Fimela.com, Jakarta
Tawuran menjadi bagian kenangan Ramon Y Tungka semasa duduk di bangku sekolah. Kegiatan yang kini disadarinya sangat tidak baik dilakukan oleh seorang pelajar. Namun tidak dipungkirinya, kala itu jiwanya begitu bersemangat. Dia tidak rela melihat temannya diperlakukan tidak menyenangkan oleh pelajar sekolah lain.
"Paling berantem, tawuran, standarlah. Namanya masih muda lihat teman dipukul enggak terima. Tapi sekarang pas sudah dewasa sudah tahu itu salah, sekarang gue sadar tawuran itu enggak benar. Kita menampar orang saja bisa kena sanksi," kata Ramon Y Tungka saat dijumpai di kawasan Sarinah Tamrin, Jakarta Pusat, Kamis (30/40/2015) malam.
Baca juga: May Day 2015 Tiba, Ramon Y Tungka Mengaku Miris
Advertisement
Ramon menganut faham tangan kosong jika sedang terlibat tawuran. Namun jika sudah tersudut, ia mengaku punya senjata rahasia yang disimpan di celana sekolahnya. Bersyukur selama ikut tawuran Ramon tidak sampai berurusan dengan polisi. "Dulu waktu SMA celana ditambah jahitannya buat taruh jangka. Dengkul kebaret dua kena golok. Gue tipe pakai tangan kosong, tapi kalau sudah kalah gue bakal keluarkan jangka," tuturnya.
Kendati pada saat itu suka berkelahi, Ramon tidak pernah ikut beladiri. Asal usul daerah membuat dirinya nekad dan pemberani. Apalagi saat masih kecil sang ayah selalu mengajarkannya menjadi pria tangguh. Diakui Ramon, jika kalah berkelahi, sang ayah tidak akan memberikan pintu kepadanya. Ia mengaku akan mengajarkan sikap pemberani kepada anaknya.
"Gue kan besar di Surabaya, bonek. Biasa ribut. Gue waktu kecil kalau berantem kalah enggak boleh pulang sama bokap. Itu waktu SD kelas satu. Ya itu ada benar dan salahnya. Benarnya, anak laki itu harus tangguh, cuma salahnya jangan diajarkan berantem," pungkas Ramon Y Tungka.