Fimela.com, Jakarta Widyawati selalu mensyukuri perjalanan kariernya di pentas seni. Lewat panggung seni, terutama seni musik dan peran, ia nyaris telah mendapatkan segalanya, mulai dari popularitas, materi dan juga belahan jiwa. Ia berjodoh dengan sejawatnya --mendiang Sophan Sophiaan-- yang juga menekuni seni peran.
***
Kini meski sudah lebih dari delapan tahun ditinggalkan oleh orang yang dicintainya, ia tak pernah meninggalkan dunia seni yang sudah melambungkan namanya. Usia yang tidak muda lagi bukan halangan untuk terus berkarya. "Buat saya usia itu bukan halangan untuk kita berkarya. Tentu kalau usia sudah tak muda lagi harus bisa menempatkan diri," ujarnya.
Sebelum ternama sebagai bintang film, putri pasangan Aryati dan Adisura ini terlebih dahulu menekuni dunia tarik suara. Bersama kedua saudaranya Winny dan Ria mereka membentuk Trio Visca. Kehadiran trio yang sudah menghasilkan album seperti Black is Black, Cempaka, dan Cinta di Ujung Tahun ini disambut antusias oleh pencinta musik di era 1960-an. Soalnya, kemunculan mereka memberikan warna baru di belantika musik Tanah Air kala itu.
Advertisement
Baca Juga
Namun setelah Widyawati menekuni dunia film, perhatian dan energinya lebih banyak tercurah pada seni peran. Sebenarnya, ia sudah main film sejak tahun 1967 lewat film Piso Komando. Namanya kian melambung saat dipasangkan oleh sutradara Wim Umboh dalam film Pengantin Remaja dengan Sophan Sophiaan. Ternyata keduanya memang cocok. Tak hanya berjodoh di dunia film, namun juga berjodoh di dunia nyata.
Puluhan film sudah dibintangi Widyawati, baik beradu akting dengan almarhum suaminya maupun bermain film tanpa Sophan Sophiaan. Kesungguhannya meniti karier di dunia seni peran memang berbuah manis. Beragam penghargaan bergengsi sudah ia raih, di antaranya Piala Citra untuk katagori Peran Pembantu Terbaik FFI (Festival Film Indonesia) 1977 lewat film One way Ticket, Semoga Kau Kembali. Sepuluh tahun kemudian, ia kembali meraih piala citra dalam FFI 1987 lewat film Arini, Masih Ada Kereta yang Akan Lewat. Dua dasawarsa berikutnya ia kembali meraih piala di ajang bergengsi Festival Film Asia Pasifik 2010 lewat film Perempuan Berkalung Sorban.
Totalitas dalam berkarier adalah kunci sukses perempuan yang masih terlihat cantik meski usianya sudah lebih dari enam dasawarsa ini. "Dalam menekuni apa pun profesi kita tak boleh setengah-setengah. Kesungguhan dan ketekunan serta konsistensi dalam berkarya akan berbuah manis," kata Widyawati yang juga laris manis sebagai bintang iklan sejumlah produk mulai dari produk kecantikan, makanan dan minuman hingga perbankan.
Widyawati sadar benar keberhasilan yang ia raih bukan karena perannya seorang diri. Termasuk salah satu diantaranya adalan media dan wartawan. Karena itu ia terus menjalin hubungan baik dengan semua orang. Ia tidak pernah membeda-bedaan satu profesi dengan profesi yang lain.
Perkembangan media dari tahun ke tahun tak luput dari perhatiannya. Terutama di era digital seperti sekarang ini. “Perkembangan media sekarang amat pesat. Setelah era media cetak berjaya, sekarang pelan-pelan media online mulai naik daun. Sekarang dan ke depan tampaknya media digital akan berjaya. Namun fungsi media dari dulu hingga kini tak berubah sebagai penyampai kabar dari kami yang berkarya di pentas entertainmen kepada pembaca dan penggemar,” katanya.
