Fimela.com, Jakarta Kerja keras tak pernah bohong. Siapapun yang bekerja keras sepenuh hati akan mendapatkan hasil yang berlimpah. Ditambah dengan kesabaran, maka hasilnya akan melebihi dari yang kita bayangkan. Setidaknya inilah yang sedang terjadi pada Raisa Andriani.
Di ranah musik, nama besar Raisa sudah berada di jajaran papan atas. Kisah perjuangan Raisa menembus belantara musik Indonesia sudah banyak diulas. Pantang menyerah dan memberikan yang terbaik dari dirinya adalah kunci sukses Raisa. Dan ketika lagu yang dibawakannya, Terjebak Nostalgia menjadi inspirasi bagi sutradara Rako Prijanto untuk membuat film, kisah hidup Raisa bergulir kembali.
Sempat ragu dan menolak untuk membintangi film Terjebak Nostalgia, Raisa memilih menaklukkan rasa tidak percaya diri dengan belajar akting. Bukan orang lain yang meyakinkan dirinya untuk berani melangkah di depan kamera melainkan diri sendiri. Dan setelah benar-benar mencoba akting, banyak hal baru yang ditemukannya.
Advertisement
Baca Juga
Sekali melangkah, banyak hal baru yang ditemukan Raisa di layar lebar. Pelantun tembang Mantan Terindah ini tak bisa lagi berpaling dari akting. Meskipun begitu Raisa juga takkan mampu meninggalkan musik yang sudah merasuk ke dalam nadinya. Bagaimana Raisa menyeimbangkan musik dan akting? Impian-impian apa saja yang masih dipendamnya? Kepada Bintang.com Raisa mengungkapkan semuanya. Berikut petikan wawancara eksklusif kami dengan Raisa saat berkunjung ke redaksi Bintang.com, Kamis (4/1/2016) di Gondangdia, Jakpus.
Bagaimana awalnya tertarik bermain film?
Jujur saja awalnya saya nggak percaya diri. Sudah dari tahun 2013 saya diminta untuk main film, saya persilahkan lagu saya dipakai. Tapi selama itu saya selalu bilang jangan saya yang main.
Mengapa?
Karena saya belum belajar untuk akting. Saya merasa nggak semua tahu siapa Raisa di musik. Lalu kalau nyoba yang lain kok rasanya nggak sabar banget. Makanya saya tolak awalnya.
Apa yang membuat Anda berubah pikiran?
semakin lama semakin filmnya jelas, karakter terbentuk, dan pemain lain itu bermunculan jadi berfikir ulang. Saya merasa harus ikut bermain di film ini.
Pertimbangannya apa?
Orang-orang menyakinkan saya bahwa saya bisa akting dengan lihat video klip saya. Saya juga diyakinkan bahwa saya akan bermain dengan orang-orang terbaik. Jadi akan banyak yang bisa membantu saya.
Sempat latihan akting?
Tiga bulan belajar akting sebelum akhirnya memutuskan untuk maun main.
Siapa yang membuat Anda mantap berakting?
Saya sendiri. Orang selalu bertanya memang iya saya mau main film? Karena orang terdekat saya tahu bahwa saya ini musik banget. Jadi yang bisa menyakinkan diri sendiri setelah latihan.
Perbedaan signikan di film dan musik?
Biasanya kalau di musik saya kerjakan sendiri semua. Detail dari pembuatan lagu saya ikut terlibat semua. Sementara di film jauh lebih kompleks dan melibatkan banyak orang. Tidak mungkin saya mengerjakan sendiri semua. Harus mempercayakan pada banyak orang. Deg-degan karena belum pernah mempercayakan orang lain sebanyak itu.
Advertisement
Halaman 2
Bagaimana setelah melihat hasilnya?
Puas banget, film itu kerja keras dari banyak orang. Yang terlihat di layar itu cuma sebagian dari kerja keras di belakang layar.
Bisa diceritakan tentang film Terjebak Nostalgia?
Film terjebak nostaligia ini film romantis penuh dengan hati dan rasa. Bisa dinikmati oleh semua orang. Baper-able kalau istilah saya. Bisa bikin orang terhanyut perasaan sampai nangis.
Film ini terinspirasi oelh lagu Anda. Anda pasti bangga?
Benar banget, rasanya luar biasa banget bisa punya suatu karya yang menginspirasi karya lain. Langkah terbaik saya, sangat bangga dan tersanjung. Nggak mungkin saya lewatkan. Alhamdulillah kemudian saya ikut film ini.
Setelah lihat hasilnya, apakah Anda puas?
Saya lihat hasilnya, trus lihat teman-teman saya nangis melihat adegan saya, saya lega. Karena ternyata saya bisa membawakan perasaan di film ini. Jadi puas.
Akting bersama Chicco Jerikho, peraih piala citra bagaimana perasaan Anda?
saya tahu Chicco itu terakhi di-casting. Begitu tahu ada Chicco saya merasa ini film bakal serius dan merasa aman. Karena saya yakin Chicco nggak mungkin membiarkan lawan mainnya jelek.
Belajar akting dari Chicco juga?
