Fimela.com, Jakarta Tidak sedikit musisi yang mengaggap pengamat musik sebagai 'musuh' karena analisanya. Tapi tak sedikit pula musisi yang beranggapan kehadirian kritikus musik memberi pencerahan terhadap hasil ciptaannya. Semisal komposer ternama Indonesia, Addie MS yang menilai almarhum Denny Sakrie sebagai pencerahan. Hal itu dialami sendiri oleh Addie saat masih tergabung dengan Staff Band.
Era 80-an, industri musik tengah digempur dengan trend chord simpel seperti yang tergambar dalam lagu-lagu milik Panche Pondakh, Rinto Harahap, ataupun Obie Mesakh. Pada saat itu Addie tampil dengan musik orkestra bergaya suka-suka. Diakui suami Memes ini, dirinya dan rekan-rekan satu band memang tidak menargetkan albumnya laris di pasaran.
Advertisement
"Tiba-tiba kita bikin pakai orkestra dengan brass section dan string. Kita bikin sesuka kita saja bukan untuk laku. Nah, Denny Sakrie bisa tahu, dia bilang stylenya ala Helen Fire, organ ala David Foster, dia menganalisisa. Ternyata ada juga yang menangkap musik kita. Dia (Denny) mengapresiasi dengan analisa yang aku nggak kepikiran. Dia memberikan banyak informasi, bermanfaat banget. Tekadang aku jadi yang oh gitu," kenang Addie MS di Pisa Cafe, Kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (10/4/2015).
Sebagai insan musik, keberadaan pengamat musik dinilai penting oleh Addie MS. Selain memberikan pencerahan seperti yang dilakukan Denny Sakrie, juga menjadi kontrol sosial terhadap musisi-musisi nakal. Bahkan tak sedikit hasil karya musik yang mendapatkan 'suplemen' setelah dianalis oleh pengamat musik.
"Bisa saja ada karya yang secara moral enggak baik. Misalnya mengambil untung yang banyak dari hasil lagu plagiat. Nah, pengamat musik fungsinya sebagai kontrol dan Denny Sakrie itu mampu untuk itu. Seringkali suatu karya disukai karena tulisan dari pengamat musik. Kalau kenal lagu Ludwig van Beethoven, Moonlight Sonata, itu berawal dari pengamat musik yang membayangkan sinar bulan memantul di air sungai saat mendengarkan lagu itu. Sejak itu master piece Beethoven jadi Moonlight sonata," paparnya.
Addie tak memungkiri, ada juga musisi yang kesal dengan gaya kritisi ceplas ceplos ala Denny Sakrie. Namun sepengetahuannya, almarhum hanya mengkritik sesuatu yang perlu dikritik. "Dia kalau enggak suka terkadang sarkastik. Dia saklek, kalau enggak suka ya enggak suka. Tp terlepas dari itu, kalau mau maju kita butuh pengamat yang jujur seperti dia," ucap Addie.
Nama Denny Sakrie tentunya memang tidak asing lagi bagi industri musik. Ia mendedikasikan hidup untuk perkembangan musik Indonesia. Semua itu tergambar secara lugas di bukunya berjudul 100 Tahun Musik Indonesia. Setidaknya hal itu yang diyakini Addie MS. "Itu Denny Sakrie yang saya kagumi," katanya.