Fimela.com, Jakarta Sepanjang tahun 2015, bioskop tanah air memutar 115 film Indonesia. Tidak semua film mampu mendapatkan perhatian dari penonton. Tapi dari sekian banyak genre dan tema yang diputar, drama yang mengisahkan kegigihan wanita menunjukkan kekuatannya.
Baca Juga
- Inspirasi, Bunga Citra Lestari Jadi Hijabers Berwawasan
- Pasha Menang Pilkada, Ungu Bicara Masa Depan
- Jangan Sedih, Konser Aliando Syarief Bakal Live Streaming
Tiga film yang bertema perjuangan hidup wanita masuk dalam daftar 10 film terlaris 2015. Film Surga yang Tak Dirindukan membukukan 1.523.570 penonton. Film 3 Dara ada di urutan lima dengan 666.155 penonton. Sedangkan film Air Mata Surga mendapatkan 425.179 penonton.
Advertisement
Sutradara Hanung Bramantyo mengatakan tema wanita memiliki peluang untuk mendapatkan banyak penonton. "Pemegang keuangan keluarga itu istri, kalau istri sudah mau nonton otomatis suami dan anak-anaknya akan ikut nonton. Karena itulah film yang memikat hati wanita berpeluang untuk mendapat banyak penonton," ujar Hanung saat diskusi tentang film Kartini di Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Advertisement
Film Surga yang Tak Dirindukan
Film Surga yang Tak Dirindukan menyentil perasaaan wanita yang diduakan. Ketika seorang istri tiba-tiba mengetahui suaminya menikah lagi dengan wanita lain, bayangan surga rumah tangga tiba-tiba runtuh. Perasaan marah, sedih, kecewa, dan ingin mengakhiri rumah tangga adalah perasaan wajar yang akan dirasakan oleh setiap wanita.
Film ini bergerak sangat cepat dalam mengumpulkan penonton. Diangkat dari novel laris karya Asma Nadia berjudul sama, pembaca novel ini tentu menjadi potensi besar untuk memikat penonton. Alasan lain adalah waktu yang tepat untuk menayangakan film Surga yang Tak Dirindukan saat libur Lebaran.
Tentu saja pemain yang lihai membawakan peran mereka dalam film ini tidak bisa diacuhkan. Fedi Nuril, Laudya Cynthia Bella, dan Raline Shah memiliki kekuatan untuk membuat penonton larut dalam kisah yang mereka bawakan. Tanpa akting jempolan mereka tidak mungkin penonton film Surga yang Tak Dirindukan ini akan merekomendasikan orang lain untuk menontonnya.
Film 3 Dara
Meskipun dibintangi oleh tiga orang pria, kisah film 3 Dara ini sangat feminim. Adipati Dolken, Tora Sudiro, dan Tanta Ginting dikutuk menjadi wanita dengan tubuh pria mereka. Setiap wanita pasti memiliki perasaan yang sama, pernah berharap lelaki yang dicintainya memahami bagaimana sulitnya menjadi wanita.
Film ini mewakili perasaan wanita dalam hal tersebut. Rianti Cartwright berperan sebagai psikolog yang mendampingi perasaan tiga pemeran tersebut ketika menjadi wanita. Serunya, mereka bertiga galau gara-gara sindrom PMS.
PMS singkatan dari premenstrual syndrome. PMS adalah kumpulan gejala fisik, psikologis, dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi wanita. Gangguan kesehatan ini akan menimbulkan pusing, depresi, perasaan sensitif berlebihan sekitar dua minggu sebelum haid.
Pria yang tak pernah merasakan PMS biasanya tidak bisa memahami perasaan wanita yang sensitif menjelang menstruasi. Apa jadinya jika pria dikutuk menjadi wanita dan memahami gejala PMS? Inilah yang membuat film 3 Dara memikat hati wanita.
