Fimela.com, Jakarta Nama Uwais Qorny rasanya tak terlalu dkenal. Sebaliknya, kalau menyebut nama Iko Uwais pasti sudah banyak yang tahu. Aktor kelahiran 32 tahun lalu ini bahkan sudah mendunia dengan film Star Wars: The Force Awakens.
Bersama Yayan Ruhian dan Cecep Arif Rahman, Iko memang ikut bermain di salah satu film yang paling ditunggu di tahun ini. Meski hanya mendapat peran kecil, kita boleh berbangga karena ada aktor Indonesia yang tampil di film Hollywood sekelas Star Wars. Apa yang sudah dicapai mereka bertiga, terutama Iko, tentu berkat perjuangan, kerja keras dan kemampuan yang luar biasa.
Pertemuan dengan sineas asal Wales, Gareth Evans, menjadi awal dari meroketnya karir Iko di dunia film. Saat membuat film dokumenter mengenai Pencak Silat di tahun 2007, Evans kebetulan melakukan syuting di sekolah Silat tempat Iko bernaung. Dari situ bakat dan kemampuan pria yang juga seorang atlet Pencak Silat itu mulai menarik perhatian Evans.
Advertisement
Baca Juga
- Iko Uwais, Si Tampan yang Jago Akting Laga
- Makin Panas, Simak Grand Final D'Academy Asia Besok Malam
- Masuk Grand Final D'Academy Asia, Danang Mohon Doa Restu Orangtua
Tanpa diduga, Gareth Evans menempatkan Iko Uwais sebagai pemain utama di film Merantau (2009). Film eksyen yang menonjolkan seni bela diri Pencak Silat ini juga dibintangi Donny Alamsyah, Chika Jessica, Christine Hakim dan Yayan Ruhian. Merantau ternyata cukup sukses dan mendapat banyak pujian. Gareth Evans semakin yakin untuk kembali berkolaborasi dengan Iko Uwais. Bahkan film kedua mereka, The Raid, membuat efek yang lebih luar biasa di kemudian hari.
Dirilis pada 2012, film tersebut beredar secara internasional dengan judul The Raid: Redemption. Selain di Asia dan Australia, The Raid juga diputar di Eropa dan Amerika Utara. The Raid disebut-sebut sebagai salah satu film eksyen dan seni bela diri terbaik yang pernah diproduksi Indonesia. Di The Raid, Iko bersama Yayan bukan hanya berakting tapi juga menjadi koreografer adegan laga.
Film tersebut bukan hanya melambungkan nama Iko dan Yayan, tapi juga pemain lainnya seperti Joe Taslim dan aktor senior Ray Sahetapy. Keduanya kemudian juga mendapat kesempatan bermain di film Hollywood. Keberhasilan The Raid dilanjutkan dengan The Raid 2: Berandal atau The Raid: Retaliation yang dirilis pada 2014.
Film ini juga termasuk sukses dan membuat nama Iko Uwais semakin meroket. The Raid 2 juga ikut mempopulerkan nama Cecep Arif Rahman. Setelah itu, Iko mulai dilirik Hollywood. Ia sempat mendapat peran kecil di film Man of Tai Chi yang disutradarai dan dibintangi Keanu Reeves. Iko kemudian terpilih sebagai pemain utama di film Mile 22 yang juga akan dibintangi Mark Wahlberg dan Ronda Rousey.
Setelah itu, tanpa banyak gembar-gembor Iko bersama Yayan dan Cecep bermain di film ketujuh dari seri Star Wars, yaitu Star Wars: The Force Awakens yang dibesut J.J.Abrams. Film yang punya banyak penggemar ini sudah dirilis pada pertengahan Desember 2015 dan digadang-gadang akan menjadi salah satu film terlaris sepanjang masa. Kalau itu terjadi, tentunya kita akan semakin bangga dengan prestasi Iko Uwais cs.
