Fimela.com, Jakarta Sebagai produser film anyar, Hengky Kurniawan mengaku begitu antusias untuk terus berkarya. Namun satu film yang diproduksinya berjudul Black Honeymoon ternyata mendapatkan hasil yang kurang memuaskan. Ia pun menyikapi apa yang terjadi khususnya dalam industri perfilman Indonesia.
Menurutnya, di saat pada produser film berlomba memberikan karya bagus nan berkualitas, justru tempat pemutaran film kurang mendukung. "Saya mewakili produser muda. Kami ingin curhat terkait film dan musik ke DPR. Kami ini kan produser baru, semangat bikin film, melihat industri yang ada ga support terhadap film lokal," kata Hengky Kurniawan di Gedung Nusantara 3, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (18/1).
Advertisement
Baca Juga
- Atiqah Hasiholan Jajal Komedi
- No More Girlband, BLINK Berubah Jadi Grup Vokal
- Aris Idol Bangga Tatap Muka dengan Sang Idola
"Tayang perdana dibatasi jumlah bioskopnya, itu yang bikin kapok. Sekali produksi kan 40-60 orang (tim produksi), kalau dikasih kesempatan dan layar sama minimal balik modal akan semakin semangat syuting," lanjutnya.
Hengky berharap Indonesia bisa mencontoh Malaysia dalam menerapkan peraturan yang mendukung industri perfilman lokal. Ia mengaku baru saja pulang dari Malaysia dan ternyata disana ada regulasi yang mengatur tentang jatah tayang film lokal.
"Saya baru pulang dari Malaysia, pemerintah di sana support terhadap produser lokal, laku ga laku 2 minggu. Jumlah bioskop rata semua. Enak juga ya di sana. Makanya kedatangan kami ke sini ingin curhat," tukas Hengky.
Hengky Kurniawan tak menampik ketika bioskop di Indonesia atau dimanapun dikelola oleh swasta, namun ketika ada peraturan dari pemerintah, tentu akan diikuti. "Memang dikelola swasta tapi pasti ada regulasinya. Di komunitas ini anggota 21 orang. Udah bikin 2-3 film. Biaya bikinnya 1-2 miliar. Kalau dikasih yang sama kayak film luar, pasti balik modal," tandas Hengky.