Advertisement
Film Air Mata Surga
Dibintangi oleh Dewi Sandra, film ini bercerita tentang perjuangan seorang perempuan dalam mempertahankan cintanya sampai akhir hayat. FIKRI, Dokter Ahli Desain sekaligus lulusan Maha Santri di Jakarta, menikahi FISHA, mahasiswi S-2 dari Yogyakarta yang belum lama dikenalnya. Bagi Fikri, Fisha adalah “ranting terindah” yang pernah dia temui dalam belantara kehidupan ini, sehingga dia tidak perlu menunggu lama-lama. Padahal HAMZAH, teman Fisha sejak kecil, sudah lama menaruh hati pada Fisha. Bahkan BUNDA (ibu Fisha) dan WENI (sahabat Fisha) juga mendukung kedekatan mereka. Tapi Fisha menganggap Hamzah seperti kakaknya sendiri. Mustahil baginya untuk bisa memiliki perasaan lebih dari itu.
Namun hubungan Fisha dengan HALIMAH (ibu Fikri) kurang harmonis. Sudah lama Halimah menjodohkan Fikri dengan anak dari sahabat almarhum suaminya. Takdir berkata lain, malang tak dapat ditolak, Fisha mengalami keguguran sampai dua kali. Fisha sangat sedih dan terpukul. Fikri tidak pernah menyalahkan Fisha sedikit pun atas segala musibah yang terjadi.
Saat Fikri ada bisnis di luar kota, Fisha mengalami kesakitan yang luar biasa di perutnya. Dokter memberikan diagnosa bahwa Fisha terkena kanker rahim stadium akhir. Itulah mengapa dia sangat sulit hamil selama ini. Mengetahui bahwa waktunya tidak banyak lagi dan tidak akan bisa punya anak, Fisha mengambil langkah pengorbanan yang luar biasa sebagai seorang istri. Pengorbanan yang membuktikan bahwa cinta sejati itu hadir dalam hati seorang wanita.
Ada kalanya wanita tak bisa berbuat apa-apa jika tidak bisa memberikan keturunan pada suaminya. Setelah berbagai cara diusahakan, tetap saja wanita di posisi salah. Tapi air mata tak selalu menggambarkan kesedihan. "Air mata itu bisa berarti kekuatan wanita. Ketika semua kata-kata tak mampu lagi mewakili perasaan wanita. Air mata yang bicara," kata Dewi Sandra.
Yang menarik dari film Air Mata Surga adalah cara promosinya. Berbeda dengan film lain yang menggandeng komunitas pecinta film sebagai tujuan promo, Dwi Sandra dan rekan-rekan memilih pengajian ibu-ibu sebagai media promosi.
SITI
Prestasi film SITI membanggakan tak cuma di dalam, tapi juga di luar negeri. Film SITI pun sukses mendapatkan penghargaan Best Performance di Singapore International Film Festival 2014, kemudian Best Scripting di Shanghai International Film Festival ke-18 tahun 2015, film Panjang Terbaik di Apresiasi Film Indonesia AFI 2015. Bahkan film SITI mampu menembus festival bergengsi di luar negeri seperti di Italia, Amerika Utara, Belanda. Terakhir SITi dinobatkan sebagai film terbaik FFI 2015.
SITI merupakan film yang diproduseri Ifa Isfansyah. Mengangkat cerita tentang kehidupan seorang perempuan (Siti) penjual peyek jingking di sekitar pantai Parangtritis, Yogyakarta. Siti, berjuang menghidupi anaknya, sang suami yang lumpuh dengan menjadi wanita pemandu karaoke.
Yang menarik adalah, SITI tidak tayang di bioskop-bioskop tanah air maupun lainnya. Film yang disutradarai Eddy Cahyono ini hanya tampil di festival-festival atau klub film baik di dalam maupun luar negeri. Pun demikian, segudang prestasi pun diraih film SITI di berbagai negara. Tahun depan kemungkinan SITI baru akan diputar di bioskop tanah air.
Kemenangan tak melulu soal jumlah penonton. Penghargaan dari berbagai pihak tentu menjadi nilai lebih bagi film SITI. Tentunya para penggemar film berharap Film Terbaik FFI 2015 bisa disaksikan oleh masyarakat luas. Rupanya kita harus bersabar.