Saat ini, Iko sedang menyelesaikan syuting film produksi Indonesia, Headshot. Film eksyen ini disutradarai The Mo Brothers (Kimo & Timo), dan juga dibintangi oleh Chelsea Islan, Julie Estelle, Sunny Pang dan Zack Lee. Film yang berlokasi syuting di Batam dan Jakarta ini kabarnya berbeda dengan film-film yang pernah dibintangi Iko sebelumnya.
Apa yang membuat film Headshot berbeda? Lalu, bagaimana Iko bisa mendapat peran di film Star Wars: The Force Awakens? Target apa lagi yang hendak dicapai Iko? Simak hasil wawancara Henry, Basyir Latifan dan Galih W Satria dengan Iko Uwais di sela-sela syuting film Headshot di Infinite Studio, Batam, Kepulauan Riau, Senin (22/12/2015).
Apa peran Anda di film Headshot?
Di film ini saya berperan sebagai Ismail. Dia terkena tembakan di kepala tapi masih bisa bertahan hidup. Setelah mengalami koma, Ismail menjadi lupa ingatan dan bahkan tidak ingat dengan namanya sendiri. Jadi dia seperti dihantui oleh masa lalunya. Kalau lebih lengkapnya lagi, tonton aja di filmnya nanti, hehehe.
Film Headshot juga termasuk action atau ada perbedaan dengan film Anda lainnya?
Bisa dibilang film ini memadukan drama dengan eksyen. Unsur eksyen dan drama sekitar 60-40 persen. Jadi agak beda dengan film-film saya sebelumnya, saya harus lebih bisa berakting drama di sini. Tapi adegan eksyennya juga lumayan banyak dan cukup intens. Bela dirinya juga lumayan kompleks.
Advertisement
1
Selain bermain, kabarnya Anda juga terlibat dalam proses kreatif?
Saya juga jadi koreografer untuk adegan eksyen terutama fighting bersama tim saya namanya Uwais Team. Kita juga menampilkan adegan pencak silat tapi dibuat jadi lebih modern. Di sini memang termasuk beda, karena level eksyennya bukan hanya kompleks tapu semakin lama semakin meningkat.
Pemeran wanita seperti Chelsea Islan dan Julie Estelle juga terlibat adegan eksyen?
Chelsea dan Julie juga kita tangani adegan eksyen dan fighting nya. Tapi kalau Chelsea nggak terlalu banyak karena saya nggak mau ambil resiko soalnya waktu persiapannya termasuk cepat. Kalau Julie lebih banyak dan kita memang banyak mengarahkan dia. Saya dan Julie sudah pernah kerjasama di The Raid 2, jadi kita sudah cukup paham satu sama lain.
Apa sempat mengalami cedera saat syuting?
Kalau cedera seperti cedera otot sempat sih, tapi itu sudah biasa di film eksyen seperti ini. Kalau lagi adegan fighting cedera sudah wajar, tapi ada cedera yang tidak saya duga-duga. Pelipis saya sempat luka. Jadi adegan fighting yang sebenarnya nggak terlalu berat. Karena salah perhitungan, saya jatuh terkena meja pas di bagian pelipis mata dan sempat berdarah. Padahal ada adegan lain yang lebih ekstrim tapi ternyata berjalan lancar.
Apa cedera itu mempengaruhi jadwal syuting?
Nggak pengaruh sama jadwal syuting, kok. Saya cuma istirahat sekitar sejam dan kita langsung syuting lagi. Malahan make up saya dibuat lebih lebam lagi buat kontiniti adegan, hahaha.
Jadi kapan Headshot akan dirilis?
Tayangnya pasti tahun depan, tapi tanggal pastinya belum tahu. Yang jelas, kita syuting selama hampir dua bulan dan baru selesai menjelang akhir tahun ini.
Setelah Headshot, apa proyek Iko selanjutnya?
Kalau tawaran lain sudah ada, tapi masih dalam tahap pembicaraan. Kita belum sepakat soal jadwal.
Bagaimana dengan film Mile 22 yang kabarnya juga dibintangi Mark Wahlberg?
