Fimela.com, Jakarta Terus konsisten mengangkat kebudayaan Indonesia, khususnya Betawi lewat sebuah pertunjukan bukan pekerjaan yang mudah. Seperti halnya Teater Abang None di bawah asuhan Maudy Koesnaedi. Mereka berusaha memperkenalkan kembali seni beladiri silat Betawi lewat pertunjukkan Jawara! Langgam Hati dari Marunda.
Apalagi semua pemain tidak memiliki basic beladiri silat sama sekali. Selama 8 bulan lebih mereka harus berlatih intensif dengan 3 perguruan silat besar seperti Sabeni Tenabang, Harimau Belut Putih dan Pusaka Jakarta. Walhasil, cedera selama proses berlatih sudah menjadi hal lumrah demi mensukseskan pagelaran itu.
Advertisement
"Kenapa pilih silat, karena sudah berbagai budaya Betawi kita sudah pentaskan. Silat ini kami berharap bisa kembali dikenal dan ini sebagai wujud pelestarian silat sebagai budaya betawi dan asal Indonesia," jelas Maudy di Gedung Kesenian Jakarta, Jakarta Pusat, Jumat (23/10/2015). Maudy melanjutkan, dengan mementaskan kebudayaan pencak silat, ia berharap ini menjadi bagian dari cara melestarikan budaya Betawi juga kepada publik.
Baca Juga: Di Teater Abang None, Maudy Koesnaedi Lestarikan Budaya Betawi
"Kami banyak berharap tidak sampai di sini saja usaha kami melestarikan budaya Betawi. Kami juga mendapat dukungan dari Pemprov DKI Jakarta, Gubernur Ahok juga sangat mengapresiasi pementasan ini," terang Maudy.
Tentunya tidak mudah menggelar sebuah pertunjukan dengan kelas penonton yang terbilang segmented. "Ini kali pertama Teater Abnon pentas punya lagu sendiri. Membuat seni pertunjukkan bukahlah mudah. Tapi ini usaha kami untuk belajar silat ini sebagai usaha melestarikan budaya," tandas Maudy Koesnaedi.
'Jawara' merupakan kisah yang diangkat dari seorang gadis bernama Mirah yang mahir menggunakan beladiri pencak silat. Ia (Mirah) dikenal sebagai jawara silat di kampungnya, Marunda, Jakarta. 'Jawara: Langgam Hati dari Marunda digelar pada 24 dan 25 Oktober kemarin di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), Jakarta Pusat. Pentas ini dilaksanakan oleh Teater Abang None yang dibina oleh Maudy Koesnaedi.