokter untuk konsultasi. Selain itu, Bekti juga sempat menjalani terapi pijat, serta konsultasi-konsultasi yang lain.
Dila sempat mengeluh jika dirinya bukan wanita yang seutuhnya akibat tak segera hamil. Sebagai suami, Bekti selalu menguatkan Dila. Karena masih banyak yang usia pernikahannya sudah 10 tahun belum juga diberikan momongan.
"Kami selalu berdoa dan berusaha. It takes two the tango. Untuk mencapai sesuatu, kita itu seperti tim. Kita harus saling mendukung dan bekerja sama. Setelah itu kita kami ikhlas, rileks, dan akhirnya kita punya anak," ungkap lelaki kelahiran 28 Desember 1977.
Anak dan Menyatukan Perbedaan
Pada 23 Mei 2012 Indra Bekti dan Aldila Jelita dikarunai seorang anak perempuan yang mereka beri nama, Dafania Sahira Indrabekti. Dua tahun kemudian, tepatnya pada 14 Februari 2014 mereka dikaruniai anak kedua, Anabell Eleanor.
Setelah memiliki momongan, Indra Bekti dan Aldila Jelita fokus pada tumbuh kembang anak mereka. Bekti, misalnya, jika ada waktu berusaha untuk mengajak anaknya bermain. Seperti membacakan buku cerita kepada anaknya.
"Jika aku ada di rumah, aku juga mengajak anak untuk salat bareng. Kalau aku ruku, dia juga ikut ruku. Meski matanya kadang sering tengok-tengok. Dia juga ikut berdoa," kata Dila. "Dia juga berdoa saat mau tidur, makan, dan mau pergi. Bahkan, dia yang mengingatkan kami," sambung Bekti.
Tahun depan, Bekti dan Dila juga akan fokus menyekolahkan anaknya ke sekolah Islam. Bagi Dila, ia tak juga ingin jika anaknya di sekolah yang berkurikulum internasional. Tapi ingin sekolah yang menerapkan kurikulum yang lebih banyak memuat nilai-nilai keislaman.
Keharmonisan rumah tangga Bekti dan Dila sempat mendapat ujian besar saat seorang bernama Gigih Arsanofa dan Reza Pahlevi mengaku telah dilecehkan secara seksual oleh Bekti. Namun, Bekti dan Dila berusaha tegar menghadapi persoalan tersebut. Dila berusaha menguatkan Bekti. Terlebih keluarga inti mereka memberikan dukungan yang besar.
"Aku dapat nasihat dari mereka. Waktu kamu menikah dengan Mas Bekti, kamu menerima dia dalam kondisi senang, sehat. Tapi sekarang ini suami kamu lagi sedih, sakit, jadi kamu harus menerimanya. Kamu harus memberikan dukungan kepada dia. Bukan marah-marah atau nge-judge dia," kata Dila menirukan ucapan dari pihak keluarganya.
Bagi Indra Bekti Aldila Jelita, pernikahan merupakan penyatuan dua kepribadian. Setiap orang tentu memiliki masing-masing sifat dasar. Untuk menjaga pernikahan tetap harmonis itu terletak pada komunikasi, saling mengalah, dan terpenting saling menghargai, serta saling menahan diri.