Fimela.com, Jakarta Bagaikan langit dan bumi ketika membicarakan permasalahan hak cipta di Indonesia dan negeri tetangga, Malaysia. Jika di negeri Jiran tersebut soal royalti terhadap hak cipta diatur dengan sangat serius dan benar, maka sebaliknya di Indonesia.
Para pencipta lagu di Malaysia begitu dihormati dan dihargai. Tak salah ketika para pencipta lagu di Malaysia bisa merasakan hidup mewah. Sedangkan di Indonesia, tak sedikit dari mereka yang harus susah di masa tua karena royalti terhadap karya cipta tak dibayarkan sebagaimana mestinya.
Advertisement
Baca Juga
Ryan Kyoto, salah satu pencipta lagu lawas kenamaan mengamini hal tersebut. Sebagai pencipta lagu Cinta Jangan Kau Pergi yang pernah dipopulerkan oleh Sheila Majid dan Sendiri Lagi yang dinyanyikan oleh Chrisye serta NOAH, ia tak pernah merasakan pembayaran haknya dalam mechanical right alias penggandaan karya.
"Di sini karya kami tidak dihargai, di Kuala Lumpur itu sangat dihargai," kata Ryan Kyoto di Bareskrim Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (3/11).
Sebagai hits maker yang lagunya banyak dipakai seperti di tempat karaoke, televisi, dan lainnya, Ryan sempat disindir oleh temannya di Malaysia. Jika dihitung dari lagu karya Ryan yang berjumlah ratusan, ia seharusnya bisa memiliki 7 kolam renang mewah.
"Orang bilang, kamu 3 lagu minimal terima 1 miliar setahun. Pasti abang sudah punya 7 kolam renang ya. Karena punya 100 lagu lebih," imbuhnya.
Menurut Ryan Kyoto, banyak pihak yang memakai karya-karya seperti pengusaha karaoke hanya mengenal tentang performing right atau hak untuk mengumumkan atau menyiarkan. Padahal ada yang berkaitan langsung dengan pencipta lagunya yaitu mechanical right atau hak untuk menggandakan.
"Dasarnya performing, Inul belum tahu. Ada hak terkait produser, performing ke KCI, dan mechanical untuk kami. Semoga ke depan yang terbaik sesuai hak kami saja," tandas Ryan.