Fimela.com, Jakarta Siti Badriah seolah menelan air liurnya sendiri. Awalnya, ia merasa dangdut itu kampungan dan norak, tapi kemudian justru menggemarinya. Minat terhadap musik dangdut tumbuh sejak Sibad --begitu ia biasa disapa-- sering melihat ayah dan kakaknya latihan bermain musik dangdut. Saat itu mereka merupakan pemain musik.
***
Sibad kecil bercita-cita menjadi dokter gigi, bukan penyanyi. Keinginan menjadi penyanyi sempat dimentahkan orang tuanya, Muhammad Husni dan Siti Amanah. Mereka tak ingin putrinya itu jadi penyanyi dangdut.
Advertisement
“Melihat orang nyanyi kemudian disawer, membuat aku kepingin menyanyi. Padahal, waktu itu orang tua aku enggak mengizinkan aku terjun sebagai penyanyi dangdut. Karena di kampung itu penyanyi dangdut itu dianggap negatif. Orang tua aku enggak mau anaknya dibilang macem-macem,” ungkap Sibad saat berkunjung ke kantor Bintang.com, Jalan R.P. Soeroso, Gondangdia, Jakarta Pusat, medio Februari 2016.
Baca Juga
Wanita kelahiran Bekasi, 11 November 1991 itu sempat sakit panas. Sibad justru merengek-rengek diizinkan untuk menyanyi. Tak tega melihat anaknya terbaring sakit, ayah Sibad akhirnya meloloskan keinginan putrinya.
“Silakanlah kalau mau nyanyi, tapi harus sembuh ya,” kata Sibad menirukan ucapan orang tuanya. “Akhirnya, aku sembuh. Dari situ hingga sekarang aku diizinkan untuk menyanyi. Waktu itu mungkin tahun 2000-an saat aku masih SD. Aku masih kecil banget,’ sambung Sibad.
Berikut petikan wawancara Komarudin dan fotografer Febio Hernanto dari Bintang.com dengan Siti Badriah, pelantun Berondong Tua. Sibad menjawab berbagai pertanyaan, tak terkecuali tentang lelaki.
Advertisement
Perjuangan Orang Tua
Peran orang tua sangat penting dalam perjalanan karier Sibad. Mereka rela menjual sawah agar putrinya menjadi penyanyi. Ternyata, mereka justru kena tipu.
Seperti apa perjalanan karier Anda?
Banyak banget halangannya, banyak banget rintangannya, dan banyak banget godaannya. Saat undangan dari TV, aku harus datang dari Bekasi. Aku juga selalu dianter sama emak. Ke mana-mana selalu sama emak. Nah, itu mungkin yang membuat Sibad seperti ini karena perjuangan emak, doa emak, dan perjuangan bapak.
Bisa dijelaskan perjuangan yang Anda maksud?
Pertama, bapakku. Bapakku sempat ditipu oleh seorang produser yang meminta uang Rp50 juta. Padahal, bapakku dapat uang itu dari hasil jual sawah. Bapakku kemudian ditipu lagi sebesar Rp50 juta. Uang itu dari hasil jual sawah lagi. Jadi, Rp100 juta. Itu yang membuat bapakku jatuh sakit
hingga stroke. Bapakku bangkrut hingga makan nasi sama garam saja.
Selain itu?
Kedua, mamaku. Meski beliau sedang sakit sekali pun, ia akan ikut jika aku ada panggilan nyanyi ke Jakarta. Tahu sendiri Jakata macetnya dan panasnya luar biasa, sampai Jakarta sudah lepek (basah). Punya mobil enggak ada AC-nya, terpaksa pake ilir (kipas). Sempat diusir oleh sekuriti karena mobilku enggak bagus, mobilku enggak boleh parkir di salah satu lobi di sebuah gedung. Saat itu, kalau aku enggak berhasil, tentu aku sangat mengecewakan mereka. Aku sempat berpikir enggak usah jadi artis, cukup nyanyi panggungan aja. Dibayar Rp200 ribu sudah cukup. Namun, bapakku terus mendorong aku agar aku tetap jadi artis. Aku sempat putus asa, namun mereka selalu membangkitkan semangat aku hingga aku jadi seperti sekarang ini.
Berkah dari doa orang tua ya?
Betul. Semua ini terjadi karena berkah dari orang tua dan keluarga, dan orang-orang di sekliling Sibad. Pokoknya, orang-orang yang sayang dengan Sibad. Mereka membantu dan memberikan dukungan kepada Sibad hingga akhirnya jadi seperti ini.
Selain nyanyi, apa aktivitas Anda sekarang?
Alhamdulillah, sekarang kegiatan menyanyi masih berjalan. Aku juga menerima tawaran untuk main dalam beberapa FTV (film televisi). Ada beberapa yang menawarkan stripping, tapi bentrok dengan jadwal nyanyi. Manajer aku memprioritasnya untuk jadwal menyanyi, daripada menerima tawaran akting. Aku seperti ini karena nyanyi.
Apa yang membuat Anda tertarik dalam akting?
