Fimela.com, Jakarta Mengkategorikan diri berbeda dari standar kecantikan ideal, Emily Florentyna merasa tersanjung saat diajak bergabung menjadi BASE Friends dalam kampanye #beBASEkspresi skincare lokal BASE
Di antara sekian banyak orang yang sesuai dengan standar kecantikan, Emily Florentyna bingung sendiri kenapa dirinya terpilih bergabung dengan kampanye jenama skincare lokal BASE. Namun setelah mengetahui cerita di balik perjalanan kampanye ini, ia langsung mengapresiasi ajakan yang memiliki agenda membebaskan perempuan dari standar kecantikan yang selama ini menjadi stigma.
Advertisement
BACA JUGA
Emily tak sendiri, kampanye bertajuk #beBASEkspresi ini menggandeng 10 perempuan Indonesia yang disapa BASE Friends, termasuk juga sebutan untuk pelanggan loyal untuk memerdekakan diri dari konsep kecantikan ideal dengan lebih percaya diri dan merangkul keanekaragaman. Kampanye ini juga mengajak perempuan Indonesia menyuarakan kebebasan dari standar kecantikan ideal dan menyuarakan kenyamanan dengan keunikan masing-masing.
Seperti Emily, seorang copy writer di sebuah agency tersebut memiliki tampilan yang cenderung boyish ketimbang feminin dengan potongan rambut pendeknya. Begitu juga pilihan outfitnya yang lebih menyukai celana daripada rok.
"Enggak gue pungkiri shock juga ada brand yang pilih tipe orang seperti gue. Semoga bisa jadi breakthrough untuk brand-brand lainnya menjadi seterbuka itu seperti BASE dan semoga ini jadi titik awal untuk perubahan tentang stigma kecantikan," ujar Emily saat Virtual Media Talks #beBASEkpresi bersama BASE akhir pekan lalu.
Advertisement
Skincare Berbasis Teknologi yang Dipersonalisasi
Seperti Emily, BASE Friends lainnya Angeline Hoseani juga merasa tidak termasuk dalam standar yang disebut cantik dalam kategori warna kulit dan jenis rambut. Perempuan yang berprofesi sebagai penyanyi ini juga merasa spesial karena merasa BASE merangkul semua jenis kecantikan di Indonesia.
"Saya merasa wow banget, karena to be honest saya pernah merasa tidak ingin menampilkan diri seperti ini. Saya pernah tergantung sama catokan sampai smoothing juga karena merasa enggak terlalu diterima dengan tampilan ini," timpal Angel.
Beragam kisah insecurity pada standar kecantikan seperti Emily dan Angel pasti banyak dialami para perempuan Indonesia. Emily dan Angel serta BASE Friends lainnya pun mengajak para perempuan untuk terus menerima dan mencintai diri sendiri dengan segala keunikannya, merangkul keberagaman, dan menjaga apa yang sudah dikaruniai Tuhan.
"Jujur sebelum ikut kampanye ini memang enggak terlalu ngerti sama skincare karena takut kalau tiba-tiba enggak cocok. Tapi setelah kemarin ikutn BASE Skin Quiz ngebantu banget untuk mengenal kebutuhan kulit yang diformulasi dan dipersonalisasi untuk tiap orang dan jadi lebih aware lagi sama skincare," sambung Emily.
BASE sendiri meminimalisir para perempuan melakukan trial and error dalam menemukan produk skincare yang tepat dengan personalisasi sesuai kebutuhan dan masalah kulit. Merek kecantikan berbasis teknologi ini sadar jika kebutuhan perempuan Indonesia berbeda dari Sabang sampai Merauke dan ingin memfasilitasinya dengan cara yang simpel.
"Setelah mendapat data dari skin quiz, algoritma di balik teknologi BASE akan memformulasikan bahan apa yang diperlukan untuk orang tersebut. Lalu kami akan meraciknya ke dalam produk, sehingga tiap orang dapat formulasi yang berbeda-beda," ujar CEO BASE Yaumi Fauziah Sugiharta.
Kampanye yang melibatkan BASE Friends akan menjadi agenda rutin BASE skincare. Tentunya dengan inisiatif dan isu lain yang mengajak perempuan untuk terbebas dari standar kecantikan.
"Dari awal tahun 2020 selalu engage sama BASE Friends, jadi bukan semata-mata bantuin jualan skincare saja. Kami sama-sama terus menyuarakan isu dengan kampanye-kampanye lainnya nanti," tutup Brand Director BASE Cissylia Stefani.
Simak video berikut
#ChangeMaker