Sukses

Entertainment

Eksklusif Dea Ananda dan Nostalgia Masa Silam

Fimela.com, Jakarta Boleh saja ada orang yang berpendapat “masa lalu biarlah berlalu.” Namun Dea Ananda justru menginginkan masa lalu. Di masa ketika ia menjadi penyanyi cilik bisa terulang kembali. Asal tahu saja, saat itu, ia memang laris manis sebagai penyanyi cilik. Kini selain menjadi penyanyi ia juga merambah dunia akting.

***

Perempuan bernama lengkap Nadia Budi Ananda amat bersyukur karena di ujung tahun 2014 silam ia memasang target untuk bisa main film layar lebar. Soalnya hanya berakting di depan kamera untuk sebuah sinetron atau FTV semata ternyata belum memuaskan dirinya. Karena itulah ia ingin pula main dalam film layar lebar.

Dea –begitu ia biasa disapa— kemudian mengungkapkan keinginannya untuk main film itu kepada manajemen artis yang menaunginya. Tak berapa lama menunggu ternyata tawaran untuk creen test datang. Ternyata jodoh memang enggak ke mana-mana, ia kemudian berjodoh main dalam film bergenre horror yang bertajuk Halu-sinasi. “Syuting film ini memang capek namun aku puas dengan hasilnya. Soalnya ini adalah proyek pertama aku kebagian peran utama main di film layar lebar,” ujar istri dari Ariel personil group band Nidji ini.

Baca juga: Usia Hampir Kepala Tiga, Dea Ananda Tak Takut Persaingan

Dea Ananda.  (Lokasi dan wardrobe: Indian Motorcyle Indonesia, Jln. RS. Fatmawati, Jakarta Selatan. Galih W.Satria/Bintang.com)

Selain itu perempuan kelahiran Jakarta, 26 Mei 1986 ini juga kebagian peran pembantu dalam dua film yang lain; Pizza Man dan Comic 8: Casino Kings Part 1. “Meski bukan peran utama aku juga enjoy main di Pizza Man, begitu juga di film Comic 8: Casino Kings Part 1. Di kedua film ini aku melakini karakter yang amat berbeda dengan keseharianku,” paparnya.

Di luar aktifitas akting putra dari Bambang Budi dan Novida ini masih menekuni aktifitasnya sebagai penyanyi. Namun kini, keluh Dea, tak seperti dulu saat ia masih menjadi penyanyi cilik. “Dulu enak banget, saat album keluar, laris manis seperti kacang goreng deh. Penjualan satu juta copy atau dua sampai tiga juga itu gampang banget. Saat itu masih zaman kaset, orang masih menghargai kaset original. Kalau sekarang pembajakan merajalela. Jualan album CD atau VCD susahnya minta ampun,” katanya.

Dea Ananda.  (Lokasi dan wardrobe: Indian Motorcyle Indonesia, Jln. RS. Fatmawati, Jakarta Selatan. Galih W.Satria/Bintang.com)

Ia berharap semua pihak mulai dari pemerintah, perusahaan rekaman, dan masyarakat bisa membantu memerangi pembajakan. Ia menyampaikan keluhan ini kepada Edy Suherli, Ruben Silitonga, Fathan Rangkuti, Galih W. Satria dan Basyir Latifan dari Bintang.com yang menemuinya dalam sebuah wawancara dan pemotretan khusus di ruang pamer moge Indian Motorcycle Indonesia di bilangan jalan RS. Fatmawati, Jakarta Selatan, pada Selasa (14/7/2015). Inilah petikan selengkapnya.

Mimpi yang Terwujud

Di akhir tahun 2014 Dea Ananda pasang target untuk main film layar lebar. Soalnya saat itu ia hanya dapat kesempatan main sinetron dan FTV. Ternnyata mimpi itu terwujud. Di tahun 2015 ia berkesempatan main di tiga film sekaligus.

Merambah dunia film?