Sebenarnya sudah lama. sekitar tahun lalu aku sudah main sekitar empat hingga lima FTV dan aku juga sudah main dalam film layar lebar. Sekarang aku mau mendapat rezeki lagi. Aku juga suka akting. Jadi, aku enggak hanya bisa nyanyi saja. Syukur-syukur aku diterima juga dalam dunia akting. Aku enggak pandang bulu untuk mencari rezeki.
Belajar akting dengan siapa?
Saya belajar otodidak aja. Paling aku dilatih dengan teman-teman pemain. Ada juga dari produser, dan sutradara. Aku diarahkan di situ. Kemampuan akting aku ya, segitu aja. Natural aja.
Mengembangkan akting?
Keinginan itu ada, mungkin bisa privat di rumah. Namun, kesempatan yang sekarang masih belum ada. Sekali libur, paling aku gunakan untuk istirahat. Alhamdulillah, sekarang itu saya dapat rezeki setiap hari.
Sibad enggak punya goyangan?
Dulu aku dikasih goyangan oleh bapakku, namanya goyangan undur-undur. Goyangnya sambil mundur. Namun, aku enggak menggunakan goyang itu karena Sibad sendiri enggak pede (percaya diri). Karena sudah banyak orang yang menggunakan goyangan ini, goyangan itu. Aku khawatir aku dituduh meniru goyangan mereka.Dengan tanpa goyangan pun aku malah dituduh niru si ini, niru si itu. Akhirnya, ya sudahlah. Enggak usah pakai goyangan. Tak apalah suara false juga, yang penting rezeki lancar.
Calon Pendamping Hidup
Sibad menolak jika disebut cewek yang sering gonta-ganti pacar. Saat ini kedekatannya dengan beberapa lelaki hanya sebatas sahabat.
Berbicara cinta, apa kriteria Anda dalam mencari calon pendamping hidup?
Kalau soal kriteria, yang penting direstui orang tua. Dia suka, aku suka, dan orang tuaku suka. Soal fisik, kekayaan, itu enggak menjadi sesuatu syarat. Sibad yakin, cinta itu nomor satu. Kalau soal kekayaan, itu bisa dicari. Lebih baik mendapatkan cinta, daripada mendapatkan harta dari suami orang.
Sepertinya, orang tua Anda suka dengan lelaki bule ya?
Enggak, kok.
Anda sering mengunggah foto lelaki di akun media sosial. Komentar Anda?
Aku lebih nyambung bersahabat dengan laki-laki. Jadi, sahabatku bukan hanya cewek, tapi juga banyak dengan cowok juga. Selagi sebatas sahabat, buat apa malu untuk foto atau jalan berdua. Karena kan enggak ada perasaan apa-apa. Apa salahnya aku foto dengan public figure yang lain.
Artinya, Anda sudah tahu risikonya jika ada haters yang mem-bully?
Sudah. Kadang-kadang perkataan haters itu sering menyakitkan. Itu konsekuensi aku meng-upload foto atau video dengan siapa pun.
Termasuk dengan James Thomas?
Kami hanya bersahabat. Aku juga enggak mau buru-buru menjalin hubungan serius. Namun, akhirnya aku hapus foto-foto itu, karena terlalu banyak orang mengira aku gonta-ganti cowok. Padahal, kami hanya bersahabt. Kecuali jika aku bilang ini pacar aku, kemudian dengan yang lain aku bilang ini pacarku. Itu baru bisa dibilang gonta-ganti pacar. Mantan pacar aku, ya, hanya Fahmi. Begitu juga dengan Haydar. Dia keturunan Arab. Kami hanya bershabat. Tidak ada pacaran maupun ta'aruf. Kami enggak tahu, yang mulanya sahabat bisa saja jadi cinta. Haydar lebih ke akting, sinetron maupun layar lebar.
Sudah berapa lama Anda kenal Haydar?
Baru dua bulan lebih. Waktu itu aku lagi nongkorng bersama teman aku. Kebetulan teman aku ada yang kenal dia. Dari situ kami kenal dan saling tukar nomor WhatsApp.
Hubungan dengan orang tua?
Haydar santun dengan orang tuaku dan sopan banget. Dari omongan ada porsinya. Beberapa hari lalu dia ketemu dengan mamaku. Kami makan durian bareng.
Anda sudah dikenalkan pada keluarga Haydar?
Baru sebatas telepon. Karena orangtuanya ada di Semarang. Kami kenalkan sebagai sahabat baru.
Bagaimana Haydar di mata Anda?
Haydar itu baik, penyayang, sopan, dan rajin. Tak mengandalkan orang tua. Ia mandiri dan perhatian dengan orang lain. Ia juga selalu mendukung orang lain lain sejauh positif. Ia rajin ibadah. Jujur, aku jarang menemukan orang seperti Haydar.
Apakah Haydar akan menjadi tambatan hati sesungguhnya bagi Siti Badriah? Ini yang masih harus ditunggu. Yang jelas, seperti yang diungkapkan Sibad, calon suaminya harus lolos dari seleksi orang tuanya. Kalau itu sudah beres, dia akan terima apa adanya.