Kalau Mile 22 masih tahap persiapan syuting, kemungkinan awal tahun depan. Tapi jadwalnya masih bisa berubah, saya juga belum dapat kabar terbaru dari agen saya di Amerika (Serikat). Nah, kalau untuk Mark Wahlberg saya juga belum tahu pasti. Kabarnya dia memang akan main juga, tapi sampai sekarang belum ada kepastian soal itu. Kita tunggu saja nanti.
Baca Juga: Bocoran Adegan Iko Uwais cs di Star Wars: The Force Awakens
Lalu bagaimana dengan film Beyond Skyline yang juga produksi Hollywood?
Kalau Beyond Skyline sudah selesai syuting. Saya juga tampi bareng kang Yayan Ruhian, syutingnya ada di Batam juga. Rencananya, bakal rilis pertengahan 2016. Film ini masih tahap penyelesaian (pasca produksi). Saya sudah dikirim beberapa potongan trailernya, sejauh ini cukup senang dengan hasilnya.
Apa ada proyek lagi bersama Gareth Evans?
Ada film baru lagi. Gareth mau bikin film di Hollywood, rencananya tahun depan. Saya dan Uwais Team di sini jadi action-coreographer saja. Kalau untuk jadi pemain belum tahu juga karena belum ada pembicaraan ke arah sana.
Bisa cerita keterlibatan Anda di film Star Wars: The Force Awakens?
Saya mulai terlibat di film Star Wars: The Force Awakens ini dari awal tahun 2014. Sebenarnya yang dapat kabar pertama saya diajak main adalah Gareth Evans. Beberapa bulan sebelum dapat kepastian, Gareth sudah dihubungi tim Star Wars, tapi dia belum mau kasih informasi sebelum semuanya pasti. Nah, kebetulan pas lagi promo The Raid 2 di UK (Inggris), kita ketemu sama tim film Star Wars termasuk sutradaranya, J.J.Abrams. Kita ketemu di sebuah hotel. mereka, termasuk Abrams, bilang mau memberi sedikit warna berbeda dari film legendaris ini. Mereka ingin menampilkan beberapa adegan fighting.
Apa yang membuat mereka menawarkan Anda bermain di Star Wars: The Force Awakens?
Ya karena itu tadi, mereka mau menampilkan sedikit adegan fighting dan mengajak kita untuk ikut bermain sekaligus memberikan masukan tentang fighting coreography. Yang bikin kita kaget, ternyata Abrams sudah menonton film kita (The Raid) dan dia suka. Dia sangat mengapresiasi karya kita dan saya benar-benar nggak nyangka dua sudah nonton The Raid.
Apa saja masukan yang Anda berikan pada J.J. Abrams?
Saya sempat kasih beberapa gerakan dan dia senang. Tapi sayangnya nggak semua bisa dipakai di Star Wars. Maklum saja, film Star Wars kan untuk semua umur jadi bisa ditonton sama anak-anak juga. Ya mungkin karena kita masih terpengaruh The Raid 2, jadi adegannya agak ekstem, hehehe. Jadi masukan kita disimpan dulu untuk proyek lainnya.
Kapan mulai syuting Star Wars, dimana dan berapa lama?
Saya sama kang Yayan berangkat lebih dulu ke Inggris untuk persiapan syuting. Kita membuat koreografi untuk adegan eksyen dulu. Setelah itu baru kita menyiapkan bagian kita di film sebagai pemain. Kita mulai syuting di bulan puasa tahun 2014, itu pas Piala Dunia sepakbola. Tadinya saya mau nonton Piala Dunia, tapi karena harus syuting selama hampir sebulan, jadi gagal karena di sana nggak bisa nonton sama sekali, hahaha. Kita harus persiapan koreo selama dua minggu dan proses syuting selama hampir tiga minggu.
Bagaimana suasana dan perasaan Anda saat syuting Star Wars: The Force Awakens?