Dalam rangka ulang tahun pertama Bintang.com Widyawati meluangkan waktu untuk bergabung dalam pemotretan khusus dengan tema Bintang 3 Generasi yang berlangsung di lantai 8 SCTV Tower Senayan City, Jakarta Pusat, Kamis (18/2/2016). Di sela-sela pemotretan ia menjawab beragam pertanyaan dari Edy Suherli dari Bintang.com tentang perjalanan kariernya di pentas seni. Berikut petikan selengkapnya.
Advertisement
Semangat dan Konsistensi
Bicara soal semangat, Widyawati tak mau kalah dengan mereka yang usianya masih belasan tahun. Dengan semangat yang tinggi dan konsistensi dalam berkarya menjadi kunci keberhasilannya menjalani karier dari masa ke masa.
Seperti apa Anda mengawali karier di dunia seni?
Sejak kecil saya tidak bercita-cita menjadi artis. Namun lingkungan terutama keluarga ikut memberi warna dalam kehidupan saya. Orang tua saya adalah pekerja seni yang menekuni seni eran dan juga tarik suara. Saudara-saudara saya juga demikian. Akhirnya, pelan-pelan saya ikut terlibat dalam dunia tarik suara. Kemudian merambah ke seni peran. Dari satu film yang saya bintangi terus bertambah dan bertambah. Lama-lama puluhan film yang sudah saya bintangi.
Lama kelamaan anda enjoy juga menekuni dunia seni?
Ala bisa karena biasa kata orang. Awalnya saya hanya mengisi waktu luang, lama-lama keterusan. Apalagi, setelah kerja keras kita mendapat penghargaan berupa honor setelah syuting dan juga raihan prestasi seperti piala atau penghargaan di ajang festival.
Apa saja yang Anda dapatkan dari dunia seni?
Ya, macam-macam mulai dari materi, popularitas sampai jodoh pun. Ya, pendeknya nyaris semua sudah saya dapatkan dari dunia seni. Saya menikah dengan Sophan Sophiaan yang juga lawan main saya dalam film.
Karier Anda di dunia seni konsisten, apa rahasianya?
Yang pertama kita harus mencintai dulu apa yang kita kerjakan. Setelah itu kita harus sungguh-sungguh dengan peran yang sudah kita terima. Jangan sungkan mendalami karanter yang akan kita perankan. Peran ibu saya juga amat penting dalam karier saya. Tanpa ibu, saya tidak bisa seperti sekarang ini.
Anda kan banyak beradu akting dengan mendiang Sophan Sophian, selain sebagai sepasang kekasih, pernah tidak memainkan peran yang bukan sepasang kekasih?
Peran apa pun yang sudah kita terima harus dimainkan. Memang banyak film yang saya bintangi bersama Sophan. Kami kerap dipasangkan sebagai sepasang kekasih atau suami-istri. Namun ada kalangan tidak begitu. Ya namanya juga peran kan bermacam-macam.
Setelah 36 tahun menikah, suami Anda pergi lebih dahulu menghadap sang Khalik, namun Anda tetap berkarier?
Saya bersyukur dipertemukan Tuhan dengan Sophan Sophiaan. Dia itu adalah sosok yang sangat romantis. Buat saya dia adalah anugerah. Dia tidak pernah bosan bilang goodnight, I love you. Tak terasa sudah tujuh tahun lebih dia meninggalkan kami. Setelah dia tiada saya tetap melanjutkan karier sebagai di pentas seni peran. Alhamdulillah masih banyak yang memberikan kepercayaan pada saya untuk terus berkarya di bidang ini.
Masih ada obsesi Anda yang ingin direalisasikan?
Apa lagi ya, berbuat yang terbaik saja untuk saat ini. Saya tidak terlalu ngotot untuk mendapatkan penghargaan ini dan itu. Namun, kalau dalam berakting tetap sungguh-sungguh.
Amati Perkembangan Media
Widyawati terus mengamati perkembangan media dari dulu saat media cetak masih merajalela hingga sekarang ketika media online mulai naik daun. Bagi dia, media adalah partner dalam meniti karier sebagai pekerja seni.
