Fimela.com, Jakarta Hamas Syahid, pemeran film Ketika Mas Gagah Pergi disangka teroris. Ini adalah pengalaman pertamanya bermain di film layar lebar. Sempat dituduh sebagai teroris menjadi pengalaman yang tak terlupakan bagi Hamas saat memerankan tokoh Gagah.
Gagah ingin mengamalkan ajaran Islam dengan baik. Oleh orang-orang terdekatnya, ia dianggap sangat kolot dan tidak sesuai dengan perkembangan jaman. Perubahan sikapnya dan cara pandang terhadap Islam terjadi setelah ia pulang dari Ternate untuk penelitian skripsinya. Di sana ia bertemu dengan seorang kyai bernama Ghufron.
Advertisement
Baca Juga
- Atiqah Hasiholan Jajal Komedi
- No More Girlband, BLINK Berubah Jadi Grup Vokal
- Aris Idol Bangga Tatap Muka dengan Sang Idola
Hamas pun terinspirasi oleh kyai tersebut. "Saya berperan sebagai Mas Gagah. Dia ada dua karakter, sebelum dan setelah hijrah. Dia orang yang sangat ulet, dia banting tulang demi ibu dan adiknya. Tapi dia tidak pernah mengaplikasikan Islam itu di dunia nyata sampai saat dia hijrah. Setelah hijrah dia dinilai lebih kolot, dikira teroris lah," kata Hamas Syahid di konferensi pers film Ketika Mas Gagah Pergi, XXI Plaza Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (15/1).
Melalui film ini Hamas berharap tak ada lagi yang mendiskreditkan atau pun membuat sentimen negatif terhadap Islam. Karena dalam filmnya pun, Hamas alias mas Gagah yang berusaha mengaplikasikan Islam dengan baik, selalu menyatakan bahwa Islam itu indah, Islam itu cinta. "Saya berharap setelah nonton film ini tidak ada lagi kenbencian, dendam dan lainnya. Yang ada hanya sayang dan cinta," tutur Hamas.
Film Ketika Mas Gagah Pergi berlatar belakang tentang bagaimana menerapkan ajaran Islam dengan baik sebagai agama rahmatan lil alamin atau rahmat bagi seluruh alam. Namun, Hamas mengatakan jika semua pemeluk agama lain bisa mengambil pelajaran positif. "Dari kalangan apapun bisa nonton film ini, karena setiap agama itu baik. Sama ajarannya untuk mengajarkan kebaikan," tukas Hamas.