Rasanya senang dan fun banget. Kita jadi punya pengalaman tersendiri syuting di negeri orang. Mereka sangat terkoordinir, mereka juga sangat peduli dan menghargai hasil kerja kita. Meski kita puasa, mereka sangat menghormati kita di lokasi syuting.
2
Apa saja pengalaman menarik selama syuting Star Wars: The Force Awakens?
Pastinya menarik karena ini pengalaman baru lagi buat saya. Tapi yang paling menarik buat saya, beberapa kru di sana ternyata ada yang sudah nonton The Raid dan The Raid 2. Saya kaget juga dan nggak menyangka mereka menonton film kita.
Bagaimana dengan proses syutingnya?
Alhamdulillah berjalan lancar. Apalagi saya cuma dapat sedikit dialog, kan Kang Yayan yang lebih banyak mengucapakan dialog.
Kabarnya Anda bertiga sempat bertemu dengan Harrison Ford?
Iya kita ketemu Harrison Ford, pemeran Han Solo. Karena satu scene dengan dia, jadi kita ketemu di lokasi syuting. Pas lagi syuting, kita baru tahu kalau ternyata orangnya humble banget. Dia mendatangi kita di tenda, semua disalami satu-persatu. Kebetulan saya duduk paling pojok dan jadi orang terakhir yang disalami Harrison Ford. Lalu di duduk di sebelah saya dan sempat ngobrol. Dia cerita pernah ke Indonesia dan pernah bertemu Menteri Kehutanan kita untuk membahas pelestarian hutan dan hewan. Biarpun Cuma sebentar, tapi saya tetap senang karena bisa bertemu dengan aktor legendaris seperti Harrison Ford.
Bagaimana menjaga kerahasiaan bermain di film Star Wars: The Force Awakens?
Saat tanda tangan kontrak untuk bermain di film Star Wars ini kita memang harus menjaga rahasia dan nggak boleh membocorkannya pada siapa pun, termasuk keluarga! Saya memang nggak cerita ke orang lain, tapi kalau keluarga ya mau nggak mau harus cerita. Saya kan harus pamit untuk syuting film di luar negeri, paling nggak sama istri saya dan orangtua saya. Masak saya nggak bilang syuting film apa, dimana dan berapa lama? Nanti disangka saya main blue film di sana, hahaha. Selain nggak dibolehkan memberi tahu kalau kita bermain di Star Wars, kita juga nggak boleh membocorkan karakter yang kita mainkan dan jalan cerita dari filmnya. Waktu syuting pun kita hanya memegang skenario yang ada adegan atau dialog kita saja.
Jadi Anda hanya cerita ke siapa saja bermain di film Star Wars?
Pastinya ke istri saya, Audy, dan orangtua saya. Saya meminta mereka untuk menjaga rahasia, jangan sampai informasinya bocor. Bukan apa-apa, ini masalah kepercayaan. Kalau kita sudah melanggar kepercayaan, habis sudah karir kita. Lalu bisa saja kita memang tetap syuting tapi kemudian adegannya dihapus atau diedit pas tayang di bioskop. Makanya kita nggak mau banyak bicara, karena takutnya nggak memenuhi ekspektasi banyak orang. Kita kan hanya dapat peran kecil. Tapi ya tetap bangga bisa menjadi bagian dari film legendaris seperti Star Wars.
Baca Juga: 5 Aktor Indonesia yang Berhasil Menembus Hollywood Tahun Ini
Apakah Anda sendiri termasuk penggemar Star Wars?
Saya sendiri bukan termasuk penggemar film-filn seperti Star Wars ini. Terus terang saya baru nonton film-film Star Wars setelah mendapat peran di film Star Wars: The Force Awakens. Tapi sebelumnya saya sudah tahu kalau film Star Wars itu bagaimana, tapi hanya sekedar tahu saja.
Siapa orang paling berjasa dalam karir Anda?