Seperti apa Anda mengamati perkembangan media saat ini?
Menurut saya perkembangan media dari tahun ke tahun pesat sekali. Dulu kita hanya mengenal media cetak. Lama-lama ada media yang disiarkan oleh radio dan juga televisi. Sekarang di era digital ini media online mulai bermunculan. Dan sekarang media online mulai menjadi favorit. Lewat telepon genggam orang bisa membaca berita yang diinginkan. Mau berita apa saja ada, berita politik, ekonomi sampai hiburan.
Seperti apa menjaga hubungan dengan media?
Saya menjaga hubungan baik dengan siapa pun, termasuk insan media. Saya tidak pernah membeda-bedakan antara profesi yang satu dengan profesi yang lain. Bagi saya, semuanya sama. Ketika kita bisa bekerjasama mengapa tidak. Seperti antara artis atau pekerja seni dengan media hubungannya adalah saling membutuhkan satu sama lain. Seorang artis atau pekerja seni membutuhkan media untuk berkomunikasi dengan penggemar dan publik. Yang menjembatani hal ini adalah media. Peran media amat strategis dalam mendukung karier seorang artis.
.
Sekarang tren media pelan-pelan bergeser dari media cetak menjadi media digital, Anda mengamati perubahan ini?
Ya, saya mengamati perkembangan seperti ini. Dulu media cetak mendominasi mulai dari koran majalah, tabloid dan sebagainya. Sekarang pelan-pelan ada pergeseran. Media cetak masih ada namun media online muncul di mana-mana. Saya kiri ini harus disambut dengan positif. Meski medianya berubah dari yang sebelumnya cetak dan sekarang digital, peran media saya kira tidak berubah. Ini yang harus terus dipertahankan. Dulu harus hard copy, sekarang menjadi digital. Inilah salah satu dampak dari globalisasi. Buat Bintang.com yang akan berulang tahun saya berharap bisa menjadi media yang disegani dan terpercaya.
Apa saran dan masukan Anda untuk insan media?
Saya pernah mengalami pengalaman yang tidak enak dengan salah seorang wartawan. Kejadiannya ketika mendiang suami saya masih hidup. Saat itu ada yang tidak fair. Apa yang ditanyakan berbeda dengan yang disajikan. Ini kan merugikan sekali buat narasumber seperti kami. Setelah kejadian itu kami sempat menjaga jarak. Ada semacam ketakutan kalau kejadian itu terulang lagi. Setelah kejadian itu saya sempat meminta print-out dahulu usai diwawancara sebelum naik cetak. Kita harus lihat dahulu hasilnya, baru dicetak. Namun keadaan itu pelan-pelan berubah seiring dengan berjalannya waktu. Kita belajar dari pengalaman.
Apa harapan Anda untuk bangsa ini ke depan?
Saya mengharapkan Indonesia bisa lebih maju lagi dari tahun ke tahun. Mohon maaf, sekarang ini negeri kita terpuruk dan kacau. Bom meledak di mana-mana dan juga kekacauan kerap terjadi. Tentu kita berharap agar keadaan ini bisa diatasi oleh pemerintah. Kalau keadaannya aman dan kondusif tentu akan berpengaruh pada dunia seni. Itu yang kita harapkan. Pemerataan hasil pembangunan juga tidak kalah pentingnya. Tidak hanya daerah tertentu saja yang bisa merasakan kemajuan. Seluruh pelosok juga mengharapkan hal yang sama. Semua rakyat bisa menikmati hasil pembangunan.
Widyawati terlihat senang bisa ikut bergabung dalam pemotretan khusus dalam rangka ulang tahun pertama Bintang.com yang mengusung tema Bintang 3 Generasi. Ia tak hanya bisa bertemu dengan teman-teman seangkatannya, namun bisa juga bertatap muka dengan mereka yang masih muda, yang akan meneruskan kiprahnya di pentas seni.