Fimela.com, Jakarta Dari sekian banyak kasus kekerasan dan pelecehan seksual yang dialami anak-anak, sebagian besar pelaku justru merupakan orang-orang dekat. Kondisi inilah yang membuat para orang tua begitu miris, seperti juga Shanty. Ia pun menerapkan kewaspadaan yang tinggi untuk anak-anaknya.
"Saya ibu dari dua anak. Saya merasa tertampar ya, saya kira sudah waspada, karena tingkat kriminal anak itu, sexual child abuse dan kidnapping," kata Shanty di Komnas Anak, Jalan TB Simatupang No.33, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Kamis (2/7).
Advertisement
Sebuah proteksi dini akhirnya dilakukan oleh Shanty untuk menghindari kasus pelecehan kepada anak. Kepada anak-anaknya, Shanty selalu memberikan pengertian akan beberapa bagian tubuh yang tak boleh disentuh oleh orang lain.
"Untuk sexual abuse yang 4 tahun, dan kalau menyentuh personal part of bodynya, dia akan menepis, dan bilang don't touch and I will tell my mommy," ujarnya.
Shanty benar-benar takut dan khawatir akan maraknya kasus-kasus yang menimpa anak-anak. Apalagi bicara tentang penculikan maupun trafficking di mana anak-anak yang diculik bisa dijadikan pengemis maupun dijual organ vitalnya.
Baca Juga: Shanty Jadi Relawan Kasus Angeline dan Kekerasan Anak
"Jangan sampai terjadi sama anak-anak kita dan anak-anak lain. Ngomongin saja saya mual, bisa dijual organ tubuhnya dan dijadikan pengemis. Takut setengah mati. Yang pertama saya takut penculikan, child abuse, dan child trafficking," tutur Shanty.
Bagaimanapun orang tua harus bisa peka dan selalu waspada jika ada sesuatu yang ganjil pada anak. Bukan karena banyak kasus dilakukan oleh orang dekat, orang tua menjadi tidak percaya kepada siapapun. "Bukan enggak percaya, tapi waspada harus ditingkatkan. Nggak percaya seratus persen. Harus aware. Saya bukan superwoman, tapi kontrol pasti ada kalau anak berubah sendiri pasti saya tahu," ujar Shanty.