Fimela.com, Jakarta Ray Sahetapy menjadi bahan pemberitaan dan pembicaraan setelah dipastikan ikut bermain di film Captain America: Civil War. Film produksi Marvel Studios tersebut merupakan film ketiga dari Captain America dan dua film sebelumnya selalu menjadi box office.
Ray memang bukan yang pertama, karena sebelumnya sudah ada beberapa aktor Indonesia yang bermain di Hollywood. Tapi setidaknya Ray mampu membuktikan kalau di usia yang sudah tidak muda lagi ternyata masih bisa dilirik oleh Hollywood. Apalagi pemain sitkom Saya Terima Nikahnya (STN) ini berhasil mendapatkan peran tanpa proses kasting.
Meski hanya sebagai pemeran pendukung, apa yang dicapai Ray Sahetapy patut membuat kita bangga. Berkat Ray, nama Indonesia akan semakin dikenal di perfilman dunia. Tentu bukan hanya kebanggaan yang bisa kita dapatkan. Ada pelajaran dan pengalaman yang bisa kita ambil dari seorang Ray Sahetapy. Salah satunya adalah kiat untuk bisa menembus Hollywood. Simak petikan wawancaranya saat ditemui di lokasi syuting STN di kawasan Sentul, Bogor, Jawa Barat, beberapa hari lalu.
Advertisement
Setelah Iko Uwais, Yayan Ruhian dan Joe Taslim, kini Anda menjadi aktor Indonesia yang berhasil menembus Hollywood, bagaimana komentar Anda?
Tentunya senang dan bangga. Seperti saya pernah katakan, awalnya saya nggak menyadari kalau ini adalah proyek besar, film yang besar. Saya ikut merasakan apa yang sudah dialami Iko, Yayan dan Joe. Kebetulan kita semua sama-sama bermain di The Raid. Ini semua juga berkat jasa Gareth Evans, sutradara The Raid pertama dan kedua, orang yang luar biasa.
Benarkah karena Gareth Evans Anda ditawari peran di Captain America: Civil War?
Memang benar. Mereka yang menghubungi saya mengatakan mendapat rekomendasi dari Gareth. Mereka melihat akting saya di The Raid dan kemudian mendapatkan peran yang dianggap cocok buat saya.
Tentunya Anda sangat berterima kasih pada Gareth Evans
Iya tentu. Sayangnya saya belum bisa menghubungi. Terakhir saya dapat kabar dia lagi berada di Inggris, jadi belum bisa dihubungi.
Baca Juga: Cerita Ray Sahetapy Usai Syuting Film Captain America
Kira-kira apa yang membuat Anda dan rekan-rekan di The Raid bisa menembus Hollywood?
Saya rasa karena punya kemampuan yang luar biasa dan bekerjasama denga orang-orang yang juga luar biasa. Iko, Yayan dan Joe itu kan kemampuan beladirinya bagus sekali. Bahkan menurut saya lebih hebat dari aktor-aktor Hollywood, jadi karena itu mereka bisa seperti sekarang ini (go international). Mereka tinggal mengasah kemampuan akting mereka untuk lebih baik lagi, mereka bisa jadi aktor yang lebih hebat lagi. Kalau saya kan tidak punya kemampuan beladiri seperti mereka, tapi saya punya pengalaman akting yang cukup banyak. Saya terus berusaha meningkatkan kemampuan dan ternyata bertemu dengan orang-orang yang luar biasa sehingga bisa bermain di Hollywood.
Ada kiat lain untuk bisa dikenal secara internasional?
Harus punya mental yang kuat. Saya yakin Iko, Yayan dan Joe punya mental yang kuat sehingga mereka bisa menembus dunia internasional. Kalau nggak punya mental kuat, nggak mungkin bisa sukses seperti mereka ini. Seorang aktor itu harus bisa melebihi tentara. Punya mental kuat dan mematuhi setiap perintah dengan sebaik-baiknya.
Pengalaman apa yang bisa dibagikan selama Anda syuting di Amerika?
Mereka sangat profesional dan menghargai orang dengan baik. Saya di Atlanta selama empat hari dan semua kebutuhan sudah disiapkan dengan lengkap. Apa yang saya perlukan pasti disiapkan. Saya cuma bawa diri saja, hahaha. Mereka punya teknologi yang rasanya sulit kita tandingi, mereka punya lampu yang dibawa-bawa dengan mobil. Lalu berencana membuat 60 studio. Industri mereka memang luar biasa. Tapi bukan itu saja, mereka punya menghargai orang lain sehingga membuat kita merasa senang dan terkesan. Kita jadi bisa bekerja dengan maksimal karena merasa sangat dihargai.
Menurut Ray Sahetapy, apa yang bisa kita terapkan di Indonesia?
Mestinya kita bisa lebih menghargai orang lain. Kalau soal teknologi dan biaya rasanya sulit tapi seharusnya kita lebih punya rasa kebersamaan dan saling menghargai. Sayangnya justru rasa kebersamaan itu yang sedang kurang terasa di Nusantara ini. Saat saya syuting di sana, pas scene terakhir saya ada banyak figuran dan kru lebih dari 100 orang. Setelah saya selesai, mereka bilang ‘Ray’s finish’ dan lalu semuanya tepuk tangan. Ini luar biasa, ini berarti mereka menghargai orang yang datang dari jauh dan melakukan tugasnya dengan baik. Selama syuting saya tidak pernah mengeluh dan mengikuti semuanya dengan baik, dan mereka hargai itu.