Terakhir terlibat dalam tiga film layar lebar sekali gus. Pertama di film Halusinasi, lalu film Fizza Man dan terakhir main di Comic 8: Casino Kings Part 1. Yang membuat Dea terkejut film ini keluar dalam waktu yang bersamaan, pada bulan Juli 2015 ini. Padahal syutingnya enggak bersamaan. Di film pertama aku kebagian peran utama. Kalau film kedua dan ketiga aku cuma pendukung saja.

Jadi Anda disibukkan dengan ikut mempromosikan film dong?

Ya begitu deh, namun aku enggak bisa ikut semua karena di awal Ramadan kemarin sempat terserang penyakit DBD (Demam Berdara Dengue). Mau tidak mau aku bedress beberapa hari. Setelah itu baru lanjut lagi ikutan promo film.

Lihat juga: Dea Ananda Sebel Syuting Bareng Komika

Dea Ananda.  (Lokasi dan wardrobe: Indian Motorcyle Indonesia, Jln. RS. Fatmawati, Jakarta Selatan. Galih W.Satria/Bintang.com)

Boleh diceritakan peran Anda di ketiga film itu?

Untuk film pertama adalah film yang bergenre horror, tentunya menyeramkan dan menegangkan. Di film ini berperan sebagai Lisna, seorang yatim piatu yang mengadu nasib di Jakarta. Keseruan sudah terjadi saat ia dalam perjalanan dengan bis menuju ibukota. Saat sudah di Jakarta keseruan kian menjadi, ia memakan jamur yang memabukkan. Ia mengalami kejadian aneh dan menakutkan. Pertanyaannya apakah itu sebuah halusinasi atau kenyataan? Seru kan. Tapi kalau menonton akan lebih seru lagi kok, hehehe.

Untuk di film kedua dan ketiga?

Untuk film Pizza Man, aku berperan sebagai ibu hamil sedangkan di film Comic 8; Casino Kings Part 1 aku menjadi seorang polisi wanita. Kedua-duanya menantang karena jauh banget dari kehidupan nyata. Jadi pengalaman baru banget main di film-film itu.

Dea Ananda.  (Lokasi dan wardrobe: Indian Motorcyle Indonesia, Jln. RS. Fatmawati, Jakarta Selatan. Galih W.Satria/Bintang.com)

Secara keseluruhan dunia akting menurut Anda seperti apa?

Seru dan mengasyikkan. Soalnya kita kan menjadi orang lain saat memerankan sebuah karakter di dalam film. Sebelum main film aku sudah sering main FTV. Tapi untuk film memang prosesnya lebih panjang. Mulai dari reading, sampai syuting. Aku senang bisa terlibat dalam beberapa film layar lebar sekali gus. Soalnya itu memang obsesi aku di akhir taun 2014 kemarin. Bisa dibilang ini adalah sebuah mimpi yang terwujud.

Respons suami seperti apa dengan akting Anda?

Kalau dia sih enggak jujur menilai akting aku. Bilangnya sih akting aku natural, tapi enggak tahu apakah itu penilaian obyektif atau cuma untuk menyenangkan aku saja.

Rindu Masa Lalu

Saat masih menjadi penyanyi cilik, Dea Ananda adalah penyanyi cilik yang sukses. Ia bisa bernyanyi sendiri mau pun berkelompok Trio Kwek-Kwek bersama Leony Fitria Hartanti dan Alfandi. Tembang seperti Rame-rame, Jangan Marah, Tanteku, Katanya dan Bis Sekolah menjadi hits di zamannya.

Dalam bilang musik apa yang terbaru dari Anda?

Aku baru bikin video klip untuk tembang Halu (sinasi) yang menjadi soundtrack film berjudul Halusinasi.

Konsepnya seperti apa?

Video klipnya dibikin berbeda dengan film. Video klipnya menggunakan kamera ronin. Kamera mengikuti aku dari bangun tidur, berkaktifitas sampai tidur kembali. Yang jelas konsepnya sederhana dan beda dengan yang sudah ada selama ini. Video klipnya dibuat pada bulan Ramadan yang lalu. Alhamdulillah selesai dan sudah siap ditayangkan.

