Fimela.com, Jakarta Minggu ini Disney dikejutkan oleh kabar pemboikotan yang dilakukan Jerman. Jerman melakukan boikot pada film 'Avengers: Age of Ultron'. Alasan utama pemboikotan adalah karena peningkatan harga sewa film yang mendadak dari pihak distributor, Disney.
Sebanyak 193 kota di Jerman bersekutu untuk tidak menayangkan film Robert Downey cs tersebut. Bahkan berhembus kabar jika Disney tidak memenuhi keinginan pihak bioskop, maka film 'Tinkerbell: Legend of the Neverbeast' juga akan bernasib sama.
Advertisement
Sebetulnya, angka kota yang memboikot film diluar perkiraan Disney. Pada awalnya, Disney hanya memperkirakan 200 layar, tapi angka tersebut justru meningkat menjadi 686 layar. Secara keseluruhan, 'Avengers: Age of Ultron' hanya ditayangkan di 840 layar bioskop di Jerman dan berhasil meraup pendapatan 9,35 juta USD.
Baca Juga: Konflik Para Superhero di Trailer Klip 'Avengers: Age of Ultron'
Pemilik bioskop sebenarnya sudah geram dengan penaikan biaya sewa film dari 47,7 ke 53%. Kenaikan biaya tersebut tentu akan berdampak pada bioskop-bioskop kecil. Pasalnya, mereka juga harus membayar biaya oprasional yang tak murah. Mungkin bioskop di kota basar akan tetap mendapatkan keuntungan. Tapi bagaimana dengan bioskop kecil? Seharusnya ada proporsional biaya sewa untuk tiap kelas bioskopnya.
"Kita telah membicarakannya kepada Disney, sebetulnya kami telah mempersiapkan kenaikan harga hingga 50% dan itu batas tertingginya," ucap Karl-Heinz Meier, juru bicara IG Nord.
Meier mengungkapkan Disney baru mengumumkan kenaikan harga 12 hari sebelum 'Avengers: Age of Ultron' rilis di Jerman. Ia juga telah mengultimatum pihak Disney agar menyelesaikan masalah ini segera. Meiler telah mengirimkan surat kepada Disney. Akan tetapi perusahaan raksasa film dunia itu tak bergeming. Disney tetap tidak menurunkankan harga dan tetap di angka 53%.
Hingga berita ini diturunkan, baik pihak bioskop maupun Disney belum mencapai titik kesepakatan. Bahkan, pihak bioskop di Jerman ingin mengajukan standar harga sewa terbaru menjadi 39% dari total penjualan tiket. "Kita ada pembisnis, kita semua ingin memajukan bisnis kita masing-masing. Tapi situasi seperti ini justru membuatnya tidak mungkin," tutup Karl-Heinz Meier.