Saya merasa bahwa saya akan ketularan kemampuan akting dan alaminya berakting. saya dapat banyak tips yang sebelumnya saya tidak tahu.
Bagaimana proses belajarnya?
Sebelum take saya banyak ngobrol sama Chicco kenapa peran ini harus begin, harus begitu saya jadi bisa akting alimiah. Mempelajari yang tidak ada dalam naskah. Tapi kita harus paham kenapa setiap karakter mengambil tindakan ini dan itu. Kalau kita paham jadi bisa akting dengan baik. Inilah yang saya dapatkan ketika akting bersama Chicco.
Lantas bagaimana dengan Marully Tampubulon?
Karena kami basic-nya sama-sama musik, jadi kita bisa langsung nyambung lewat musik. Kita nyanyi-nyanyi bareng untuk membangun chemiistry. Saya harus bisa menampilkan cinta yang mendalam meskipun scene kami sedikit. Musik membangun hubunga kami dengan sangat intens.
Nampaknya jatuh cinta sama film?
Ya, saya tertarik untuk meng-eksplore lagi di seni film ini.
Akting paling susah?
Paling susah itu nangis emosional. Kalau misalnya cuma sekali take sudah susah. Sudah susah kita harus nangis berulang-ulang untuk kepentingan gambar. Terlebih harus dengan emosi yang sama dan instensitas yang sama itu cukup bikin capek. Benar-benar bikin capek secara emoasional.
Film bagi Raisa?
Banyak hal yang bisa diimpikan. Yang biasanya cuma ada di otak bisa terwujud dalam mata. Film itu kehisudan sehati-hari yang ternyata terjadi di kehidupan orang lain. Nonton film itu menyenangkan, kita biaa keluar dari dunia nyata dan masuk dalam film saat kita nonton film.
Film favorit?
Romantis komedi. Filmnya nggak cuma lucu-lucu tapi juga harus menyentuh. Seperti film Nothing Hill.
Halaman 3
Selain main film juga nulis lagu untuk soundtrack?
Sejauh ini dulu pertama saya ngisi sountrack film Roctoverso dan Mantan Terindah tapi itu lagu orang lain yang saya nyanyikan. Di film ini saya buat lagu Butterfly. Saya terimspirasi oleh skrip film ini. Nulisnya juga saat syuting. Saya nyanyikan bersama Marully Tampubulon. Mungkin saya terinspirasi sama naskah dan scorring film ini. Tapi kalau disuruh buat lagu untuk film lain, saya nggak yakin bisa. Bukan bidang saya sepertinya.
Bagaimana perasaan mendengarkan lagu Anda di film?
Kerasa beda banget. Saya cukup bangga pas ngelihat satu scene dimana scene itu sangat penting dan dikeluarin lagu saya. Rasanya berbeda.
Jadi ingin terus berakting?
Saya nggak tahu sih mungkin tergantung cerita dan kebutuhan film iru akan saya itu giman. Apakah penting atau enggak untuk saya berada di film itu jadi pertimbangan.
Peran yang diimpikan?
Kalau boleh sih pengin main yang karakternya sangat berbwda dengan karakter saya sehari-hari. Jadi bisa belajar dengan maksinal aktingnya. Dan yang meranin bisa lebih eksplore mencari karakter.
Nggak suka film horor?
Horor seksi? nggak. Kalau jadi pemain horor kayaknya pantas jadi orang yang mati pertama kali di film.
Tantangan akting?
Dulu saya pikir akting paling susah itu ngapalin dialog. Ternyata itu paling gampang. Yang baru saya pelajari dari Chicco dan Rako. Kita harus memahami logika di balik pilihan karakter. Agar pas kira jalanin itu kita percaya. Daripada disuruh sesuatu tapi nggak tahu kenapa. Jadi harus benar-benar tahu kenapa dia begini dan begitu.
Harapan di akting?
Pengin akting ekspresai diluar nyangi. Kalau nyanyi, tangan kan punya gesture sensiri. Mata dan wajah kan kalau akting harus berbicara juga.
Film atau musik?
Saya nggak mungkin gak milih musik. Musik selalu nomer satu selamanya. Tapai gak mengecilkan pengalaman main film. Saya belajar banyak di film ini. Banyak hal baru tentang film yang saya pelajari disini. Cuma kalau dibandingin sama musik nggak bisa.
Lawan main impian?
Sebenarnya banyak banget, tapi saya gak tahu kemampuan saya untuk beradu peran dengan mereka.
Ada batasan ketika menerima peran?
Sebenarnya sama aja kayak yang lain soal prinsip saya berpakaian. Saya nggak bisa pakai baju seksi. Jadi saya nggak akan ngambil karakter yang seperti itu. Hal-hal fisik yang bisa saya lakukan lebih terbatas. Karena saya tisak berangkat dari pemain film. Jadi tidak terbuka untuk akting seperti mereka yang benar-benar
berangkat dari film.
Raisa telah membuktikan bahwa kerja keras tak akan ingkar janji. Film menjadi dunia baru untuknya. Meskipun begitu musik tetap menjadi panduan utama karir Raisa. Sukses selalu Raisa.