Berat dong?

Ya berat banget. Karena syutingnya seantero sebuah rumah yang gede dan harus turun naik tangga pula. Trus itu engga bisa selesai sekali take. Kadang-kadang aku yang salah adegan, atau kameramen yang yang kurang oke ambil gambar. Atau pernah juga sutradaranya yang lupa. Akhirnya diulang dan diulang lagi sampai 10 kali. Itu yang bikin capek.

Baca juga: Gara-gara Banyak Kerja, Dea Ananda Dimarahi Ariel Nidji

Dea Ananda.  (Lokasi dan wardrobe: Indian Motorcyle Indonesia, Jln. RS. Fatmawati, Jakarta Selatan. Galih W.Satria/Bintang.com)
 

Jadi Anda fokus di single dulu, kapan bikin album?

Aku fokus di single dulu. Nanti kalau respon publik bagus akan berpikir untuk membuat album.

Anda sepertinya ragu untuk membuat album, enggak seperti dulu saat masih penyanyi cilik?

Kalau ingat zaman masih kecil, zaman sekarang ini susah banget yak. Saat itu sebuah album bisa terjual satu sampai dua juga copi kaset bukan hal yang susah. Orang masih mudah banget mengeluarkan duit untuk beli album kaset. Orang membeli kaset seperti membeli kacang goreng, hehehe. Dulu apresiasi publik untuk membeli kaset yang asli masih bagus. Mungkin karena harganya terjangkau. Sekarang orang susah untuk beli album CD. Sebaliknya bajakannya yang menjamur. Makanya kalau mengeluarkan album harus dipikirkan matang-matang. Kalau enggak begitu, modalnya habis.

Anda optmis masyarakat akan kembali mengapresiasi karya asli musisi kita?

Ini tugas berat yang harus dilakukan semua orang. Mulai dari pemerintah, penegak hukum dan masyarakat. Semua pihak pelan-pelan harus menghargai karya asli dari musisi dan juga sineas. Penegak hukum juga sudah mulai menindak para pembajak. Mereka melakukan razia dan memusnahkan CD dan VCD bajakan. Tapi kalau bisa aksi seperti ini tidak hanya sporadis. Harus terus menerus dan konsisten. Publik juga harus bangga dengan CD dann VCD yang asli, jangan beli yang bajakan dong. Kalau hal itu berjalan aku optimis, namun kalau hanya satu pihak saja yang bergerak akan timpang. Hasilnya pembajakan tetap akan merajalela.

Dea Ananda.  (Lokasi dan wardrobe: Indian Motorcyle Indonesia, Jln. RS. Fatmawati, Jakarta Selatan. Galih W.Satria/Bintang.com)

Kalau kondisinya belum berubah, Anda bisa melakukan apa sebagai seorang penyanyi?

Kita-kita yang penyanyi ini amat terbantu dengan job off air yang datang. Itu yang bisa menyambung hidup kita sebagai penyanyi. Namun kondisi seperti ini amat tergantung dengan kondisi keamanan. Kalau keamanan mendukung dan ekonomi stabil, akan selalu ada yang membikin acara off air.

Semoga saja situasi seperti di jaman anda menjadi penyanyi cilik bisa kembali lagi!

Wow, kalau situasi seperti itu bisa terjadi kembali, aku senang banget. Doain aja semoga era itu bisa kembali lagi. Aku pikir semua penyanyi yang pernah merasakan masa-masa itu pasti ingin merasakan kembali.

 

Untuk melakoni wawancara dan pemotretan khusus dengan Bintang.com kali ini, Dea di temani suami tercinta; Ariel personel group band Nidji. Kebetulan ssang suami sedang tak ada job manggung bersama groupnya. Ia begitu enjoy melakoni proses pemotretan yang berlangsung di showroom moge Indian Motorcycle yang berlokasi di bilangan jalan RS. Fatmawati, Jakarta Selatan.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading