Fimela.com, Jakarta Alex Komang termasuk salah satu aktor terbaik Indonesia. Karena itu, kepergiannya ke hadapan Sang Pencipta pada 6 Februari lalu termasuk mengejutkan. Pria bernama asli Saifin Nuha itu meninggal dunia akibat menderita penyakit kanker hati. Alex Komang wafat di usia 53 tahun, meninggalkan seorang istri dan seorang anak. Dunia perfilman Indonesia kembali kehilangan salah satu aktor terbaiknya.
Alex Komang memang tidak membintangi banyak film, hanya sekitar 20-an, itu karena ia sangat selektif menerima tawaran dan selalu bermain total dalam tiap peran yang dibawakannya. Ia mulai berkiprah di dunia perfilman di tahun 1980-an setelah ditemukan oleh mendiang Teguh Karya, salah satu sutradara terbaik negeri ini lewat Teater Populer binaannya.
Pertama kali bermain film, Alex Komang langsung didapuk sebagai pemeran utama di film Secangkir Kopi Pahit(1984) dan lalu Doea Tanda Mata di tahun yang sama. Alex Komang meraih Piala Citra sebagai Aktor Terbaik FFI 1985 lewat film Doea Tanda Mata. Ia sempat lama vakum bermain film menyusul mati surinya perfilman Indonesia di tahun 1990-an dan kembali aktif di tahun 2000-an.
Advertisement
Untuk mengenang kepergian Alex Komang yang baru seminggu meninggalkan kita semua, kami memilih lima film terbaik yang pernah dibintanginya. Apa saja?
Advertisement
9 Summers 10 Autumns
1. 9 Summers 10 Autumns
Film ini berkisah tentang perjuangan seorang anak supir angkot yang sukses menjadi direktur di negeri adidaya Amerika Serikat. Film ini sangat unik karena memiliki rentang waktu yang sangat panjang dalam ceritanya, yaitu dari tahun 1974 sejak sang tokoh utama lahir, hingga tahun 2010. Hal itu menurut sang sutradara Ifa Isfansyah, memberikan tantangan tersendiri untuk menghadirkan suasa tempo dulu dengan detail.
Pengambilan gambar untuk film ini dilakukan di empat kota, mulai dari Malang, Bogor, Jakarta, hingga ke New York, Amerika Serikat. Diceritakan bahwa Iwan (diperankan Ihsan Tarore) adalah seorang pemuda penyendiri yang hidup seorang diri di New York. Setelah mengalami peristiwa perampokan di sebuah terowongan kereta bawah tanah, Iwan termangu dan mulai menghadirkan kembali kenangan tentang seseorang yang membawanya menengok kembali ke masa lalu, tentang cinta keluarga yang menyelamatkan semuanya. Ia mengingat ayahnya (Alex Komang), seorang sopir angkot yang sangat mengharapkan agar Iwan tumbuh menjadi lelaki tangguh yang membantu mencari penghidupan untuk keluarganya.
Walaupun porsi kemunculannya tidak sebanyak Ihsan Tarore, Alex Komang tampil bagus di film ini. Aktingnya kuat dan berkesan, seakan mengingatkan kembali para penonton film Indonesia kalau mereka punya seorang aktor hebat bernama Alex Komang. Berkat perannya di 9 Summers 10 Autumns, Alex Komang terpilih sebagai Pemeran Pendukung Pria Terbaik di ajang Festival Film Bandung 2013.
Surat Kecil Untuk Tuhan
2. Surat Kecil Untuk Tuhan
Surat Kecil Untuk Tuhan adalah film drama yang disutradarai oleh Harris Nizam dan dibintangi oleh Alex Komang dan Dinda Hauw. Surat Kecil Untuk Tuhan merupakan film terlaris 2011 dengan jumlah penonton lebih dari 700 ribu. Film ini sukses mengharu biru penontonnya karena ceritanya yang memang sedih dan mengharukan.
