Fimela.com, Jakarta Hampir semua sektor bisnis mengalami kemerosotan di masa pandemi. Tidak terkecuali dunia kecantikan yang menghadirkan produk skincare dan makeup favorit. Hal serupa juga terjadi pada Mitufaya, UMKM skincare asal Malang, Jawa Timur milik Mila.
Mitufaya merupakan satu dari jutaan UMKM lokal yang terpukul oleh pandemi. Namun, Mila bersama suaminya, Taufiq, enggan berputus asa. Keduanya memutar otak, menyesuaikan strategi dengan perubahan tren pasar, dan bahkan mampu memperluas skala bisnisnya dari hanya berbasis online hingga membuka toko offline di tengah pandemi. Berkat kegigihannya, kini Mitufaya bisa mencatat 5.000 sampai 10.000transaksi setiap bulan.
Advertisement
BACA JUGA
Berawal dari 2018 ketika Mitufaya memulai perjalanan bisnisnya karena kesulitan ekonomi yang mendesak. Kala itu, ayah Taufiq tengah menderita sakit sehingga keuangan keluarga pun menjadi sulit. Berbekal pengalaman dan kegemarannya berjualan sejak SMA, Mila dan Taufiq yang waktu itu masih duduk di bangku kuliah pun mengambil inisiatif untuk memulai bisnis makeup berbasis online.
Kehadiran Mitufaya sebagai penjual produk kecantikan disambut baik oleh para pelanggannya. Kebanyakan pelanggan Mitufaya berasal dari kalangan mahasiswa yang memang mencari produk skincare dan makeup dengan harga yang terjangkau. Kebanyakan produk kecantikan yang dihadirkan oleh Mitufaya merupakan produk lokal agar bisa menjangkau pelanggannya.
Advertisement
Hendak lakukan ekspansi, terjadi pandemi
Mila pun mulai mampu melakukan ekspansi bisnis hingga menjangkau pembeli di luar Malang. Pada awal 2020, Mila mulai menyiapkan strategi untuk memperluas pasarnya ke ibukota dengan menggandeng sejumlah influencer di media sosial. Namun siapa sangka, pada saat bersamaan, pandemi COVID-19 mulai memukul dan mengubah keadaan.
“Ketika pandemi, kalau dibilang terpuruk memang terpuruk banget. Kita hampir tidak ada pemasukan sama sekali selama satu bulan. Usaha online kami hanya cukup untuk menutup keperluan operasional, termasuk listrik rumah, internet, dan gaji karyawan, sedangkan untuk konsumsi pribadi justru tidak ada. Tapi, kami berprinsip untuk tidak berhenti sesulit apapun; seterpuruk apapun harus tetap jalan,” ceritaMila.
Namun, Mila memilih untuk tidak menyerah. Semangat pantang menyerahnya membawa Mitufaya bangkit di tengah tantangan pandemi. Pada November 2020, Mitufaya berhasil membuka toko offline dan beauty studio pertamanya. Mila menggunakan dana tabungan yang telah ia simpan sebelumnya sebagai modal membuka toko.
Baginya, kehadiran toko fisik penting untuk memperkuat presensi bisnisnya serta meningkatkan kepercayaan pelanggan dan distributor. Namun, tentunya membuka toko offline di tengah pandemi bukan tanpa tantangan.
Ubah strategi bisnis
Mila mengaku bahwa pada awalnya, hampir tidak ada satupun pelanggan yang mengunjungi tokonya. Mila pun mengambil inisiatif untuk menyesuaikan strateginya guna menjawab kebutuhan pasar dan mendorong performa bisnisnya di tengah pandemi.
Salah satu tren pasar yang ia amati adalah pergeseran tren pembayaran ke arah digital. Melihat tren tersebut, Mitufaya bergerak mengadopsi teknologi pembayaran digital dengan bergabung sebagai merchant Youtap, aplikasi usaha yang memungkinkan bisnis Mitufaya menerima beragam opsi pembayaran, mulai dari tunai, mobile banking, hingga QRIS.
Bahkan, transaksi Mitufaya saat ini didominasi oleh pembayaran digital. Mitufaya mencatat paling tidak 60% transaksi bisnisnya dilakukan secara digital. Mila juga mengungkapkan bahwa menggunakan platform digital seperti Youtap bukan sekadar menambah opsi pembayaran.
Mila menyadari bahwa perubahan tren ini menjadi pintu kadarmenambah opsi pembayaran. Keputusan dirinya untuk memanfaatkan Youtap menjadi pintu yang membuka peluang Mitufaya menjangkau pelanggan yang sebelumnya belum tersentuh.
"Dulu, sebelum pakai Youtap, saya sering membaca kritik dan saran pelanggan yang mengatakan bahwa toko Mitufaya hanya menerima pembayaran tunai sehingga kurang menjadi daya tarik. Tapi, sekarang kelengkapan opsi pembayaran di Mitufaya justru jadi alasan pelanggan kita merekomendasikan Mitufaya ke teman-temannya yang lain,” ujar Mila.
Advertisement
Pentingnya membaca tren di kalangan pelanggan
Tidak hanya memungkinkan Mitufaya untuk menerima berbagai opsi pembayaran, platform Youtap juga jauh memudahkan Mila dalam mencatat transaksi penjualannya baik yang online maupun offline. Dengan pencatatan yang lebih rapi, Mila dapat lebih mudah menganalisis produk yang paling diminati dan menentukan strategi bisnis serta persiapan stok berikutnya.
Mila juga menerapkan strategi dengan mengikuti pergeseran tren makeup ke industri skincare selama pandemi. Hal ini mendorong Mila untuk merambah produk skincare guna menjawab kebutuhan pelanggannya. Berkat rangkaian strategi adaptifnya tersebut, toko offline Mitufaya mampu bangkit. Mila pun mengaku bahwa saat ini usahanya telah mencatat peningkatan omzet hingga 10 kali lipat jika dibandingkan dengan sebelum ia membuka toko offline.
Di tengah jatuh bangun bisnisnya, Mila tetap mampu menyelesaikan studinya di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang pada 2020 lalu. Kini, ia memanfaatkan ilmunya untuk membuat perjanjian kerja sama dengan mitra-mitra bisnisnya.
“Dalam berbisnis, kita harus mampu mengikuti tren pasar dan apa yang dibutuhkan oleh pelanggan. Misalnya, seperti saat Mitufaya bergeser merambah produk skincare dari make up padahal awalnya, skincare bukanlah keahlian saya. Kita ngga pernah tahu mungkin dua tahun lagi tren akan kembali berubah," kata Mila.
Menurut Mila sebagai pelak usaha penting untuk beradaptasi dengan pergeseran tren pelanggan ke arah digital. Kemampuan adaptif inilah yang membuat UMKM seperti Mitufaya tetap bertahan di tengah hantaman pandemi.
Simak video berikut ini
#elevate women