Orangnya sudah almarhum, namanya Haji Ahmad Munawar. Saya panggil dia uwak karena masih termasuk abang dari ibu saya. Beliau yang meyakinkan saya untuk menekuni pencak silat, bukan sepakbola yang sebenarnya lebih saya sukai dan lebih dulu saya tekuni. Kalau bukan karena beliau, mungkin saya sekarang menjadi pemain sepakbola. Semua olahraga bagus sih, tapi dengan pencak silat seperti kata uwak, saya bisa mengerjakan banyak hal dan mendapatkan hal-hal yang tak pernah saya punya sebelumnya.
Bisa dibilang karir Anda di dunia entertainmet berawal dari film dokumenter?
Ya karena saya menuruti nasehat uwak, pelan-pelan saya meninggalkan sepakbola. Saya lebh fokus di pencak silat. Saya sempat jadi atlet pencak silat dan pernah jadi juara nasional. Berkat pencak silat saya bisa berkunjung ke banyak negara, lalu diajak main film dokumenter tentang pencak silat. Gareth kemudian mengajak saya untuk main film. Lalu saya tampil di film Merantau dan kemudian bisa seperti sekarang ini.
Para pemain The Raid banyak yang go-internasional, bagaimana pendapat kamu?
Alumnus The Raid kebetulan memang ada yang bermain di Hollywood, termasuk saya, Joe Taslim dan Yayan Ruhian. Menurut saya ini bukan hanya karena The Raid, tapi memang kebetulan kita mendapat kesempatan yang bagus. The Raid petama dan kedua banyak dilihat orang luar negeri. Mungkin teman-teman yang lain punya potensi yang lebih bagus, tapi mereka belum mendapat kesempatan saja. Saya bangga sama senior-senior saya seperti Om Ray Sahetapu, beliau bisa tampil di film sekelas Captain America: Civil War.
Ada kiat khusus buat mereka yang ingin karirnya mendunia?
Saya rasa keberhasilan teman-teman kita yang sudah go-internasional bisa dijadikan contoh. Bisa jadi pacuan dan motivasi buat kita. Istilahnya, kalau kita sudah tercebur ke satu bidang, ya kita kita tenggelam sekalian. Kita tekuni dengan maksimal dan jangan setengah-setengah. Saya sendiri berlatih pencak silat dari nol sejak umur sepuluh tahun dan ternyata bisa mencapai seperti sekarang ini. Sesuatu yang melalui proses panjang dan kerja keras itu pasti akan hasil baiknya.
Siapa aktor idola Anda?
Yang paling saya suka, Jackie Chan, dan kebetulan pernah bertemu langsung sama orangnya. Saya inget banget, waktu mau syuting Merantau, Gareth kasih saya beberapa film Jackie Chan sebagai bahan perbandingan. Kelebihan utama Jackie dan sering saya pakai di film-film saya juga, adegan fighting nya sangat realistis. Nggak terlalu banyak efek yang macam-macam seperti adegan terbang. Makanya dia nggak mau pakai pemeran pengganti. Hebatnya lagi, dia sering adegan fighting bersama beberapa orang. Misalnya Jackie Chan lawan lima orang, semuanya bisa aktif bergerak, itu kan luar biasa koreografinya. Kalau aktor Indonesia, banyak yang saya suka.
Apa suatu saat nanti seorang Iko Uwais akan bermain film drama?
Bisa saja. Saya gak menutup kemungkinan bermai di film drama. Di film Headshot juga ada dramanya, dan ada love story-nya juga. Saya juga banyak konsultasi sama Mo Brothers (Kimo Stamboel dan Timo Tjahjanto). Lalu sama pemain lain, sama Chelsea Islan, aktris muda yang sangat berbakat. Lalu juga sama Julie Estelle dan Ario Bayu. Mereka ini kan aktor-aktor watak semua. Saya banyak belajar mengucapkan dialog tanpa berkesan menghapal dari mereka-mereka ini. Kalau saya kan lebih banyak berakting lewat gerakan, kalau gak dipukul ya memukul.