Film ini diangkat dari kisah nyata dari novel best-seller yang berjudul sama. Film ini, seperti novelnya, bercerita tentang Gita Sesa Wanda Cantika atau Keke, penderita kanker Rhabdomyosarcoma pertama di Indonesia. Alex Komang dan Dinda Hauw tampil gemilang di film ini. Dinda bahkan rela membotaki kepalanya untuk lebih menghayati perannya. Berperan sebagai ayah dan anak, Alex Komang dan Dinda Hauw mendapatkan nominasi sebagai Aktor Terbaik dan Aktris Terbaik di ajang FFI 2011.
Advertisement
Ibunda
3. Ibunda
Alex Komang kembali bermain di bawah arahan Teguh Karya. Ini salah satu film terbaik sekaligus karya terbaik Teguh Karya. Ibunda berhasil memborong 9 Piala Citra di ajang FFI 1986. Dengan deretan pemain top dan cerita yang membumi, film dengan tema berat ini berhasil mengalir dengan lancar, tidak bertele-tele dan sangat menghibur. Akting para pemainnya seperti Tuti Indra Malaon, Niniek L Karim, Ria Irawan, Ayu Azhari dan tentunya Alex Komang.
Film ini berfokus pada Ibu Rakhim, seorang janda priyayi yang menghadapi dua masalah terpisah dalam keluarganya. Anak perempuan bungsunya, Fitri, berpacaran dengan Luke yang berasal dari Papua. Hubungan itu ditentang kakak Fitri, Farida, yang mempunyai suami dari kalangan bangsawan Jawa. Sementara anak laki-laki Ibu Rakhim, Fikri, meninggalkan istri dan anak-anaknya untuk tinggal dengan seorang artis.
Film ini berusaha menunjukkan sisi psikologi dari seorang ibu dan hubungan moral diantaranya dalam menyelesaikan masalah keluarganya. Dukungan seorang Ibu terhadap anak-anaknya maupun pasangannya, dari status sosial hingga warna kulit, dikupas di film ini. Alex Komang berhasil membawakan peran Fikri dengan sangat pas, tenang tapi berkarakter kuat.
Secangkir Kopi Pahit
4. Secangkir Kopi Pahit
Inilah film pertama Alex Komang, aktor teater yang mulai hijrah ke dunia film. Pria kelahiran Jepara, Jawa Tengah, ini berhasil membawakan peran pria Batak bernama Togar. Film ini berfokus pada jatuh bangun perjalanan hidup Togar, mulai dari mahasiswa yang diharapkan punya masa depan cerah oleh keluarganya, tapi lalu terdampar jadi buruh pabrik semen, meniduri seorang janda hingga hamil, jadi wartawan, lalu pulang kampung.
Di kampung pun nasib malang masih menghampirinya. Semua itu dimainkan dengan sangat baik oleh Alex Komang. Kejelian dan intuisi tajam dari Teguh Karya kembali terbukti. Meskipun baru pertama kali bermain film, Alex Komang tampil bagus dan masuk nominasi Aktor Terbaik di ajang Festival Film Indonesia (FFI) 1985. Lewat film ini, seorang calon aktor besar Indonesia telah lahir.
Advertisement
Doea Tanda Mata
5. Doea Tanda Mata
Film yang juga disutradarai Teguh Karya ini menampilkan akting ciamik seorang Alex Komang. Filmnya sendiri termasuk klasik dan salah satu masterpiece Teguh Karya. Kisahnya tentang Gunadi (diperankan Alex Komang), pemuda Klaten yang baru setahun menikah terbius oleh gerakan perlawanan terhadap pemerintah Hindia Belanda di tahun 1930-an. Ia tinggalkan istrinya yang menjadi guru, dan bergabung dengan kelompok pergerakan bawah tanah dengan mencetak selebaran-selebaran gelap.
Gunadi kemudian pembunuhan politik terhadap seorang Komisioner Belanda. Tetapi ketika dia jatuh cinta terhadap artis Ining (Jenny Rachman), saudara perempuan dari temannya yang terbunuh, Gunadi menjadikan tujuannya sebagai balas dendam. Ia pun bimbang dalam menentukan pilihan, apakah akan kembali pada istrinya atau lebih memilih Ining. Lewat film Doea Tanda Mata, Alex Komang meraih Piala Citra sebagai Aktor Terbaik. Hebatnya lagi, Alex Komang juga merangkap sebagai penulis skenario bersama Teguh Karya di film ini.