Fimela.com, Jakarta Pembajakan atas sebuah karya memang telah menjadi musuh segala bangsa, tak terkecuali Indonesia. Pembajakan di era modern ini sudah menjalar pada mengunduh lagu ilegal lewat dunia maya. Imbasnya, banyak toko CD yang terpaksa gulung tikar karena sudah tidak adanya respect masyarakat untuk membeli karya asli dari musisi dan band Lyla miris akan hal ini.
"Miris ya. Karena kenyataannya sekarang toko CD banyak yang tutup," ujar Naga Lyla saat ditemui di Jalan Gaharu 2, Cipete, Jakarta Selatan, Selasa (10/11).
Advertisement
Beruntung, dewasa ini banyak pelaku industri yang tertolong dengan adanya sistem penjualan bundling. Mereka banyak menggaet gerai-gerai restoran cepat saji untuk memasarkan karyanya kepada masyarakat.
"Kami sendiri masuk ke gerai ayam, ya sah-sah aja. Orang mau beli CD bisa di mana aja. Kalau di Amerika kan bundling biasanya dengan Starbucks. Albumnya 3 mingguan udah 100 ribu keping CD," tutur Naga.
Menilik perkembangan teknologi saat ini yang mengarah pada ranah digital, Lyla pun siap jika nantinya harus menjual karyanya dalam bentuk digital. Tak hanya digital, membuat karya dalam bentuk piringan hitam juga bakal mereka sasar.
"Itu menarik sih, bakal bikin digital. Suatu saat mungkin kita akan ke sana. Terus bikin piringan hitam juga. Lebih ke kolektor itu ya. Tapi untuk sekarang belum," tukas Naga Lyla.